Suasana lebaran selalu menjadi momen yang istimewa bagi setiap keluarga muslim di seluruh dunia. Namun, di desa kecil yang teduh ini, perayaan Idul Fitri memiliki makna yang lebih dalam bagi keluarga R. Ali Iskandar. Berada di perantauan atau tidak, setiap anggota keluarga, mulai dari anak, menantu, cucu hingga cicit, berkumpul bersama untuk merayakan hari yang suci ini.
Momen Ramadhan yang dinantikan, pada 1 Syawal 1445 H, diawali dengan semangat suci sholat Idul Fitri bersama di masjid terdekat. Namun, momen kebersamaan tidak berhenti di situ. Setelah sholat, suasana syahdu berganti menjadi kehangatan ketika keluarga berkumpul untuk saling memaafkan. Sebagai cikal bakal dari tradisi yang dijunjung tinggi, saling maaf-memaafkan menjadi puncak kebahagiaan yang sejati.
Namun, ada satu tradisi yang sangat istimewa bagi keluarga ini. Setelah saling memaafkan, mereka tidak lupa untuk menghormati leluhur mereka dengan berkunjung ke makam leluhur dan mendoakannya. Dalam perjalanan religius ini, terlihat keharmonisan dan kekompakan keluarga R. Ali Iskandar. Langkah mereka bersama-sama menuju makam leluhur adalah simbol kebersamaan yang tidak tergantikan.
Bagi mereka, Lebaran bukan hanya tentang kegembiraan sesaat. Lebih dari itu, Lebaran adalah waktu untuk merayakan kasih sayang, kebersamaan, dan mengenang akar-akar keluarga. Di tengah gemerlapnya perayaan Idul Fitri, tradisi yang dijunjung tinggi oleh keluarga ini mengajarkan nilai-nilai kekeluargaan yang tak ternilai harganya.
Sebagai saksi mata, suasana yang tercipta di Klakah, Lumajang, saat Lebaran adalah gambaran kehangatan dan kebersamaan yang tiada tara. Di sini, lebaran bukan hanya sekadar merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, tapi juga sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan mengenang jasa-jasa leluhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H