Lihat ke Halaman Asli

Dandung Nurhono

Petani kopi dan literasi

Menajamkan Kepekaan Sosial

Diperbarui: 25 Maret 2023   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarapan | Sumber: Dandung N. (dokumen pribadi)

Rasulullah SAW bersabda, “Lima perkara yang wajib ditunaikan seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim yaitu: menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, mengunjungi orang yang sedang sakit, dan mengantar jenazah." (HR Muslim, No. 2162). Bagi seorang muslim, sebenarnya kepekaan sosial seperti itu sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW sejak 15 abad yang lalu. Begitu pentingnya kepekaan sosial tersebut sehingga ketika ada suruhan mengerjakan ibadah mahdhah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT, maka ibadah ghairu mahdhah masih tetap harus dikerjakan. Secara langsung Allah masih memerintahkan agar seorang muslim menajamkan kepekaan sosial bahkan memperhatikan perasaan orang lain, bahwa di antara karakter yang menjadi ciri khas seorang muslim ialah membagi kasih sayang kepada sesama (QS. Al Fath:29).

Ramadhan sesungguhnya adalah sebuah wadah untuk menajamkan kepekaan sosial, untuk menumbuhkan karakter kepribadian mulia dalam diri seorang muslim, untuk mengendalikan perilaku agar menjadi beradab. Selama bulan Ramadhan, ada larangan bagi umat Islam melakukan aktivitas yang pada hari biasa sepenuhnya diperbolehkan, yaitu makan, minum dan bergaul suami-istri dengan pasangan sahnya di siang hari.

Bukan tanpa alasan, larangan ini bertujuan untuk mendidik tentang kesadaran sosial, bahwa dalam hidup kita tidak cukup hanya melakukan hal-hal yang selama ini dinyatakan boleh, tapi juga perlu mengendalikan perilaku egoisme untuk suatu kebaikan yang lebih besar. Salah satu kebaikan yang lebih besar di atas kepentingan individual adalah kebaikan sosial. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian menjadi imam sholat, maka pendekkanlah bacaannya. Sebab, di antara mereka itu ada orang-orang yang lemah, sedang sakit, dan tua. Namun, apabila ia sholat sendirian, maka perpanjangkanlah sesukanya.” (HR. Muttafaq ‘alaihi). Jelas ini suatu contoh bentuk kepekaan sosial yang mengutamakan orang lain dari dirinya sendiri.

Begitu pentingnya menajamkan kepekaan sosial, bukan hanya melahirkan rasa kasih sayang dengan sesama, tapi juga mendatangkan kasih sayang Allah. Beliau SAW bersabda, “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Dzat yang Maha Penyayang. Hendaklah kalian sayangi orang yang ada di bumi, niscaya Dzat yang ada di langit akan mencintai kalian.” (HR at-Tirmidzi).

Kita bisa belajar tentang konsep kepekaan sosial, terlepas dari suku, bangsa, agama, atau apapun perbedaannya, seorang Muslim harus mampu menebarkan kasih sayang kepada sesama manusia. Dengan begitu, menegasikan orang karena berbeda pendapat, berbeda kondisi fisik, berbeda partai politik, berbeda pilihan, lalu menyebarkan kebencian tentunya bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Dalam firmanNYA, digambarkan orang yang mempunyai kepekaan sosial yang tinggi itu sebagai orang yang tampil dengan wajar, tidak menyombongkan diri baik sikap maupun tindakan. Bahkan jika ada orang menghina dan berkata dengan perkataan yang menyakitkan, ia tidak akan membalasnya dengan perbuatan dan perkataan yang serupa. Justru dibalasnya dengan sikap sopan dan rendah hati disertai dengan doa selamat (QS. Al-Furqon:63). (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline