Perputaran waktu tidak akan pernah dapat diberhentikan kecuali oleh kematian. Kematian sendiri merupakan keniscayaan yang tidak akan pernah dapat dihindari oleh semua makhluk yang bernyawa. Kullu nafsin dzaaiqotul maut.
Kini perputaran waktu bergeser hingga tiba pada waktu akhir bulan mulia, Ramadhan. Namun tidak banyak orang yang menyadari, jika sebenarnya Ramadhan akan segera meninggalkan kita. Artinya kesempatan memperoleh banyak keberkahan akan berkurang satu Ramadhan.
Segalanya adalah fana, tidak akan pernah ada yang kekal, juga kesempatan hidup. Semuanya memiliki siklus sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah SWT. Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin bakal bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan. Semua datang dari Allah dan semua akan kembali kepada Allah. Inna lillaahi wa inna ilaihi raji'un. Hamba Allah di muka bumi ini bermacam karakter, dan yang paling mulia di hadapan Allah SWT ialah yang paling bertakwa.
Ketika manusia lahir ke dunia ini, memang tidak ada pilihan. Tapi ketika harus menjalani kehidupan dengan beraneka profesi masing-masing, terbentang dua jalan yang bisa dipilih untuk dilalui, yaitu jalan kebaikan dan jalan keburukan, jalan terbimbing menjadi orang mukmin atau jalan yang sesat menjadi orang kafir. Semua telah difirmankan Allah SWT., "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kesesatan)" (QS. Al Balad: 10).
Kebebasan menentukan pilihan ada di tangan manusia. Siapa yang memilih jalan kebajikan, dia akan selamat, dan siapa yang memilih jalan kesesatan, dia akan celaka. Semua pilihan itu akan dipertanggungjawabkan kepada Sang Maha Pencipta, yang menjadikan mati dan hidup. (QS. Al-Mulk:2). Meskipun tak sedikit manusia menyia-nyiakannya. Hidup sekadar hidup, mati pun kehilangan arti. Begitulah manusia, tidak pernah memahami bahwa hidup di dunia hanya bersifat sementara.
Allah SWT. menginformasikan bahwa kehidupan duniawi itu mata' al-ghurur. Sering jadi lahan permainan dan tipu-daya, disebut pula sebagai laibun wa lahwun, permainan dan senda gurau belaka, kendati sejatinya dunia itu juga majra al-akhirat, ladang menuju akhirat yang abadi (QS. Al-An'am:32). Sekali lengah, semuanya bisa berubah menjadi debu yang beterbangan. Siapa yang waspada dan berhati-hati, insya Allah hidup akan mempunyai arti.
Memang kehidupan di alam dunia penuh dengan rayuan dan godaan. Manusia menyangka bahwa dengan harta banyak, kedudukan yang terhormat, menikahi banyak wanita, bergemerincing perhiasan di sekujur badan, seolah dengan itu semua hidup akan menjadi bahagia. Perlu disadari dan dipahami, bahwa kesenangan hidup duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Demikian pula kehidupan di dunia itu hanyalah sebagai perantara menuju kehidupan yang sesungguhnya yang lebih baik dan lebih panjang.
Pada Ramadhan kali ini, setidaknya menunjukkan betapa kasih-sayangnya Allah SWT kepada kita. Sampai saat ini kita masih diberi kesempatan bertemu dengan bulan yang penuh berkah, untuk dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, mencari ridha Allah SWT. Tidak lupa, kita juga masih diberi kesempatan umur untuk menikmati sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, kita masih diberi kesempatan untuk memperoleh Lailatul Qadr.
Oleh karena itu, kesempatan yang masih tersisa ini, setidaknya bisa dimanfaatkan untuk introspeksi. Pertama, bisa dimanfaatkan untuk menengok ke belakang, napak tilas perjalanan hidup yang sudah dilalui sebagai sejarah hidup yang rinci tanpa manipulasi. "Apa dan bagaimana tulisan amal kehidupan yang telah kita buat."
Itulah kelak yang akan berbicara serta menjadi saksi di hadapan pengadilan Allah Yang Maha Adil. "Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan." (QS. Al Ahqaaf: 19).
Kedua, dapat dimanfaatkan untuk memandang ke depan dengan lebih bijak dan berhati-hati dalam beramal serta menjalani hidup dengan optimis. Satu pernyataan yang ada ialah "Kita harus dapat memanfaatkan kesempatan yang tersisa untuk memperbaiki diri."