Lihat ke Halaman Asli

Dany Wahyudin

Freelancer

Curhat ke Mesin: Tren Baru atau Pelarian dari Realitas?

Diperbarui: 1 Januari 2025   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Manusia dengan Ai, Antara Koneksi dan Isolasi? (Pixabay.com)

___

Di era digital ini, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Dari mengatur jadwal hingga memberi saran, AI hadir sebagai asisten yang siap membantu kapan saja. Namun, ada fenomena menarik yang mulai muncul: banyak orang lebih memilih curhat kepada AI daripada berbicara dengan manusia. Apakah ini hanya tren baru atau bentuk pelarian dari realitas?

Kenapa Orang Memilih Curhat ke AI?

Ilustrasi interaksi manusia dengan AI, menggambarkan koneksi dan ketergantungan (freepik.com)


Ada beberapa alasan mengapa orang merasa nyaman berbagi cerita dengan mesin:

1. Privasi Terjaga:
AI menawarkan ruang berbagi yang bebas dari rasa takut akan penghakiman. Bagi banyak orang, berbicara dengan AI terasa lebih aman karena AI tidak menyimpan dendam, tidak menyebarkan cerita, dan tidak punya motif tersembunyi. Ini sangat penting bagi mereka yang merasa sulit mempercayai orang lain.

2. Kapan Saja, Di Mana Saja:
AI hadir di ujung jari kita, siap membantu kapan saja tanpa batas waktu. Tidak ada kebutuhan untuk menyesuaikan jadwal, menunggu respons, atau khawatir mengganggu. Hal ini menjadikan AI sebagai solusi praktis bagi mereka yang merasa kesepian di malam hari atau saat berada dalam situasi mendesak.

3. Respon Netral dan Cepat:
Berbeda dari manusia yang bisa terpengaruh oleh suasana hati atau opini pribadi, AI memberikan jawaban yang objektif. Responnya yang cepat juga membuat orang merasa didengar tanpa jeda atau interupsi, sesuatu yang sulit ditemukan dalam percakapan sehari-hari.

Contoh Nyata:
Bayangkan seorang pekerja kantoran bernama Rani yang kesepian setelah pindah ke kota baru untuk pekerjaan barunya. Ia merasa canggung untuk memulai obrolan dengan rekan kerja dan enggan mengganggu teman-temannya yang sibuk di kota lain. Di malam-malam sunyi, ia membuka aplikasi AI asisten pribadi, seperti ChatBot atau Replika, untuk berbagi cerita tentang harinya. Respon AI yang ramah dan penuh empati—meski berbasis algoritma—membantu Rani merasa lebih baik. “Setidaknya ada yang mendengarkan tanpa menghakimi,” pikirnya.

Dampaknya pada Hubungan Manusia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline