Salah satu unit panser menjaga acara lamaran keluarga SBY - Hatta Rajasa (detik.com)
Ironis keamanan, ketertiban dan ketentraman sejak beberapa tahun lalu sampai dengan sekarang sedang di negeri ini.
Lihatlah di setiap kebaktian hari besar umat Kristen, selalu sejumlah polisi bersenjata lengkap turun ke lapangan menjaga langsung keamanan di gereja-gereja yang sedang melangsungkan kebaktiannya. Padahal ini di negara yang mempunyai dasar negara Pancasila, yang menjunjung tinggi kebebasan beragama. Di negara yang semua warganegaranya beragama, yang sejatinya bermakna selalu menjunjung tinggi Allah Yang Maha Esa, yang implementasinya adalah saling mengasihi di antara sesamanya manusia. Prinsip: "Agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku," pun sebenarnya merupakan suatu wujud dari semangat toleransi, sangat dikenal.
Namun dalam pakteknya, ya, itu tadi, kenapa di setiap kebaktian umat Kristiani, terutama sekali pada perayaan hari-hari besar seperti Jumat Agung dan Paskah yang baru saja berlalu hampir di setiap gereja, terutama di kota-kota besar, selalu jaga melibatkan polisi bersenjata lengkap. Bahkan beberapa di antaranya dilengkapi dengan alat detektor bahan peledak.
Memang dalam situasi sekarang tindakan seperti itu mau tidak mau, suka tidak suka, masih dirasakan perlu. Buktinya baru-baru ini , sehari menjelang ibadah Jumat Agung, polisi pun berhasil menemukan dan kemudian menggagalkan upaya peledakan bom di dekat Christ Cathedral, Serpong, Tangerang. Namun demikian fenomena ini harus diakui merupakan suatu ironis situasi dan kondisi di Indonesia. Entah karena ketidakmampuan pemerintah dalam menjaga keamanan dan ketertiban negara sehingga pihak pelaku teror (teroris) pun berhasil menunjukkan jati dirinya lengkap dengan segala macam terornya.
Tidak ada negara lain di dunia ini yang kondisi negaranya secara umum stabil kondisi sosial politiknya, tetapi para teroris bisa dengan sedemikian rupa eksis dalam menjalankan aksinya, seperti di Indonesia sekarang ini.
Ironis lainnya, terjadi di setiap kali penyelenggaraan ujian nasional. Mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Betapa tidak di dunia yang seharusnya murni merupakan dunianya kaum terpelajar yang berdasarkan intelektualisme menjunjung tinggi kejujuran, moral dan etika, justru di kala tiba waktunya menjalankan ujian akhirnya, selalu saja rawan dengan segala macam kecurangan, jual-beli nilai, bocoran soal dan jawaban, yang semuanya sangat bertolak belakang dengan semua prinsip dari seorang yang terpelajar, calon kaum inteletual, dan para pimpinan. Sampai-sampai lagi-lagi polisi bersenjata lengkap pun harus dilibatkan, mengawal setiap paket soal ujian nasional. Sudah begitu, tetap saja terjadi berbagai macam praktek kecurangan.
Satu lagi ironis itu terjadi yang justru datang dari keluarga pejabat tertinggi negara, Presiden SBY, dan keluarga Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Selasa, 26 April 2011. Ketika diadakan acara putra SBY, Eddy Baskoro alias Ibas melamar Siti Rubi Aliya Rajasa, putri Hatta Rajasa, di kediaman pribadi Hatta Rajasa di Perumahan Fatmawati Golf Mansion, Jakarta Selatan, lokasi sekitar acara dinyatakan sebagangai kawasan keamanan Ring 1, dan selain dijaga oleh sejumlah aparat keamanan dilengkapi dengan dua unit panser!
Apakah dan kenapa sampai diperlukan kehadiran dua unit panser di acara lamaran tersebut? Apakah sudah sedemikian rawannya, dan sedemikian seriusnya kondisi keamanan dan politik di Indonesia saat ini? Jangan-jangan selain dua unit panser tersebut, juga disiagakan kapal perang dan pesawat tempur?
Apa fungsi dari dua panser di acara lamaran tersebut? Apakah sekadar gagah-gagahan, ataukah memang itu diperlukan untuk mencegah serangan teroris yang lebih dari sekadar (ancaman) bom?