Kita akhirnya kini dipertemukan, sebagai sepasang takdir yang luka
Tahukah kamu bahwa do'a kita tak lagi seirama?
Kau yang saat ini, mungkin telah khusyuk bersimpuh dengan berharap mampu melupakan kisah indah bersamanya
Apakah kau juga tau, jika saat ini aku sedang sibuk menelaah tentang kehadiranmu?
Menafsirkan dirimu, mungkinkah kau masih membawa luka yang sama?
Entahlah...
Sekumpulan luka kini memporak-porandakan harapanku, saat kau memilih dia sebagai tumpuan atas kebahagiaanmu dan aku kini hanya mampu meratapi penyesalan sejadi-jadinya
Apa kau sadar akan hal itu?
Harusnya kau pun tau,
Aku yang saat ini terbentuk dari luka yang tersusun oleh kebahagiaanmu saat kau bersamanya.
Apakah kau juga tau?
Air mata yang suci pernah membasahi sajadah ku.
Setiap malam ku bisikan kebahagiaan kita kepada langit namun nyatanya kau berikan bukan untukku, melainkan untuknya yang kau cinta.
Aku tidak menghakimi sedikitpun tentang pertemuan kita, hanya menyesali karena telah memberikan cinta yang pada akhirnya terbuang dan menjadi hal yang paling sia-sia.
Jika saat ini kau datang membawa luka kecewa, lalu menghampiri aku berharap kesembuhan
Bagaimana aku sanggup menyembuhkan? Sedangkan luka yang kau beri begitu hebat.
Ku rasa kau pun tau, aku gagal menyembuhkan lukaku sendiri.
Atau mungkin, kita telah sama-sama menyimpan dilema dan berhasil membuat kita muak untuk kisah yang mereka sebut CINTA.
Jakarta
22 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H