Lihat ke Halaman Asli

Dandung Nurhono

Petani kopi dan literasi

Esensi Ketaatan kepada Sang Pencipta

Diperbarui: 8 September 2023   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

| Foto: Dandung N. (Dok. pribadi)

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, dikatakan oleh Anas ra. ada tiga orang mendatangi rumah istri Nabi SAW untuk bertanya tentang ibadah beliau. Setelah diberitahukan, mereka merasa tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Nabi SAW.

Lantas salah seorang dari mereka mengatakan, “Saya akan shalat malam selama-lamanya.”

Lalu seorang lainnya mengatakan, “Sungguh saya akan puasa terus menerus tanpa berbuka.”

Kemudian orang yang ketiga berkata, “Saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan menikah selamanya.”

Ketika kabar tentang keinginan mereka itu sampai ke Rasulullah SAW, beliau segera mendatangi mereka dan menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang paling taat di antara mereka, namun beliau shalat malam dan juga tidur, beliau berpuasa dan juga berbuka, beliau juga menikah selayaknya manusia. “Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” Sabda beliau SAW.

Tidak disangkal bahwa yang mereka inginkan itu sebenarnya bertentangan dengan peribadahan dalam Islam, sebab akan menyusahkan bahkan akan memberatkan mereka.

Orang yang shalat malam tanpa istirahat untuk tidur, menunjukkan sifat yang berlebih-lebihan. Disamping menzhalimi dirinya sendiri, ia juga menzhalimi istrinya, yang berhak untuk bersenang-senang dengannya.  

Kemudian puasa yang dilakukan terus menerus tanpa berbuka, juga merupakan perbuatan yang dilarang, sebab akan menyiksa dan akan mendatangkan keburukan. Puasa yang demikian juga termasuk perbuatan melampaui batas.

Demikian juga dengan keinginan tidak akan menikahi wanita agar bisa terus menerus melakukan ibadah. Keinginan membujang selamanya pada umumnya hanya menjadi kepuasan untuk dirinya sendiri, sebenarnya ia digelayuti nafsu yang selalu bergejolak, sehingga ia akan berada dalam pergolakan melawan fitrah kemanusiaannya.

Ketiga perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan yang melampaui batas dan bertentangan dengan fitrah, untuk itu dalam Islam hukumnya haram.

Terdapat pesan yang sangat penting dalam riwayat tersebut, bahwa menyikapi segala sesuatu dalam kehidupan ini hendaknya dilakukan secara proporsional. Rasulullah SAW yang telah dimaksum, beliau, selain menyediakan waktunya untuk berdialog dengan Allah SWT dalam ibadah ritual, beliau juga mengadukan segala permasalahan yang dihadapi oleh umatnya. Beliau juga masih menyisihkan waktunya untuk berinteraksi dengan umatnya, bergaul dengan istri dan keluarganya, memperhatikan permasalahan yang ada dalam masyarakat, dan aktivitas sosial lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline