Lihat ke Halaman Asli

Kejujuran Sang Tukang Parkir

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sembari mengeringkan badan dari peluh yang bercampur air hujan, saya ingin sedikit bercerita.

Baru saja saya bersama teman-teman seangkatan bermain futsal di salah satu lapangan yang terletak di daerah Borobudur. Kebetulan lapangan itu berada di tengah-tengah kampus (tapi bukan kampus tempat saya kuliah). Kami menuju kesana dengan menggunakan kendaraan roda dua. Nah, sesampainya kami disana, langsung saja memarkir kendaraan tepat di depan lapangan. Tanpa basa-basi, permainan pun dimulai. Sebelumnya kami melakukan pemanasan dengan gaya masing-masing. Karena ada yang suka menjadi kiper maka olahraga tangan, yang suka jadi striker langsung lari-lari kecil.

Tak terasa dua jam berlalu sudah, bel pun dibunyikan. Kami pun bergegas menuju tepi lapangan. Ada yang mandi, ada yang langsung pulang karena sebentar lagi ada kuliah (kebetulan saya tidak ada kuliah), dan ada juga yang nyantai sambil ngobrol. Salah satu teman kami, Luki, mendatangi saya sembari mengulurkan selembar uang lima ribuan untuk iuran menyewa lapangan. Dia ingin pulang karena ada pekerjaan yang menunggu. Setelah itu, saya pun menagih uang juga kepada teman-teman yang lain. Tiba-tiba, Luki datang lagi.

"Ada yang liat kunci yang gantungannya mouse gak?", katanya.

Semuanya pun sibuk mencarikan, dan jawabannya sama : gak ada. Dia pun mulai bingung, mencari kesana kemari sambil mengingat-ingat dimana dia menaruh kunci tersebut. Kemudian teman saya Dimas dipanggil oleh Luki ke parkiran, ternyata Dimas yang badannya besar ini diminta untuk membuka jok sepeda motornya, mungkin saja ada di dalam. Beberapa menit kemudian dan setelah bersusah payah, akhirnya terbuka dan hasilnya sama : gak ada.

Di saat genting ini (hahaha), baru ada yang nyeletuk, "Tanya aja sama satpam atau tukang parkir, kali aja dibawa ke pos penjagaan.". Lalu ada Ero dan Angga yang mau pulang, dipesani untuk tanya ke tukang parkir. Mau tau ending-nya? Ya, ternyata benar, ada di tangan tukang parkir. Alhamdulillah, gak jadi hilang. Tapi disini ada kejadian unik lagi. Luki diminta untuk menunjukkan STNK. Yang jadi pertanyaan adalah, emang ada nomor polisi di kontak sepeda motor? Kan kalau membawa STNK orang lain juga gak bakalan ketahuan. Ya kan?

Tapi, yang penting adalah mouse yang bergantungkan kunci sepeda motornya tidak hilang (boneka mouse-nya lebih besar 20x lipat dibanding kucinya, hahaha). Kemudian, saya salut pada tukang parkir yang bersikap jujur. Soalnya begini, di kota ini banyak sekali curanmor. Baru beberapa hari yang lalu, tetangga kos saya kehilangan sepeda motornya. Ada sedikit cerita juga, Ero (yang tadi mau pulang), pernah juga kehilangan STNK ketika dia membelikan molen buat kami. Setelah ditelusuri, ternyata ketemu di tempat beli molen tadi. Ketika ditanya, "Bu, lihat STNK atas nama XXX jatuh disini gak?".

Si ibu penjual molen tadi pun menjawab, "Ini tadi yang nemukan mbak-mbak, mas. Minta uang tebusan katanya".

Di saat berbincang-bincang, ada anak si ibu menyahut, "Aku mas yang nemukan, jatuh di situ tadi".

Si ibu malah menyanggahny dan tetap bersikeras bahwa yang nemukan adalah orang lain yang meminta tebusan. Di sini bisa kita ketahui, siapa sih yang berbohong? Masa' anak kecil bohong?

So, berhati-hatilah jika membawa barang yang berharga. Jika kita menemukan barang orang lain, umumkan saja. Jangan malah diambil. :D




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline