Sendiri
Memeluk hangat lamunan tentangmu
Aku tertatih-tatih tiada siapapun yg perduli
Mangerang batinku sirna sudah segumpal harapanku
Entah sampai kapan aku menjadi pendosa
Setiap detiknya hanya mampu berikan senyum kepalsuan
Sejuta permohonan atas nama kepedulian mengintip di jendela aib murahan
Pantaskah aku bertanya, kemana cintamu mencari tempat persinggahan
Perkara ku masih serupa manusia tolol
Menyirami luka sedangkan kekecewaan menghujani hingga menenggelamkan akal
Sesak oleh harapan hingga menghirup racun rayuan
Namun perlahan aku bagimu hanya sampah yang berserakan.
Indramayu, 2 Maret 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H