[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Anggota DPR Adian Napitupulu, perlihatkan foto pemberitaan Koran Tempo dengan judul Bobo Siang disela jumpa pers di Jakarta, 9 November 2014. TEMPO/Eko Siswono Toyudho"][/caption]
Anggota DPR dari Fraksi PDIP, yang juga mantan aktivis, Adian Napitupulu, rupanya benar-benar sangat tidak terima atas pemuatan foto-fotonya di Koran Tempo, edisi 5 November 2014, yang diberi judul “Bobo Siang” itu.
Adian yang dikenal karena “kegalakkan” dalam melancarkan kritik terhadap kinerja penguasa terdahulu, juga kepada anggota-anggota DPR sebelumnya itu, sampai mengadakan jumpa pers khusus untuk itu, pada Minggu, 9 November kemarin. Rupanya ini hal ini akan dijadikan kasus yang sangat serius antara dia versus Koran Tempo, sampai-sampai Koran Tempo pun mau dilaporkan ke Dewan Pers.
Terbiasa menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan pedasnya, rupanya tidak membuat Adian untuk terbiasa menerima hal sebaliknya.
Sambil memperlihatkan beberapa kopi fotonya yang dimuat di Koran Tempo itu Adian menyangkal kalau dirinya sedang tidur, sebagaimana keterangan foto yang ditulis Koran Tempo. Katanya, saat itu dia hanya memejamkan matanya sebentar, sama sekali tidak tidur.
Adian menyebut pemberitaan itu telah merusak nama baiknya sebagai anggota DPR sekaligus mengganggu psikologi keluarganya. "Tidak hanya itu, saya juga mendapatkan penilaian negatif dari masyarakat di media sosial, yang dikenal dengan istilah bullying," kata Adian dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (9/11/2014) (Kompas.com).
Banyak pengguna media sosial yang meng-bully-nya itu, kata Adrian, membuat dia tidak berani lagi membuka akun Twitter dan BBM, tidak berani membaca mention atau pesan-pesan yang masuk, karena takut itu semua adalah pesan-pesan yang meng-bully-nya.
"Gua sampai enggak berani buka BBM, Tempo mau tanggung jawab enggak? Sakitnya di sini," ujar Adian sambil menunjuk dada kanannya (Merdeka.com).
Rupanya, nyali Adian kalah besar dibandingkan mantan Presiden SBY, yang juga termasuk sosok yang sering dikirik Adian.
Ketika masih presiden, SBY sangat aktif dengan akun Twitter-nya, setiap hari, meskipun hampir setiap hari dia juga di-bully di sana. Dibandingkan dengan SBY, bullying terhadap Adian yang baru pertama kali ini dialaminya itu pasti tidak ada apa-apanya. Tetapi yang belum apa-apanya ini saja rupanya sudah membuatnyali Adian ciut, sampai tak berani membuka Twitter dan BBM-nya lagi. Jadi, patut diragukan orang ini akan kelak tahan banting kalau dikritik.
Meskipun mengaku sudah menyebarkan bantahan soal tidurnya itu di media sosial, juga bantahannya itu sudah dimuat di Tempo.co, Adian merasa belum cukup, karena Koran Tempo sendiri belum memuatnya. Adian menganggap Koran Tempo mengabaikan hak jawabnya.
"Kenapa begitu mudahnya mengambil kesimpulan? Apakah kalau tutup mata, posisinya santai, lalu diasumsikan tidur? Mungkin kalau ada perempuan pakai rok mini ngobrol dengan laki-laki lain jam sembilan malam dia tuduh pelacur? Kok segampang itu?" ujar Adian.
Sebuah analogi yang tidak nyambung. Kita justru bertanya balik kepada Adian, kok begitu gampang analoginya ke soal perempuan, rok mini, dan pelacur?
Kemudian Adian pun dengan lebih gampang menyatakan kecurigaannya kepada Tempo punya agenda tertentu, hanya karena koran itu memuat fotonya dengan mata terpejam lalu dibilang sedang “bobo siang” itu.
“Jangan-jangan gua target. Target apa. Target kepentingan apa, kok ini kayaknya tidak berdiri sendiri, ya?” ujar Adian berasumsi.
Ah, Adian Napitupulu kayaknya kamu ke-ge-er-an, nih!
Adian mengatakan, dia punya rekaman CCTV yang bisa membuktikan bahwa meskipun dia duduk diam dengan mata terpejam seperti itu, dia tidak tertidur.
Pertanyaannya adalah apakah memang CCTV bisa mendeteksi orang yang sedang dalam posisi seperti Adian itu tertidur ataukah tidak?
Pimpinan Redaksi Koran Tempo, Gendur Sudarsono, mengatakan korannya siap memuat surat bantahan Adian, dan merupakan hak Adian untuk melaporkan kasus ini ke Dewan Pers. Mengenai apakah dalam foto itu Adian sedang tidur atau tidak, Koran Tempo mempersilakan masyarakat menilainya sendiri.
Penilaian berdasarkan pengamatan saya adalah sebagai berikut: Posisi Adian sebagaimana yang tampak di foto-foto itu adalah: kedua matanya terpejam rapat, duduk bersandar di kursinya, sedikit melorot, sambil melipat kedua tangannya di dada, kepala terkulai ke bawah sedikit miring ke kiri sampai dagunya menempel di dada, bahkan ada yang kepalanya miring "tergantung" ke kiri. Dari posisi ini, dan kelihatan dari air mukanya saat itu, wajah yang sedang kelelahan, bisa disimpulkan memang Adian saat itu tertidur!
Saya berani bilang, Adian memang saat diambil fotonya itu sedang tertidur. Posisi duduknya yang agak melorot, wajah yang kelelahan, dagu yang sampai menempel di dada, dan posisi kepala yang “menggantung” ke kiri, tak bisa membohongi orang dengan mengatakan bahwa dia saat itu tidak tidur. Orang yang sadar tidak mungkin posisi kepalanya sampai “menggantung” ke samping seperti itu.
[caption id="" align="aligncenter" width="558" caption="Posisi duduk sedikit melorot, kedua tangan dilipat di dada, kepala terkulai ke bawah, miring ke samping, sampai dagu menempel ke dada, wajah yang kelelahan, ini jelas posisi orang yang sedang tertidur pulas (Tempo.co)"]
[/caption]
[caption id="" align="aligncenter" width="670" caption="Posisi kepala sudah condong ke kiri seperti ini hanya bisa terjadi ketika orang sedang duduk sambil tidur (Merdeka.com)"]
[/caption]
Foto-foto itu lebih bisa berbicara daripada rekaman CCTV yang pasti jaraknya jauh dari posisi di mana Adian berada. Di rekaman CCTV itu bisa saja yang terlihat memang Adian dalam posisi itu hanya beberapa menit, kemudian bergerak lagi, tanda keaktifannya kembali. Tetapi, bukankah kalau orang tertidur di tempat-tempat seperti di sidang paripurna DPR itu memang biasanya hanya beberapa menit saja?
Para pengguna media sosial, terutama Twitter yang mem-bully Adian, pasti bukan dari hanya semata-mata berdasarkan keterangan foto yang ditulis Koran Tempo itu, tetapi lebih berdasarkan pengamatan mereka sendiri dari foto-foto yang dimuat di Koran Tempo itu. Kalau Koran Tempo menulis Adian tidur, tetapi dari foto-foto itu kelihatan tidak demikian, pasti bukan Adian yang di-bully, tetapi Koran Tempo. Kesimpulan para pengguna media sosial bahwa Adian Napitupulu itu memang tertidur sebagaimana terlihat dari posisi duduknya seperti itu pastilah sama dengan pengamatan saya terhadap foto-foto tersebut itu.
Adian telah melakukan blunder, dengan memperpanjang kasus ini. Buktinya di semua media berita daring yang memuat bantahan dan kehendaknya memperpanjang kasus ini sampai ke Dewan pers malah menambah panjang deretan orang-orang yang mem-bullying-nya. Tengok saja berita-beritanya ke Kompas.com, Tempo.co, detik.com, merdeka.com, tribunnews.com, dan seterusnya, komentar semua pembacanya malah semakin keras mengecam dan mencerca Adian. Tidak ada yang membelanya.
Adian bereaksi seperti ini mungkin karena dia sebenarnya bercita-cita menjadi tokoh, anggota DPR yang tampil serba sempurna di mata masyarakat. Tetapi, sayang sekali, belum ada-apa sudah ternoda sedikit dengan insiden tertidurnya itu, yang sialnya tertangkap kamera wartawan Koran Tempo. Adian kemudian berupaya keras menghilangkan noda yang sebenarnya masih kecil itu, tetapi ironisnya reaksinya yang terlalu berlebihan alias lebay malah menghasilkan hal yang sebaliknya. Noda itu malah semakin lebar, dan kelihatannya akan sulit dilupakan orang. Kecuali kelak, dia bisa membuktikan kinerja yang serba bagus, berprestasi, terus-menerus untuk bisa mencuci bersih noda tersebut.
Sikap Adian memperpanjang kasus ini sampai ke Dewan Pers ini malah menjadi bumerang baginya. Kesan publik kepadanya adalah ternyata dia tergolong manusia bermulut ringan dalam melancarkan kritik kepada orang lain, tetapi berkuping tipis ketika ada yang mengritisinya.
Saya yang tadinya tidak begitu tertarik dengan kasus ini, malah menjadi tertarik setelah Adian mengadakan jumpa pers spesialnya ini dan melaporkan Koran Tempo ke Dewan Pres. Saya kemudian mengamati foto-foto itu satu per satu, langsung mengambil kesimpulan: Adian Napitupulu memang tertidur, tetapi tidak mau mengakuinya. Karena merasa diri tokoh super yang selama ini jago mengkritik?
Adalah jauh lebih baik, jika Adian mengaku saja, karena terlalu capek, tertidur sebentar, dan meminta maaf kepada publik, serta berjanji tak akan terulang lagi, daripada malah memilih frontal dengan media seperti ini.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H