Perkembangan teknologi di berbagai bidang kini semakin mencengangkan, bukan saja dari semakin canggihnya teknologi tersebut, tetapi juga mengenai begitu cepatnya proses pergantian suatu teknologi tinggi ke teknologi lebih tinggi lagi. Apa yang dahulu hanya fiksi, yang hanya ada di film-film science fiction, kini menjadi kenyataan sehari-hari.
Salah satu teknologi yang mengalami proses tersebut adalah teknologi home video (video rumahan).
Proyektor dengan Rol Film 8 mm
Sekitar 1950-an sampai dengan 1970-an format film home video berbentuk rol film seluloid 8 mm, dengan durasi sekitar 50 menit setiap rilnya. Ada juga yang 16 mm, tetapi, yang paling umum di Indonesia adalah yang 8 mm.
Cara memutar filmnya dengan menggunakan proyektor. Bentuk proyektor bukan seperti model proyektor sekarang, tetapi seperti gambar di bawah ini:
Cara memutarnya, rol yang berisi pita film dipasang di bagian depan, ujung pita filmnya dimasukkan ke slot yang tersedia, lalu putar sebuah knob ke arah depan. Proyektor akan menjalankan pita film itu ke belakang, digulung ke rol kosong di bagian belakangnya. Ketika pita film berjalan itulah film dimulai.
Saat pemutaran film, ruangan harus gelap, dan lampu film yang menayangkan film diarahkan ke tembok putih, atau ke kain putih yang dibentangkan.
Awalnya filmnya hitam-putih dan bisu, kemudian berkembang menjadi film berwarna dan bersuara mono, lalu stereo.
Pada masa-masa itu juga film-film yang paling digemari antara lain film-film komedi bisu dan hitam-putih Charlie Chaplin, lalu ada Abbot and Castello yang sudah berwarna dan bersuara mono, dan film-film aksi seperti film-film cowboy-nya John Wayne, Samson and Delilah, The Ten Commanments, Ben-Hur, Jason and the Argonauts, dan lain-lain.
Sebagai perbandingan, lihat contoh proyektor home theater masa kini, di bawah ini:
Kaset Video Betamax dan VHS