Lihat ke Halaman Asli

Daniel H.T.

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Welas Asih Jokowi Meluluhkan Kerasnya Hati Prabowo Subianto

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14135235971985941120

Kekerasan dilawan dengan kelembutan. Hinaan dan fitnahan dilawan dengan kesabaran, dan perdamaian. Itulah Jokowi dalam menghadapi lawan-lawan politiknya yang main kasar dan menghalalkan segala cara demi bisa mengalahkan Jokowi di Pilpres 2014. Lawan-lawan politik itu adalah terutama sekali dari pesaing Jokowi di Pilpres itu, Prabowo Subianto dengan Partai Gerindra-nya, yang diikuti dengan partai-partai koalisinya yang kemudian diberi nama Koalisi Merah Putih itu. Tetapi, selama itu pula sampai sekarang, tidak ada satu kali pun ucapan dan tindakan Jokowi untuk membalasnya. Semuanya dihadapi dengan kesabaran luar biasa, dan kelemahlembutan, “Aku raopopo ...,” jawab Jokowi setiap kali diminta tanggapannya tentang serangan-serangan brutal terhadap dirinya itu.

Ketika kubu lawannya itu cenderung mengandalkan pengerahan massa yang juga dilakukan dengan cara-cara anarkis untuk menunjukkan perlawanan mereka kepada Jokowi – padahal sudah dinyatakan kalah di Pilpres itu, seperti yang terjadi selama sidang gugatan hasil Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi, Jokowi malah menghimbau kepada rakyat yang mendukungnya untuk tetap menjalankan kegiatan sehari-harinya seperti biasa, jangan ikut-ikutan turun ke jalan. Padahal rakyat yang mendukung Jokowi pasti jauh lebih banyak. Bahkan saya yakin, sekarang ini, termasuk mereka yang sebelumnya memilih Prabowo di Pilpres barusan. Karena para pemilih Prabowo itu sadar telah salah memilih, dengan melihat kharisma dan karakter kenegarawaan Jokowi yang begitu luar biasa kuatnya. Hal ini akan segera terbukti ketika ratusan ribu rakyat di Jakarta yang sudah memastikan dirinya menyambut pelantikan Jokowi-JK pada Senin, 20 Oktober 2014 ini. Belum termasuk di kota-kota lainnya di seluruh Indonesia.

Pada Senin, 20 Oktober 2014 ini, di gedung MPR, rencananya setelah Jokowi dilantik oleh Ketua Mahkamah Agung di hadapan pimpiman MPR. Setelah itu dia bersama Jusuf Kalla akan disambut ratusan ribu rakyat untuk membawanya dengan kereta kencana diiringi dengan kirab budaya berupa karnaval batik, reog, ondel-ondel, barongsai, dan lain-lain, menuju Istana Negara untuk bertemu dan melakukan “serahterima jabatan” dengan SBY dan Budiono.

Ini merupakan suatu peristiwa luar biasa dan paling bersejarah dalam sejarah terpilihnya presiden baru di Republik Indonesia. Ini benar-benar merupakan suatu politik kegembiraan – persis seperti yang diucapkan Jokowi, pesta rakyat yang sebenarnya dalam menyambut presiden barunya yang benar-benar dicintai sekaligus menaruh harapan sangat besar kepadanya.Secara tak langsung rakyat akan menunjukkan kekuatannya kepada para politisi yang telah mengkhianati mereka di parlemen. Sekaligus menjadi peringatan bagi mereka, agar jangan sekali-kali terlalu kebablasan lagi berani melawan kehendak rakyat.

Saat masih saja terus terdengar aksi-aksi para politisi di KMP yang sifatnya sangat memusuhi Jokowi, menjelang semakin dekat hari H pelantikannya itu, Jokowi-lah yang justru berinisiatif mengajak bertemu, berkonsiliasi dengan para seteru politiknya itu. Satu per satu diatemui untuk mencairkan situasi dan kondisi politik yang sebelumnya semakin memanas, dan semakin membuat rakyat khawatir dengan adanya kabar tentang rencana-rencana untuk menjegal dan menghambat Jokowi dengan segala cara dan daya – seperti yang diutarakan sendiri oleh Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusomo beberapa waktu yang lalu, sampai ada isu mengenai rencana KMP yang sudah menguasai DPR dan MPR untuk mengagalkan pelantikan Jokowi-JK itu.

Atas inisiatif Jokowi pun telah terjadi pertemuan antara dirinya dengan Ketua DPR, Ketua MPR, dan Ketua DPD untuk mencairkan suasana, dan membuat hilang rasa khawatir rakyat itu. Di dalam pertemuan itulah muncul pernyataan komitmen bersama, termasuk dari Ketua MPR Zilkifli Hasan yang berjanji bahwa semua pimpinan MPR dan DPR, serta semua fraksi dipastikan hadir di saat pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang baru; Jokowi dan Jusuf Kalla. Semuanya adalah demi kepentingan bangsa dan negara di masa kini dan di masa depan.

Setelah itu Jokowi telah bertemu juga dengan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, pada Selasa (14/10), dan pada Rabu (15/10) dengan  Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) KH Maimun Zubair, dari pertemuannya dengan Mbah Mun tersebut, akhirnya PPP memastikan dirinya untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

Kemudian ..., akhirnya, pertemuan yang paling ditunggu-tunggu itu pun tibalah, yaitu pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo Subianto, yang sudah dilakukan hari ini, Jumat, 17 Oktober 2014, sekitar pukul 10 pagi, di kediaman keluarga Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Inilah pertemuan pertama kali kedua tokoh tersebut setelah bersaing di Pilpres 2014 barusan.

Dalam pertemuan yang hanya berlangsung sekitar 15 menit itu, Prabowo telah memberi selamat kepada Jokowi atas kemenangannya di Pilpres 2014, dan  mengatakan dia belum bisa memastikan akan hadir di saat Jokowi-JK dilantik di Gedung MPR itu. Alasannya, pada hari yang sama dia sudah punya jadwal untuk ke luar negeri untuk berobat. Tapi, katanya, akan diusahakan untuk hadir.

Prabowo juga mengatakan, dia akan memerintahkan kepada KMP untuk mendukung pemerintahan Jokowi-JK selama pemerintahan itu menjalankan program-program kerakyatannya dengan sungguh-sungguh. Sedangkan Jokowi menyatakan, siap menerima semua koreksi dan kritik dari KMP demi kepentingan bangsa dan negara.

Ketika keduanya diminta berjabat tangan oleh para wartawan, Prabowo melakukan sikap sempurna, menghadap Jokowi, dan memberi hormat dengan tangan kanannya, baru kemudian menjabat tangan Jokowi.

[caption id="attachment_329540" align="aligncenter" width="544" caption="Prabowo mengambil sikap sempurna, menghadap Jokowi, dan memberi hormatnya, sebelum keduanya saling berjabat tangan (Tribunnews.com)"]

1413524909545911257

[/caption]

Dilihat dari siaran langsunya tadi di Metro TV, kelihatan sekali, suasananya benar-benar cair dan penuh keakraban. Semoga ini semua benar-benar asli, tidak ada lagi sandiwara dan tidak ada lagi dendam politik yang dipendam.

Dengan beberapa peristiwa ini Jokowi memberi teladan kepada rakyat bahwa kekerasan, hinaan, fitnah, dan lain-lain sejenisnya, tidak boleh dibalas dengan kekerasan, atau cara lain yang sama pula. Tetapi, balaslah dengan kelemahlembutan, kesabaran, perdamaian, dan memaafkan yang tulus. Maka, dengan kehendak Tuhan, semua orang yang masih punya hati nurani pastilah luluh juga bagaimana pun keras hatinya. Apalagi dengan melihat fakta bahwa kekuatan rakyat yang mendukung Jokowi itu luar biasa dahsyatnya. Melawan kenyataan ini, merupakan suatu kekonyolan yang sangat.

Prabowo Subianto yang begitu keras pun, akhirnya luluh hatinya menghadapi sikap welas-kasih dari Jokowi. Dia pun bersedia dengan ikhlas memenuhi ajakan Jokowi untuk bertemu dan berdamai.

Membalas kekerasan, hinaan dan fitnahan dengan mengajak lawan-lawannya untuk berdamai, sama sekali bukan menunjukkan sifat yang takut, apalagi takluk. Mungkin saja akan ada yang dengan sinis mengatakan, Jokowi berbuat begini karena takut dihambat dan dijegal pemerintahannya oleh KMP. Jauh sekali dari itu. Juga bukan seperti ketika saya menulis artikel mengajak KMP untuk mendengar hati nuraninya dalam proses pemilihan pimpinan MPR tempo hari (Saatnya Hati Nurani KMP Diuji), malah ditanggapi oleh pendukung KMP dengan menertawakan himbauan itu, karena dianggap sebagai sikap takluk yang dengan memelas minta dikasihani, supaya bisa dapat jatah kursi di pimpinan MPR. Padahal yang dimaksud adalah mengingatkan KMP agar benar-benar menjalankan tugas dan kewajibannya demi kepentingan bagsa dan negara, bukan demi kekuasaan dan balas dendam mereka kepada Jokowi dan KIH, karena pasti hati nuraninya mengingatkan demikian.

Konsisten dengan slogan “Salam Tiga Jarinya” – “Persatuan Indonesia,” Jokowi membalas semua serangan jahat kepadanya itu dengan kebaikan, karena memang dia tidak menyimpan sama sekali di hatinya semua perlakuan buruk itu kepadanya, bak seorang nabi, Jokowi malah mengajak semuanya bersatu dalam kedamaian, jauh dari rasa benci-membenci, dan dendam-mendendam, semata-mata demi kebaikan bangsa dan negara. Karena hanya dengan persatuan dan perdamaianlah benar-benar bisaterwujud Indonesia yang hebat. Tentu saja tidak dengan mengesampingkan semua koreksi, kontrol dan kritikan yang membangun.

Jokowi telah memberi teladan yang begitu baik, pertemuannya dengan Prabowo Subianto hari ini benar-benar telah mencairkan kekakuan di antara mereka yang turut dirasakan dampaknya oleh rakyat banyak. Sebagian besar rakyat pasti menyambutnya gembira, tentu sambil mengharapkan kondisi demikian terus berlanjut sampai kapan pun, selama semuanya itu berjalan dalam koridor kepentingan rakyat yang sesungguhnya

Tetapi, bagaimana dengan dua tokoh kita yang lain yang sejak sepuluh tahun yang lalu sampai sekarang masih belum bisa menunjukkan teladan kenegarawaan mereka, untuk bertemu, berjabat tangan, berdamai di antara mereka untuk mencairkan kebekuan yang sudah berlangsung sedemikian lamanya?

Mereka adalah Soesilo Bambang Yudhoyono alias SBY dan Megawati Soekarnoputri, yang notabene lebih senior daripada Jokowi dan Prabowo Subianto. Apakah SBY dan Megawati ini tidak merasa malu kepada rakyat, dengan kekerasan hatinya masing-masing itu?

SBY di akun Twitter-nya pernah mengatakan, dia sangat ingin bertemu dengan Megawati, tetapi pertemuan itu tak pernah terlaksana. Ini memberi kesan, seolah-olah Megawati-lah yang membuat pertemuan itu tak pernah terlaksana.

Namun, di Majalah Tempo¸ juga pernah mengungkapkan bahwa pernyataan SBY itu tak sesuai dengan fakta. Kabarnya sebelum proses pemilihan pimpinan MPR berlangsung, Megawati akhirnya setuju untuk bertemu dengan SBY untuk berbicara tentang pemilihan pimpinan MPR itu. Tetapi, ketika waktu sudah ditentukan, dan utusan Megawati menghubungi SBY untuk pertemuan itu, dari SBY menjawab pertemuan belum bisa dilakukan, karena SBY sedang ada acara penting, rapat. Megawati pun marah, dan tidak mau lagi berbicara tentang rencana pertemuan dengan SBY.

Jadi, kelihatannya SBY dan Megawati ini, mau membawa dendam mereka masing-masing sampai mati, seperti yang pernah saya tulis di artikel yang berjudul SBY dan Megawati, Dendam Kalian Mau Dibawa Sampai Mati?.***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline