Lihat ke Halaman Asli

Daniel H.T.

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Tamasya Al-Maidah, Ketika Anies Berada di Kubu "Sana"

Diperbarui: 19 April 2017   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan saat mengunjungi markas besar FPI, di Petamburan, Jakarta Pusat, 1 Januari 2017 (Tempo.co)

Ketika kunjungannya ke markas besar Front Pembela Islam (FPI),  di Petamburan, Jakarta Pusat, pada 1 Januari 2017, dikecam banyak orang, Anies Baswedan  membela dirinya dengan mengatakan, Jakarta membutuhkan sosok pemimpin pemersatu, bukan pemecah belah. Pemimpin yang mampu menjadi jembatan seluruh kalangan di Jakarta (maksudnya, seperti dia).

"Mereka (FPI) tetap warga Jakarta dan silaturahmi ke sesama warga Jakarta tidak ada masalah kan? Kita harus berhenti mengkotak-kotakkan dan bersatu demi kemajuan Jakarta," ujarnya seolah-olah orang bijaksana.

Argumen itu sangat bertolak belakang dengan ketika ia menjadi bagian dari tim pemenangan Jokowi di Pilpres 2014. Ketika itu, dia mengecam capres Prabowo Subianto, yang merangkul ormas-ormas radikal, seperti FPI, demi bisa mendapat suara sebanyak-banyaknya.

Ketika itu (29/06/2014), Anies berbicara mengenai beberapa hal yang menurutnya membuat Prabowo tidak layak menjadi pimpinan bangsa ini, salah satunya adalah karena demi bisa menjadi presiden dia justru merangkul ormas-ormas ekstremis seperti FPI.

Sekarang, Anies sendiri melakukan persis dengan apa yang pernah dilakukan Prabowo ketika itu, bahkan melebihinya: Demi bisa menjadi gubernur, dia yang katanya pendukung pluralisme, perajut kebhinekaan, bersekutu dengan ormas-ormas ekstremis seperti FPI, FUI, dan HTI.

Anies bukan hanya bersekutu dengan FPI, tetapi juga terkesan memuja pimpinannya, Rizieq Shihab, dengan beberapakali mengungkapakan pernyataan yang mengagungkannya, Rizieq disebut Anies sebagai guru dan Imam Besar Umat Islam.

Padahal, kita semua sudah tahu, siapakah “guru” Anies Baswedan itu: yang sejak lama sudah sangat sering memprovokasi dan menyebarkan kebencian SARA dengan ceramah-ceramahnya kepada para pengikutnya, tak terhitung banyaknya caci-maki dan penghinaannya terhadap lambang dan simbol-simbol: negara Pancasila, uang NKRI, Presiden Jokowi dan menteri-menterinya, Ahok yang nota bene juga adalah seorang pejabat tinggi negara, menyerukan pembunuhan terhadap Ahok, pendeta-pendeta, dan sebagainya. Terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu di sini.

Dan, mencapai puncaknya di Pilgub DKI Jakarta 2017 sampai di putaran keduanya, yang hari ini memasuki hari pencoblosan penentuan finalnya: Siapa pemenangnya, siapa gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017-2022.

Rizieq Shihab Berupaya Mensukseskan Tamasya Al-Maidah

Aksi Rizieq Shihab, guru-nya Anies Baswedan itu, yang terbaru adalah saat dia berceramah di Masjid Sunan Ampel, Surabaya, Selasa, 11 April 2017 lalu. Pada kesempatan itu, Rizieq memprovokasi umat Islam Jawa Timur, khususnya di Surabaya, dan Madura, agar turut mensukseskan Tamasya Al-Maidah dengan berbondong-bondong ke Jakarta, untuk bergabung dengan massa umat Islam dari berbagai daerah lainnya, untuk ikut bertempur di Pilgub DKI Jakarta demi menggagalkan “si kafir” dan “si penista agama”,  Ahok, menjadi gubernur lagi.

Dalam provokasinya itu, Rizieq menyebutkan: Pilgub DKI  Jakarta kali ini sebagai suatu ajang pertempuran antara yang haqdengan yang bhatil.Antara ulama yang istiqomah dengan umaro (pimpinan) yang mendukung penista agama, yang dimodali oleh para konglomerat kafir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline