Para psikolog dan ahli gizi secara umum setuju bahwa duduk untuk makan bersama dengan orang lain, memiliki efek yang baik untuk meningkatkan kesehatan fisik dan emosional . Linda Blair, Psikolog Klinis dan Pakar Parenting, dalam bukunya The Key to Calm, berdasarkan pengalamannya selama bertahun-tahun sebagai psikolog klinis, ia menawarkan solusi untuk mencapai ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan kita sehari-hari. Ia juga menyatakan bahwa duduk bersama orang lain lalu makan bersama memiliki efek yang baik untuk meningkatkan kesehatan fisik dan emosional manusia, terutama bagi anak-anak dan remaja. “Yang kami tahu adalah saat Anda makan sendiri, Anda tidak akan memperhatikan perilaku dan pola saat makan, sehingga akan menyantap apapun yang ada di hadapan anda secara berlebihan, namun saat makan bersama orang lain, mereka akan memperhatikan seberapa banyak Anda makan sehingga makan bersama bisa menjadi obat terbaik,” kata Linda Blair.
Catherine Lippe, founder dan owner Catherine Lippe Nutrition, ia berprofesi sebagai Ahli Gizi spesialisasi nutrisi anak, mengatakan bahwa pola perilaku makan sehat dapat dibentuk sejak usia dini, dan makan bersama orang lain dapat memainkan peran penting dalam membentuk pola makan sehat. “Ini semua tentang reaksi anak terhadap makanan. Jika Anda memiliki waktu untuk makan bersama keluarga, anak-anak akan mengenali makanan yang berbeda dan memperhatikan jenis rupa dan bau makanan sehingga tak menjadi orang yang rewel dan pemilih. Hal ini membantu anak-anak belajar menghargai makanan,” kata Lippe.
Dalam dunia bisnis, makan bersama dengan rekan kerja, sesama karyawan pada saat-saat tertentu untuk mencari suasana yang lain dari biasanya, lalu berkumpul dan makan bersama, dapat menciptakan keakraban di antara mereka sehingga komunikasi dapat berlangsung secara efektif. Dalam lingkup keluarga, demikian juga, makan bersama dalam satu meja, membuat hubungan menjadi semakin harmonis.
Dalam Islam makan secara bersama-sama dalam satu tempat tertentu diistilahkan dengan “makan berjamaah”, baik dalam satu piring besar atau makan bersama dengan hidangan di atas hamparan daun pisang, atau dihidangkan di atas meja. Konsep makan berjamaah ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Tidak ada cara makan yang lebih baik selain makan secara bersama-sama. Suasana kedekatan antar sesama dapat terjalin dengan lebih intim. Selain itu, terdapat efek yang sangat luar biasa yang dihasilkan dari makan secara berjamaah. Dapat membantu menaikkan nafsu makan, terapi bagi mereka yang sedang sakit agar timbul nafsu makannya. Saling berinteraksi secara sehat dengan orang sekitarnya karena tidak saling berebut. Membentuk jiwa sosial dengan sesama. Bahkan bagi yang sedang diet makan berjamaah bisa menjadi solusi, karena porsi makanan dapat lebih terkontrol. Efek yang paling utama dari makan berjamaah adalah mendatangkan berkah Allah SWT. Dalam sebuah hadits dari sahabat Wahsyi bin Harb dan diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan: "Bahwasannya para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: "(Mengapa) kita makan tetapi tidak kenyang ?" Rasulullah balik bertanya: "Apakah kalian makan sendiri-sendiri ?" Mereka menjawab: "Ya (kami makan sendiri-sendiri)". Rasulullah pun menjawab: "Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah basmalah, maka Allah akan memberikan berkah kepada kalian semua." (HR Abu Dawud)
Tidak perlu hidangan yang istimewa dan mewah atau dengan menu makanan hotel bintang lima, makan berjamaah tetap terasa nikmat. Sebab dalam makan berjamaah, bukan mengedepankan nafsu tapi mengedepankan moral dan etika tentang makan. Makan berjamaah melatih untuk tidak bersifat tamak. Meskipun ukuran dan kapasitas lambung kita berbeda-beda, namun hampir bisa dipastikan, masing-masing akan mampu bertenggang rasa dan mengimbangi keperluan orang lainnya ketika makan dari hidangan yang sama, tempat yang sama, tanpa sekat-sekat strata sosial. Banyak atau sedikit makanan yang tersedia tidak jadi masalah, dapat dipastikan bisa mencukupi dan membahagiakan semuanya. Inilah rahasianya, “Makanan porsi satu orang sebenarnya cukup untuk dua, makanan dua sebenarnya cukup untuk empat, dan makanan empat sebenarnya cukup untuk delapan.” (H.R. Bukhari & Muslim).
Dari makan berjamaah, kita dapat melihat siapa diri kita. Kita adalah manusia, bukan ayam, yang ketika mendapati makanan akan saling mematuk dan mencakar memperebutkannya. Ayam yang paling perkasa dan berkuasa, jika dirinya sudah kenyang, akan mengobrak-abrik sisa makanan yang ada, sebelum akhirnya dia meninggalkannya.
Rakus makan adalah bagian dari buruknya akhlak seseorang, adapun mencukupkan makan adalah bagian dari baiknya akhlak seseorang. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H