Lihat ke Halaman Asli

Pengemis Permasalahan Serius Penyakit Sosial

Diperbarui: 19 Desember 2023   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam lingkungan masyarakat tentu saja terjadi banyak dinamika sosial yang ada. Baik dinamika sosial positif maupun negatif turut hadir di tengah-tengah masyarakat. Dalam perkara sosial, masyarakat juga dikhawatirkan dengan isu penyakit sosial yang tidak dapat terbendung.

Permasalahan sosial seringkali berada pada fase serius yang telah mengakar pada kehidupan sosial masyarakat. Salah satunya adalah praktik "mengemis". Saat ini banyak pengemis yang berada pada umur produktif atau angkatan kerja. Berbanding terbalik dengan masa lalu yang mana mereka para angkatan kerja tidak mau menjadi pengemis. Namun kenyataan saat ini banyak transmigrasi atau Urbanisasi yang terjadi adalah dengan menyumbang angka pengemis pada kota besar.

Pengemis bukan lagi menjadi penyakit sosial yang lumrah, jika ditarik lebih jauh lagi pengemis juga turut meng-exploitasi anak-anak dibawah umur dan lansia yang tidak seharusnya mengemis pada usianya. Juga tidak jarang jika kita menemukan para pengemis membawa bayi yang tentunya orang tua kandungnya tidak dapat diketahui pasti sebab tidak semua bayi yang mereka bawa merupakan darah dagingnya.

Selain exploitasi, pengemis di kota besar saat ini sudah terorganisir antar mereka. Ini yang sungguh miris bagi harapan generasi muda Indonesia. Bahkan ada organisasi yang mewadahi dan merekrut calon pengemis baru. Dengan modus yang berbeda beda, mulai dari gaya mengemis dengan mewarnai tubuh mereka (manusia silver) maupun yang menggunakan kostum baju. Dengan mudahnya mendapatkan penghasilan melalui jalur pengemis, kemudian banyak juga anak-anak usia sekolah jadi putus sekolah menjadi gelandangan.

Bahkan banyak juga pengemis yang sebenarnya memiliki tubuh yang sempurna, usia produktif, bahkan telah merampungkan masa sekolahnya justru menjadi pengemis dengan memberikan selembaran pada pengguna kendaraan bermotor di lampu merah. Ini sungguh miris untuk melihat masa depan Indonesia.

Banyak juga pengemis yang pernah terjaring razia oleh dinas sosial, justru mengulangi perbuatannya sebagai pengemis karena mendapatkan pendapatan yang besar. Bahkan banyak dari mereka yang memiliki hunian yang sangat cukup di kampung halamannya.

Di kabar pemberitaan pun kita sering mendengar banyak pengemis yang terjaring razia, ikut ditemukan juga uang puluhan juta rupiah. Tidak semua dari pengemis adalah mereka yang tidak memiliki kecakapan dalam bekerja. Tetapi, memang mereka tidak lagi mau bekerja susah payah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menjamurnya para pengemis juga sering terjadi pada hari besar keagamaan atau pada saat terjadinya libur panjang. Salah satunya saat menyambut hari ramadhan yang angka pengemis selalu meningkat pada bulan ini. Sebab para pengemis ini menyadari betul jika pada bulan ini banyak orang yang melakukan perbuatan kebaikan sehingga mereka memadati banyak tempat ibadah, namun bukan untuk beribadah tetapi untuk mengemis. 

Banyak dinas sosial yang dimiliki pemerintah daerah memberikan mereka kursus keterampilan agar kelak siap kembali ke masyarakat. Namun mereka justru kembali ke jalan untuk menjadi pengemis. Edukasi pada peran lingkungan sosial tentu dapat juga menekan angka pengemis yang ada.

Lebih lanjut, perilaku mengemis adalah permasalahan serius penyakit sosial masyarakat. Tidak hanya menjadi peran pemerintah melalui dinas terkait. Tetapi harus dimulai dari peran keluarga yang harus mengedukasi buruknya perilaku mengemis. Selanjutnya peran dunia pendidikan yang harus mengedukasi permasalahan sosial yang ada. Termasuk diantara menjamin pendidikan yang rata untuk seluruh anak bangsa yang harus di programkan oleh pemerintah. Peranan lingkungan juga tidak boleh dilepaskan dari pertumbuhan pengemis yang ada.

Salah satu peran pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat guna mencegah pertumbuhan pengemis yang ada adalah dengan tidak membiasakan memberikan mereka uang cuma-cuma. Karena kebanyakan dari mereka tetap menjadi pengemis karena pendapatan yang menjanjikan. Walaupun yang memberikan para pengemis memberikan untuk pembagian harta atau sodaqoh. Namun pemerintah secara resmi telah memiliki badan amil zakat dan sodaqoh yang dapat menyalurkan hasil pada orang yang membutuhkan. Selain itu banyak rumah ibadah yang menyediakan tempat beramal yang pada akhirnya dapat digunakan untuk pembangunan dan acara keagamaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline