1. Varietas Adaptif
Varietas adaptif dan unggul adalah salah satu komponen utama teknologi yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Varietas unggul adalah varietas yang memiliki potensi hasil tinggi. Pemerintah telah melepas ratusan varietas unggul padi sehingga petani dapat lebih leluasa memilih varietas yang sesuai dengan teknik budidaya padi dan kondisi lingkungan setempat. Ketersediaan berbagai alternatif pilihan varietas unggul pada suatu wilayah akan berdampak terhadap stabilitas produksi padi. Padi dapat ditanam pada lahan basah dan lahan kering. Lahan sawah di Indonesia terdiri atas sawah irigasi; sawah tadah hujan, sawah pasang surut dan sawah lebak. Budidaya padi pada lahan sawah irigasi dengan mengandalkan sumber air yang berasal dari tempat lain melalui saluran -- saluran yang sengaja dibuat untuk pengairan. Sawah irigasi dibedakan atas (a) sawah irigasi teknis; (b) sawah irigasi semi teknis dan (c) sawah irigasi sederhana. Budidaya padi pada lahan sawah tadah hujan secara tepat, berpotensi meningkatkan produktivitas padi.
2. Teknologi Pengolahan Tanah dan Pengairan
Kegiatan utama dari penyiapan lahan sawah irigasi adalah pelumpuran tanah hingga kedalaman lumpur minimal 25 cm, pembersihan lahan dari gulma, pengaturan pengairan, perbaikan struktur tanah, dan peningkatan ketersediaan hara bagi tanaman. Pada tanah yang sudah terolah dengan baik, penanaman bibih dapat lebih mudah dan pertumbuhannya menjadi optimal. Terdapat 5 tahapan penyiapan lahan dengan cara basah, yaitu: (1) sawah digenangi setinggi 2-5 cm di atas permukaan selama 2-3 hari sebelum tanah dibajak, (2) pembajakan tanah pertama sedalam 15-20 cm menggunakan traktor bajak singkal, kemudian tanah diinkubasi selama 3-4 hari, (3) perbaikan pematang yang dibuat lebar untuk mencegah terjadinya rembesan air dan pupuk, sudut petakan dan sekitar pematang dicangkul sedalam 20 cm, (4) pembajakan tanah kedua bertujuan untuk pelumpuran tanah, pembenanman gulma dan aplikasi biodekomposer dan (5) perataan tanah menggunakan garu atau papan yang ditarik tangan, sisa gulam dibuang, tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang. Pada olah tanah kering dapat menggunakan traktor roda empat yang dilengkapi dengan bajak piringan dan garu piringan. Tahapan penyiapann lahan dengan cara kering adalah tanah dibajak sedala 20 cm, kemudian digaru untuk menghancurkan bongkahan tanah dan diratakan pada saat air tersedia.
3. Sistem Pertanaman
Di Indonesia, sistem pertanaman pada sawah irigasi diawali dengan persemaian. Persemaian system dapog sering digunakan dengan bibit ditanam menggunakan alat mesin transpalter. Persemaian dengan system dapod diawali dengan pemeraman bebih selama 2 hari kemudian ditiriskan, lalu dicampur dengan pupuk hayatii dengan takaran 500 fram/25 kg benih, atau setara untuk 1 ha lahan. Benih disebar pada kotak dapog berukuran 18cm x 56cm dengan jumlah benih sekitar 100-125 gram/kotak kemudian benih disebar merata pada persemaian dapog. Bila menggunakan persemaian biasa, benih diperam dua hari kemudian ditiriskan dan setelah dicampur dengan pupuk hayati langsung disebar merata di persemaian. Bibit ditanam saat berumur 15- 18 setelah sebar. Sistem tanam di lahan rawa diantaranya system tanam tapin, tabela dan salibu. Perbedaan antara system tapin dan tabela terletak pada kondisi benih yang digunakan. System tapin banyak diterapkan di lahan sawah irigasi, sedangkan system tabela banyak diterapakan di lahan gogo dan rawa. Terdapat dua metode tabela yaitu sebar kering dan sebar basah. Penaburan benih dalam larikan dapat menggunakan alat tanam benih langsung (atebela).
4. Pemeliharaan Padi
Pemupukan yang tepat perlu diterapkan untuk memastikan tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. 38 Aplikasi pupuk sebagai sumber hara dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman, menambah kekurangan hara yang berasal dari tanah. Prinsip aplikasi pupuk adalaj mengoptimalkan pemanfaatan hara dari dalam tanah maupun yang bersal dari pupuk secara efektif dan efisien dengan meminimalkan cemaran zat kimia beracun berasal dari pupulk dan memelihara keberlanjutan produksi. Pemupukan yang tepat meliputi tepat dalam hal jenis, dosis, waktu dan cara pemupukan. Keseimbangan penggunaan pupuk anorganik dan organik diharapkan mampu menyuplai ketersediaan hara ke dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Analisis tanah dapat membantu dalam menentukan jenis dan dosis pupuk yang diperlukan. Hama utama pada padi adalah wereng coklat, penggerak batang dan tikus. Sedangkan penyakit penting adalah blas, hawar daun bakteri dan tungro. Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya sebagai berikut:
- Fisik dan mekanik
- Sanitasi
- Tanam serempak
- Penggunaaan varietas tahan
- Pengendalian hayati
- Biopestisida
- Pestisida kimia
5. Panen dan Pascapanen
Panen adalah pemungutan hasil sawah atau ladang dalam bercocok tanam, yang telah cukup umur dan menandai berakhirnya sebuah kegiatan dilahan budidaya. Hasil panen padi yang berkualitas tidak hanya dari penanganan budidaya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penanganan panennya. Waktu panen padi yang tepat jika gabah telah tua atau matang. Waktu panen tersebut berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang akan dihasilkan. Waktu panen yang terlalu awal menyebabkan mutu gabah rendah, banyak beras yang pecah saat digiling. Pasca panen merupakan serangkaian kegiatan untuk menekan kehilangan hasil, meningkatkan kualitas, daya simpan, daya guna komoditas pertanian, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan nilai tambah. Berkaitan dengan hal tersebut maka kegiatan pasca panen meliputi penjemuran (pengeringan gabah), pengemasan, dan pemasaran. Rendahnya mutu gabah disebabkan oleh tingginya kadar kotoran dan gabah hampa serta butir mengapur mengakibatkan rendahnya rendemen beras giling yang di peroleh. Butir mengapur selain dipengaruhi oleh faktor genetika, juga dipengaruhi oleh teknik pemupukan dan pengairan, sedangkan kadar kotoran dipengaruhi oleh faktor teknis, yaitu cara perontokan. Oleh karena itu sebagian besar pemanen merontok padinya dengan cara dibanting atau mengggunakan pedal thresher, maka gabah hampa cukup tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H