Lihat ke Halaman Asli

Daniel H.T.

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Ridwan Kamil Mundur, Kita Tak Jadi Kehilangan Salah Satu Pimpinan Terbaik

Diperbarui: 1 Maret 2016   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(Tempo.co)"][/caption]

Keputusan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil alias Emil untuk tidak ikut Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah putusan yang sangat tepat. Sebelumnya, rupanya, dia agak bimbang juga, antara ikut atau tidak.

Meskipun, Partai Gerindra sudah mengiming-iming untuk mendukungnya, Emil lebih percaya suara rakyat, suara keluarganya, dan suara hatinya sendiri. Maka itu, diam-diam dia mengadakan survei internal untuk mendengar suara rakyat, terutama warga Bandung, juga Jakarta, apakah mereka menghendakinya untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2017 itu, ataukah tidak

Hasilnya, lebih dari 90 persen suara warga tidak menghendaki Emil ikut di Pilkada DKI 2017 dengan berbagai alasan. Mayoritas ingin dia tetap di Bandung, karena Bandung masih membutuhkannya, alasan lain agar pimpinan-pimpinan yang baik tersebar di sebanyak mungkin kota. Ahok di Jakarta, Emil di Bandung, Tri Risma di Surabaya, dan seterusnya.

Di Face Book dan di Instagram-nya pun sama saja, lebih dari 90 persen pengikutnya tidak sudi jika Emil hijrah ke DKI Jakarta.

Suara hati Emil pun berkata demikian, maka tiada pilihan lain, selain dengan suara mentap, saat mengadakan konferensi pers khusus untuk mengumumkan keputusannya itu, di Balai Kota Bandung, Jalan Wastu Kencana, Bandung, Senin, 29 Februari 2016, Emil mengatakan bahwa dia memutuskan untuk tidak ikut di PIlkada DKI Jakarta, ia akan tetap mengurus Bandung, karena warga Bandung sudah merasa cocok dengan gaya kepimpinannya.

“... Silakan lanjutkan proses pemilihan gubernur 2017 tanpa saya. Saya doa kan warga Jakarta bisa memilih gubernur yang cocok, ya, yang pas dengan kapasitas di Jakarta. Saya meilihat Indonesia ini bisa hebat tanpa harus semua mesti berkumpul di Jakarta. Kalau yang bagus-bagus, yang amanah itu, bisa tersebar merata, di Jawa, di Sumatera, ... saya kira Indonesia bisa juara. ...” demikian sebagian pernyataan Emil tentang tidak ikutnya dia di Pilkada DKI Jakarta 2017.

Sebelum Emil melakukan survei internal tersebut di atas, yang nota bene mencakup responden yang terbatas pada mereka yang sudah pasti mendukungnya, sudah cukup banyak survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei independen terpercaya mengenai elektabilitas tokoh-tokoh yang punya potensi di Pilkada DKI 2017 itu.

Hasilnya nama Ahok selalu mengungguli siapa pun juga dengan selisih angka yang sangat jauh. Emil adalah satu-satunya tokoh yang selalu berada di urutan kedua, dengan selisih yang tidak terlalu jauh dibandingkan tokoh yang lain. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tingkat elektabilitas Ahok terus meningkat, sebaliknya Emil relatif tetap, bahkan agak menurun.

Dengan kata lain, jika Pilkada diselenggarakan sekarang, dengan peserta calon gubernurnya adalah tokoh-tokoh tersebut, maka Ahok-lah yang menang.

Contoh terbaru adalah hasil survei yang dilakukan oleh Populi Center pada Februari 2015, yang diumumkan pada 22 Februari lalu, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, hasilnya elektabilitas Ahok mencapai 59 persen, sedangkan Emil yang berada di urutan kedua 25,5 persen.  Sisanya,  11,5 persen suara yang menyatakan ragu-ragu dan 4 persen tidak menjawab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline