Lihat ke Halaman Asli

Daniel H.T.

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Kenapa Abdullah Hehamahua Terkesan Melecehkan Perempuan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

143226896586889835

[caption id="attachment_367099" align="aligncenter" width="620" caption="Abdullah Hehamahua (Tempo.co)"][/caption]

Nama mantan penasihat KPK, Abdullah Hehamahua ada di dalam daftar nama dua belas nama calon anggota panitia seleksi (pansel) calon pemimpin KPK yang sempat beredar, sebelum akhirnya Presiden Jokowi memastikan sembilan nama anggota pansel yang seluruhnya perempuan itu, yang diumumkan pada Kamis, 21 Mei 2015, pagi, di Halim Perdanakusuma.

Ketika nama-nama itu masih beredar, dan belum ada kepastiannya, karena belum ada keputusan dari Presiden Jokowi, Abdullah sudah mengemukakan pesimisimenya akan dipilih Jokowi. Alasannya karena sebelumnya ia terlalu keras mengritik Jokowi terkait kasus Budi Gunawan.

Setelah ternyata, Jokowi benar-benar tidak memilihnya, reaksi Abdullah benar-benar di luar dugaan. Ia mengecam keras keputusan Jokowi dalam memutuskan sembilan anggota pansel calon pemimpin KPK itu karena masalah jendernya, lalu dikaitkan dengan agama segala!

Dalam kecamannya kepada Jokowi itu Abdullah sampai mengatakan putusan Jokowi memilih perempuan-perempuan itu merupakan awal dari bencana bagi Republik ini, bahkan katanya, ini merupkan tanda dari kiamat sudah dekat!

"Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un, kiamat sudah makin dekat," kata Abdullah, Kamis, 21 Mei 2015, sebagaimana dikutip Merdeka.com.

Abdullah menjelaskan alasannya tak setuju Jokowi memilih perempuan masuk pansel. Menurut dia, sebagai seorang muslim dirinya berkeyakinan pada pernyataan Nabi Muhammad.

"Maaf, saya seorang muslim dan selalu berusaha menjadi muslim. Saya yakin akan pernyataan Nabi Muhammad yang pernah mengatakan 'Barang siapa yang menyerahkan urusan pemerintahan kepada perempuan, maka tunggulah kehancuran'," ungkapnya.

Abdullah mengatakan tidak adanya laki-laki dalam pansel merupakan hal yang keliru. Bahkan, latar belakang dari anggota pansel seorang keilmuan hanya akan melahirkan pimpinan KPK yang hanya paham teori tapi tidak mampu mempraktikkannya.

"Bukan kurang proporsional, tapi tidak betul. Kekhawatiran saya, pimpinan KPK yang terpilih adalah mereka yang pakar tentang korupsi secara teori, bukan praktisi. Akibatnya, akan terjadi disintegrasi di antara komisioner dengan pegawai KPK," tandasnya (Merdeka.com).

Sungguh tak terduga sebelumnya, ternyata seorang tokoh seperti Abdullah Hehamahua pun mempunyai wawasan sesempit begini; apakah benar hanya karena seseorang itu perempuan maka ia pasti tidak mempunyai kemampuan untuk memimpin bahkan bisa membawa Indonesia ke dalam bencana, dan merupakan tanda-tanda kiamat! Sebaliknya jika ia adalah seorang laki-laki?

Fakta sudah terlalu banyak membuktikan bahwa kemampuan dan integritas seseorang dalam memimpin tidak tergantung mutlak pada jendernya. Bahkan dalam memimpin, perempuan bisa jauh lebih unggul daripada pria.

Apakah ketika Megawati menjadi Presiden, Indonesia lalu terjerumus ke dalam bencana. Meskipun terdapat kekurangan-kekurangannya – halmana terjadi pada siapa pun presidennya – saat Megawati menjadi Presiden Indonesia itu aman-aman saja, jauh dari tanda-tanda kiamat. Buktinya Indonesia masih eksis sampai sekarang.

Demikian juga dengan Menteri Susi Pudjiastuti, apakah dipimpin oleh Susi yang jelas-jelas seorang perempuan, Kementerian Kelautan dan Perikanan malah menjadi berantakan? Sebaliknya, justru dipimpin oleh Susi, KKP menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya, saat menteri-menterinya adalah laki-laki.

