Lihat ke Halaman Asli

Dane Ethan

Penulis Amatir

Kupas Habis Fenomena Bullying

Diperbarui: 19 Agustus 2020   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat orang tua menanyakan mengapa anaknya tidak mau pergi ke sekolah, mungkin ada beberapa jawaban mulai dari malas atau bosan hingga “di-bully di sekolah” dan fenomena ini bukanlah suatu hal yang janggal, di Indonesia sekitar 160 ribu siswa melaporkan, bahwa mereka lebih memilih untuk tinggal di rumah setiap hari dibandingkan pergi ke sekolah untuk menghindari pengganggu atau pelaku bullying.

Masalah bullying atau perundungan telah menjadi masalah serius di banyak sekolah dan hal yang sama pun terjadi di sekolahku. Namun, pernahkah kita berpikir siapa atau apa yang menjadi penyebab seseorang melakukan tindakan bullying? Sebelum itu, sebenarnya apa itu bullying? Bullying atau perundungan adalah perilaku yang ditunjukan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Bullying umumnya juga tidak hanya terjadi sekali, melainkan berpotensi terjadi berulang kali yang dapat membawa berbagai dampak negatif terhadap korbannya.

Kapan bullying terjadi dan apa saja aktivitas yang dapat tergolong didalamnya? Bullying atau perundungan umumnya terjadi saat adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban baik dari segi fisik, sosial, maupun mental. Korban umumnya menerima tiga jenis perundungan  yaitu secara fisik, sosial, dan verbal. Perundungan secara fisik mengacu kepada tindakan pelaku yang menyakiti korbannya secara jasmani, baik dengan cara memukul atau mendorongnya.

Kedua, perundungan secara sosial mengacu kepada tindakan pelaku yang menyakiti korbannya dengan menggunakan lingkungan sosial di sekitarnya. Misalnya dengan cara mengajak teman-teman sekelas untuk menghindari dan menertawakan korban. Yang terakhir, perundungan secara verbal lebih mengacu kepada tindakan pelaku yang menyakiti korban dengan menggunakan kata-kata negatif, seperti mengejek atau memanggil korban dengan nama yang tidak sopan. 

Meskipun sebenarnya terdapat tiga jenis bullying, di lingkungan sekolahku biasanya hanya terjadi dua yaitu verbal dan sosial. Aku sering menyaksikan murid-murid terutama siswa, yang saling memanggil dengan nama yang cukup kasar, misalnya dengan menggunakan nama ayah sembarangan. Meskipun sebenarnya hal ini mungkin dianggap sebagai candaan, terkadang korban bisa merasa tersinggung namun tidak ingin menunjukkannya karena takut di-bully lebih lanjut.

Selain secara verbal, aku juga pernah menyaksikan teman sekelasku yang hampir dimusuhi satu kelas dan juga sering dibully, hal tersebut merupakan salah satu contoh bullying secara sosial.

Setelah mengobservasi fenomena  bullying di lingkungan sekolah, aku menyadari bahwa jawabannya cukup kompleks dan tergantung pada berbagai pihak dan faktor. Bila dilihat dari pihak pelaku, maka tindakan ini dapat terjadi karena pelaku ingin menjadi populer, terlihat kuat dan tegas atau menemukan kegiatan tersebut menyenangkan. Pelaku juga sering menggunakan  kegiatan ini sebagai cara mereka untuk melampiaskan emosi akibat masalah-masalah yang dihadapinya di sekolah maupun di rumah. 

Terkadang penyebabnya juga dapat melibatkan pihak keluarga, dilansir dari BBC, salah satu penyebab umum seseorang melakukan perundungan karena pelaku memiliki masalah keluarga. Bahkan menurut sebuah penelitian pada tahun 2016 menemukan bahwa sepertiga pelaku perundungan tidak pernah berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang tua atau wali mereka. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa lingkungan pertumbuhan anak sangat penting, jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau orang tua dan wali gagal untuk mendidik anak. Maka hal ini dapat berujung membuat anak menjadi seorang pengganggu atau pelaku bullying.

Selain pihak keluarga, lingkungan pergaulan juga terkadang patut disalahkan. Biasanya seorang anak dipengaruhi oleh teman-temannya untuk melakukan tindakan yang belum tentu benar, fenomena ini dikenal dengan sebutan “peer pressure”. Dalam kasus bullying, banyak anak-anak yang melakukannya karena alasan tersebut, mereka ingin disukai atau diterima dalam suatu lingkungan pergaulan dan apabila menolak, mereka berpotensi tinggi untuk menjadi korban selanjutnya.

Di lingkungan sekolahku, hal inilah yang mayoritas menyebabkan bullying, banyak siswa-siswi yang melakukan perundungan karena teman-temannya juga melakukan hal tersebut, secara tidak langsung mereka merasa bahwa hal tersebut normal dan boleh untuk dilakukan. Hal ini bisa berdampak negatif bagi para siswa-siswi karena mereka tidak lagi menggunakan akal sehat mereka, melainkan hanya “ikut-ikutan” temannya, jika hal ini terus berlanjut maka pelaku tidak punya pendirian sendiri, yang sebenarnya sangat berbahaya di dunia pendidikan maupun kerja. Selain itu, apakah ada dampak lain dari bullying?

Pertama, dampak terhadap korban sebenarnya cukup signifikan terutama secara mental, biasanya korban akan memiliki tingkat kesedihan, kecemasan, dan kesepian yang dapat menyebabkan depresi. Korban juga biasanya mengalami perubahan pola makan dan tidur, disertai dengan kehilangan daya tarik terhadap aktivitas-aktivitas yang sebelumnya disukai. Korban juga dapat mengalami masalah kesehatan dan penurunan pencapaian akademik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline