[caption id="attachment_306774" align="alignleft" width="345" caption="Aburizal Bakrie (Antaranews.com)"][/caption]
Pada 30 November 2013, saya menulis di Kompasiana tentang tekad Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie alias Ical, maju sebagai calon presiden (capres) dari Golkar, dengan artikel berjudul Tekad Capres Aburizal Bagaikan Katak Hendak Menjadi Lembu. Di situ saya mengatakan bahwa ambisi Aburizal untuk menjadi presiden lewat pen-capres-annya di Pilpres 2014 itu ibaratnya “bagaikan katak hendak menjadi lembu,” alias suatu keinginan yang tak mungkin terwujud.
Sekarang mulai kelihatan apa yang pernah saya tulis itu menjadi kenyataan. Untuk bisa maju sebagai calon presiden saja sudah hampir mustahil bagi Aburizal. Pertama, karena perolehan suara Golkar yang jauh dari presidential threshold, sedangkan rencana koalisi dengan parpol lain belum juga menunjukkan tanda-tanda kepastian.
Kedua, karena begitu sulitnya Aburizal mendapat orang yang mau mendampinginya sebagai cawapres. Yang kedua ini yang paling unik se-Indonesia Raya. Belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia, seorang bakal capres begitu sulitnya mendapat pendampingnya.
Biasanya justru banyak orang yang berhasrat dipinang untuk dijadikan pendamping seorang cawapres, tetapi pada Aburizal Bakrie ini justru sebaliknya. Tidak ada yang mau. Orang-orang bukannya mendekat, tetapi menghindar, karena khawatir didekati Aburizal untuk dipinang sebagai cawapres-nya. Takut, sungkan untuk bagaimana menolaknya. Padahal, Aburizal Bakrie sudah mengdeklarasikan dirinya sebagai capres dari Golkar sejak 1 Juli 2012.
Luar biasanya, meskipun sudah berderet-deret orang yang satu per satu menolak dijadikan cawapres-nya, yang bersangkutan begitu menghayati prinsip “maju tak gentar” mencari pasangannya, sampai-sampai akhirnya rela “turun pangkat” ditukar posisinya; dia yang menjadi cawapres, biar orang lain yang capres-nya. Tetapi, luarbiasanya, lagi-lagi itu juga belum berhasil.
Berikut adalah daftar nama tokoh-tokoh yang satu per satu menolak ketika hendak dicalonkan sebagai cawapres, pasangannya Aburizal:
1. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi)
Bulan Februari 2013, melihat begitu tingginya elektabilitas Jokowi dalam survei-survei calon presiden, timbul gagasan dari Partai Golkar, yang antara lain dicetuskan oleh Bambang Soesatyo, untuk menggandengkan Aburizal-Jokowi sebagai pasangan capres-cawapres di Pilpres 214. Tentu saja gagasan tidak masuk akal ini tidak ditanggapi sama sekali oleh baik PDIP, maupun Jokowi. Ini pernah saya bahas dalam artikel dengan judul Duet Ical-Jokowi Seperti Fabel Harimau dengan Rubah
2. Gubernur Jawa Timur Soekarwo:
Pada 19/11/2013, ketika ditanya wartawan tentang kesediaannya untuk menerima pinangan Aburizal sebagai cawapres-nya. Soekarwo menyatakan penolakannya. Katanya, ”Sudah saya sampaikan kepada Pak Aburizal Bakrie secara langsung saat bertemu di Surabaya. Saya ini baru dipilih rakyat sebagai Gubernur Jatim 2013-2018. Tidak etis rasanya kalau saya tinggalkan,” ujarnya (Tribunnews.com).
3. Jenderal TNI Moeldoko:
Panglima TNI Jenderal Moeldoko merupakan salah satu tokoh yang diusulkan pengurus daerah Partai Golkar untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden Partai Golkar Aburizal Bakrie. Menanggapi ini, Moeldoko mengambil sikap tak berkomentar.
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (19/11/2013), tentang penyebutan namanya di Partai Golkar, Moeldoko menolak berkomentar. Ia khawatir hal itu malah menjadi tidak produktif. ”Saya tidak ingin berkomentar daripada nanti jadi polemik,” ujar Moeldoko (Kompas.com).
Nama Moeldoko pun tak pernah disebutkan lagi sampai sekarang.
4. Akbar Tandjung:
Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung, mengaku siap menjadi calon wakil presiden. Namun, dia menolak bila menjadi pendamping Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie.
"Saya menjadi cawapresnya Aburizal? Ya enggak dong, masa dua-duanya dari Golkar," kata Akbar dalam jumpa pers di kediamannya, Jakarta, Minggu (13/4/2014 / Tribunnews.com).
5. Wiranto:
Pada 16 April 2014, Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto menyatakan, Partai Hanura bisa saja koalisi dengan Partai Golkar, tetapi untuk menjadi cawapres-nya Aburizal, dia tidak bersedia (Jakartaobserver.com).
6. Pramono Edhie Wibowo:
Nama anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo juga pernah ditawari mendampingi Aburizal di Pilpres 2014 ini. Pada 25 April 2014, Pramono menyatakan tidak bisa menjadi cawapres Aburizal Bakrie, karena dia terikat dengan Konvensi Capres dari parpol-nya sendiri (sumutpos.co).
7. Mahmud MD:
April 2014 lalu, Aburizal sedang berada di Bali, mengirim pesawat pribadinya khusus untuk menjemput mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD yang waktu itu berada di Surabaya. Mahfud diundang makan siang bersamanya di Bali. Pada kesempatan makan siang itu, Aburizal menawari Mahfud untuk menjadi cawapres-nya. “Bagaimana kalau kita berpasangan?” Mahfud meniru tawaran Aburizal kepadanya.
Mahfud bilang, dia belum bisa menjawabnya saat itu. Dia harus berkonsultasi dengan para petinggi PKB sebelum memutuskannya. Selesai makan siang, Mahmud minta diantar kembali ke Surabaya, karena ada acara penting yang harus dihadirinya. Di Surabaya, Mahfud berkonsultasi dengan para petinggi PKB tentang tawaran Aburizal itu. Jawabannya secara aklamasi: Tidak! Bukan hanya itu, para petinggi PKB meminta Mahfud untuk tidak lagi melakukan komunikasi politik dengan Partai Gorlkar dan Aburizal Bakrie.
Mahfud pun mengirim SMS kepada Aburizal, “Maaf, Pak. Bapak cari orang lain saja ..” (whatindonesianews & Majalah Tempo).
8. Lukman Hakim Saifuddin
Seolah-olah mengikuti saran Mahfud MD, pinangan untuk dijadikan cawapres-nya pun dikirim kepada Wakil Ketua Umum PPP Lukman Hakim Saifuddin disertai dengan puja-puji terhadapnya, tetapi lagi-lagi yang didapat Aburizal adalah penolakan.
"Terkait dengan adanya pemberitaan tentang saya yang akan dipasangkan dengan ARB sebagai capres-cawapres karena saya dinilai sebagai salah satu kader terbaik PPP, saya merasa bahwa saya bukanlah yang terbaik di PPP," kata Lukman Minggu (11/5/2014).
Lukman mengatakan, dia tak memiliki kapasitas untuk menjadi cawapres. Dia mengapresiasi pinangan itu, namun tak akan menerimanya.
"Saya menilai diri saya sendiri bukanlah pribadi yang tepat untuk mengemban amanah dan tanggungjawab tersebut. Saya tentu amat mengapresiasi pihak-pihak yang mengusulkan saya sebagai cawapres, tapi dengan segala hormat saya kepada mereka, saya harus jujur menyatakan bahwa jabatan itu untuk saat ini bukanlah posisi yang layak dan pantas untuk saya duduki," ujarnya (detik.com).
Sama dengan PKB, saat ini tokoh-tokoh PPP juga dilarang melakukan komunikasi politik dengan Golkar / Aburizal Bakrie.
Rela “Turun Pangkat”, Menjadi Cawapres, Belum Berhasil Juga
Setelah mendapat penolakan bertubi-tubi, Aburizal kelihatannya hampir menyerah. Dari semula, katanya, sesuai dengan Rapimnas Golkar, dia hanya mau diajukan sebagai capres, tidak cawapres, tetapi kemudian sekarang mengibah pernyataannya sendiri itu dengan menyatakan kesediaaanya “turun pangkat” menjadi cawapres. Kesediaannya itu dia utarakan berkaitan dengan penjajakan koalisi antara Partai Golkar dengan Partai Gerindra, disertai rencana mengajukan pasangan capres-cawapres Prabowo-Aburizal.
"Pak Prabowo mau jadiin (saya) cawapres? Ya, udah enggak apa-apa," kata Aburizal kepada wartawan di sela-sela rapat pengurus harian Partai Golkar di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Selasa (6/5/2014) malam (Tribunnews.com).
Tetapi, rupanya kedua tokoh itu (Aburizal dan Prabowo) belum apa-apa sudah merasa tidak mempunyai kecocokan. Rencana koalisi pun hampir pasti batal. Rupanya, dua-duanya bersikeras, masing-masing merasa paling pantas sebagai capres. Pernyataan Aburizal yang bersedia menjadi cawapres-nya Prabowo, ternyata hanya tipu-tipu. Ambisinya untuk menjadi presiden belum padam.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyebut, kedua partai tersebut gagal menjalin koalisi dan mengusung Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie sebagai pasangan capres dan cawapres.
"Sudah pasti tidak jadi cawapres," kata Hashim di Gerindra Media Center, Jakarta Selatan, Jumat (9/5/2014).
Hashim menuturkan, ada beberapa pertimbangan yang mengakibatkan tertutupnya peluang Prabowo-Ical menjadi pasangan. Keinginan keduanya menjadi capres pun menjadi satu di antara beberapa alasan.
"Memang tidak ada kesamaan. Tidak cocok," ujarnya (Kompas.com).
Sedangkan, dari Partai Golkar, Wakil Ketua Umumnya, Fadel Muhammad mengatakan, pembahasan tersebut berjalan di tempat. Golkar pun kemungkinan akan tetap membuat poros sendiri ketimbang bergabung ke Partai Gerindra.
“Sekarang jalan di tempat. Pembicaraannya kelihatannya masih mentok antara satu dan dua,” ujar Fadel saat dihubungi, Minggu (11/5/2014).
Fadel menyatakan, koalisi Golkar dengan Gerindra terancam batal. Posisi calon presiden Golkar Aburizal "Ical" Bakrie dikatakan terjepit. Menurutnya, Aburizal ditetapkan sebagai capres berdasarkan rapimnas 2012 lalu. Lantaran putusan itu, Aburizal pun tak bisa secara otomatis menurunkan kelasnya menjadi cawapres.
“Kalau mau jadi cawapres (Aburizal) akan dianggap ingkar dari keputusan Rapimnas. Tapi di internal pun sampai sekarang nggak solid dukung Pak ARB (jadi cawapres),” tutur Fadel (Kompas.com).
Sedangkan, Tempo.co, 10 Mei 2014, memberitakan, demi bisa diterima PDIP sebagai cawapres-nya Jokowi, Aburizal sampai ke Bali menyusul Ketua Umum PDIP yang sedang berada di sana. Namun lagi-lagi, jalan buntu yang ditemukan Aburizal (Tempo.co).
Jokowi membenarkan pihaknya menjalin komunikasi dengan Partai Golongan Karya. Tetapi dia menegaskan bahwa tidak ada pembicaraan cawapres, apalagi kursi menteri dalam pertemuan itu.
"Kita tidak mau bicara itu. Percayalah. Kalau bicara itu, kita akan kembali ke masa lalu," ujarnya di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (11/5/2014) (Kompas.com).
Mungkin sebaiknya Aburizal Bakrie mencari orang yang bersedia menjadi cawapres-nya itu, di antara pengungsi korban Lumpur Lapindo, ya?
Aburizal Bakrie memang keren, eh, serem, ya?
[caption id="attachment_306775" align="aligncenter" width="752" caption="Kartun Panji Koming, Kompas Minggu, 11/05/2014"]
[/caption]
***
Artikel-artikel terkait:
- 31/05/2012: Petaka Jika Aburizal Bakrie Jadi Presiden
- 21/02/2013: Duet Ical-Jokowi, Seperti Fabel Harimau dengan Rubah
- 06/07/2013: Bakal Capres-Cawapres yang Tidak Tahu Diri
-30/11/2013: Tekad Capres Aburizal Bagaikan Katak Hendak Menjadi Lembu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H