Apakah di Surabaya sudah tertimpa bencana dan mulai ada tanda-tanda kiamat karena walikotanya seorang perempuan yang bernama Tri Rismaharini? Sebaliknya, justru Surabaya mengalami kemajuan pesat, dan Bu Risma, maupun kota Surabaya menerima berbagai penghargaan nasional, maupun internasional.

Sepengetahuan saya, tidak semua orang muslim mempunyai paham dan penafsiran agama seperti Abdullah, bahkan mayoritas tidak punya pandangan seperti itu. Buktinya, selama ini pemimpin perempuan di segala bidang, selalu bisa diterima rakyat Indonesia. Dan, yang terpenting adalah Abdullah itu harus ingat bahwa negara ini didirikan dan diurus tidak berdasarkan agama, Indonesia bukan negara agama, maka itu semua urusan ketatanegaraan dan hukum dilakukan berdasarkan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasarnya.

Di acara Primetime News Metro TV, Kamis, 21 Mei 2015, Abdullah juga menyindir pansel yang semuanya perempuan itu dengan mencontoh pernah dalam kasus "cicak vs buaya" jilid 1 ada direktur perempuan di KPK yang dipanggil beberapakali untuk diperiksa Bareskrim Polri, akhirnya ia tak tahan tekanan itu dan minta mundur. Pertanyaannya, apakah soal ketahanan mental seperti itu hanya karena ia perempuan, lalu kalau laki-laki mentalnya pasti lebih kuat? Belum tentu! Ada saja laki-laki yang nyalinya lebih kecil  daripada mental seorang perempuan. Siapakah yang berani meragukan mental dan nyali Menteri Kelautan dan Peikanan Susi Pujiastuti, misalnya?

Di acara itu, Abdullah juga mempersoalkan isi pidato Jokowi, yang mengatakan tim pansel KPk itu mencerminkan keragaman, integritas dan kompetensi. Menurut dia, tidak ada keragaman di pansel itu, karena tidak ada laki-lakinya. "Anehnya", ketika semua anggota pansel terdahulu semuanya laki-laki, soal keragaman ini tidak dipersoalkan Abdullah. Integritas juga tidak, katanya, karena semua tidak mewakili umat Islam sebagai mayoritas. Kalau Islam, perempuan itu harus memakai jilbab. Itu saja sudah awal (dari kesalahan Jokowi).

[caption id="attachment_367128" align="aligncenter" width="504" caption="Sembilan srikandi pencari lima pendekar KPK (lensaindonesia.com)"]

14322820321801382110

[/caption]

Kenapa Abdullah Hehamahua bisa bereaksi ekstrem seperti ini sampai-sampai terkesan kuat melecehkan perempuan dan membawa-bawa agama segala?

Bisa jadi, karena seperti juga Romli Atmasasmita, Abdullah juga diam-diam sangat berambisi untuk masuk di dalam pansel calon pemimpin KPK. Lalu bereaksi secara berlebihan seperti ini sebagai bentuk dari ekspresi rasa kecewa berat karena tidak dipilih Presiden Jokowi.

Seperti yang diketahui Romli sampai melaporkan Emerson Yuntho (Wakil Ketua Badan Pekerja ICW), Adnan Topan Husodo (Koordinator ICW), dan Said Zainal Abidin (mantan Penasihat KPK) ke Bareskrim Polri, karena menganggap tiga orang itu telah menghinanya, dan mencemarkan nama baiknya, karena mereka memberi penilaian negatif kepadanya terkait sempat masuknya namanya sebagai calon anggota pansel calon pemimpin KPK itu.

Emerson, Adnan, dan Said menilai Romli tidak pantas menjadi anggota pansel calon pemimpin KPK karena punya rekam jejak yang tidak ideal sebagai anggota pansel itu. Salah satunya karena ia pernah menjadi saksi di sidang praperadilan yang menguntungkan Budi Gunawan.

Tentang reaksi Romli yang sampai melaporkan ketiga orang itu ke polisi, sudah saya tulis artikelnya dengan judul Kenapa Romli Harus Lapor Polisi?

Baik Abdullah maupun Romli adalah dua tokoh yang terlalu berlebihan dalam bereaksi dan merespon gagalnya mereka masuk di pansel calon pemimpin KPK, dan keputusan Presiden Jokowi memilih semua anggota pansel dari jenis kelamin perempuan. Yang satu membawa-bawa hukum, yang satu membawa-bawa agama dan melecehkan perempuan.

Hikmah dari peristiwa ini adalah untunglah orang-orang seperti ini benar-benar tidak dipilih Presiden Jokowi sebagai anggota pansel KPK itu. *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline