Belum lama ini Ucok diangkat menjadi Danru alias Komandan Regu. Sangat bangga ia dipanggil "Ndan" sebagai panggilan sehari-hari, dan jam kerjanya tidak lagi masuk shift.
Hari ini Ucok berangkat ke kantor lebih cepat, agar bisa mendahului atasannya. Pak Sukir. Ia langsung menuju ruang kerjanya, masih kosong. Lalu ia memasak air. Bukan untuk membuat kopi atau teh, tapi menyediakan untuk merendam kaki pak Sukir yang rematik.
Dari sela-sela teralis jendela, Ucok melihat pak Sukir datang. Jalannya terpincang-pincang. Dengan sigap Ucok berlari menghampiri. Memberi hormat, lalu membantu membawakan tas ranselnya. Ia berjalan mengikuti irama langkah pak Sukir yang pincang.
Di depan meja kerja, Pak Sukir mulai melepas sepatu. "Maaf ya Cok kalau ada bau yang kurang sedap, aku lagi buka kaos kaki. Biasa kegiatan rutin sebelum apel pagi."
"Siap." Jawab Ucok tegas, "Air hangat untuk merendam kaki sudah siap Ndan."
"Wah, luar biasa. Kapan masak airnya Cok, jam segini sudah siap air hangat untuk merendam kaki." Kata pak Sukir sedikit kaget.
"Ijin mengambil air hangatnya Ndan." Seru Ucok dengan wajah berbinar-binar.
"Oke, terimakasih Cok."
"Siap."
Sejak saat itu, setiap pagi Ucok memasak air untuk merendam kaki pak Sukir. "Ini kesempatan mencuri simpati atasan." Gumam Ucok, ia tahu tidak lama lagi pak Sukir akan pensiun.
***
Seolah berlomba dengan petugas cleaning service, Ucok berangkat kerja lebih pagi lagi. Betul saja, petugas cleaning service belum tampak pucuk hidungnya Ucok sudah tiba di kantor. Ia bergegas memasak air.