Dunia politik digegerkan oleh pecahnya koalisi perubahan untuk persatuan yang sebelumnya di deklarasikan oleh PKS, Nasdem, dan Partai Demokrat. Koalisi ini mengusung Calon Presiden Anies Baswedan sebagai calon presiden pilihan mereka. Namun setelah mereka bermesraan membangun koalisi, Anies Baswedan dianggap tidak kunjung mengumumkan siapa calon wakil presiden yang akan mendampinginya pada Pilpres 2024 mendatang. Walaupun secara terbuka Partai Demokrat menjadi partai yang paling serius me-lobi Anies agar AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dapat dipasangkan dengannya.
Usaha Demokrat yang lebih serius untuk mendampingi Anies bukan tanpa alasan, sebab partai lain yaitu PKS memiliki jumlah kursi di DPR RI lebih sedikit dibandingkan dengan Partai Demokrat. Koalisi perubahan untuk persatuan bahkan sebelumnya telah melakukan kampanye dengan memasang baliho maupun alat peraga kampanye yang memasang figur Anies beserta koalisi bentukan mereka. Namun ternyata arah koalisi ini berujung kekecewaan Demokrat yang posisi wakil presiden justru di isi oleh Muhaimin Iskandar yang sebelumnya sering dipasangkan oleh calon presiden Prabowo Subianto.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa Koalisi Perubahan untuk Persatuan justru rela kehilangan partai Demokrat yang sejak awal menginginkan posisi wakil presiden dari partai mereka? tentu jawaban koalisi ini sangat logis jika ada yang bertanya mengenai koalisi mereka. Yang pertama, menurut banyak lembaga survey nama cak Imin jauh lebih popular dan salah satu cawapres paling ideal dari deretan nama lain termasuk jika dibandingkan dengan elektabilitas AHY yang cenderung lebih rendah. Dengan segudang pengalaman yang dimiliki Cak Imin tentu saja dapat disimpulkan bahwa Cak Imin lebih memiliki kompetensi dibanding AHY.
AHY memang karir politik nya masih dini, setelah sebelumnya lama di dunia militer. Pasca pensiun dini AHY mulai menjajaki partai Demokrat sebagai penerus ayahanda tercintanya Susilo Bambang Yudhoyono yang sudah terlalu tua memimpin partai Demokrat. Di dunia militer pun AHY belum sampai mencicipi menjadi perwira tinggi seperti yang diimpikan lulusan Akmil (Akademi Militer) pada umumnya apalagi dengan predikat adhi makayasa yang disematkan ke AHY.
Alasan yang kedua adalah mengenai jumlah suara yang di peroleh oleh PKB pada pemilihan umum 2019, sebab PKB menjadi salah satu partai pemenang pemilu 2019 yang posisinya berada 1 tingkat dibawah Nasdem. Selain itu menunjukkan bahwa PKB menjadi partai politik dengan ideologi islam paling kuat saat ini. PKB dan Nasdem sudah sejak pemerintahan Jokowi bersama, sehingga kedekatan mereka bukan baru terbangun saat deklarasi Anies-Imin.
Lebih jauh dari itu, Muhaimin Iskandar salah satu nama politikus yang selalu konsisten di sebut pada bursa Capres ataupun Cawapres. Namun secara terbuka setidaknya sejak tahun 2019 banyak alat peraga kampanye PKB yang memasang figur cak Imin sebagai calon wakil presiden 2019, tentu saat itu harapan cak Imin adalah berpasangan dengan Presiden Jokowi. Karena sejak awal PKB mendukung Jokowi, namun menurut banyak forum diskusi yang membahas pendamping jokowi di tahun 2019 nama Muhaimin Iskandar cukup memiliki banyak penolakan dari anggota koalisi lain.
Karena pada saat 2019 Mahfud MD saat itu hampir di pasangkan dengan Jokowi, namun pada detik terakhir pengumumannya Jokowi justru berpasangan dengan Ma'ruf Amin. Namun saat itu PKB tidak menarik diri di koalisi Indonesia Maju karena memang Ma'ruf Amin sangat identik dengan Nahdlatul Ulama yang juga bagian dari pendirian lahirnya PKB. Jika dilihat dari pencapaian terakhir PKB, memang dapat dikatakan jika PKB dapat membantu mendongkrak jumlah suara pemilih termasuk pada Pilpres mendatang.
Banyak pendapat pengamat politik yang mengatakan kemenangan pasangan calon akan ditentukan oleh calon wakil presiden yang akan mendampinginya. Seperti pada pilpres sebelumnya apabila petahana telah menyelesaikan 2 periode nya maka para calon lain memiliki potensi kemenangan yang sama. Dengan begitu para bakal calon presiden mendatang memiliki kesempatan menang yang seimbang. Namun komposisi pasangan dan koalisi akan mempengaruhi jumlah prolehan suara.
Komposisi Anies - Muhaimin adalah komposisi yang sebetulnya tidak umum pada pilpres. Sebab 2 sosok ini merupakan orang yang dekat dengan golongan agamis. Berbeda dengan pilpres-pilpres sebelumnya yang memasang tokoh "nasionalis" dengan tokoh "agamis". Seperti yang terjadi dengan pasangan SBY-Jusuf Kalla dan Jokowi-Amin yang saat itu dikatakan sebagai pasangan yang tepat karena akan mengambil suara dari kalangan umat islam.
Nahdlatul Ulama adalah organisasi masyarakat yang berbasis agama terbesar di dunia. Posisi kalangan NU selalu menjadi bahan pertimbangan politikus memilih pasangan untuk maju, baik pada pilkada maupun pilpres. Begitupun yang mungkin di pertimbangkan koalisi perubahan untuk persatuan yang kemudian mengambil tokoh NU seperti Muhaimin Iskandar. Namun sejak Pilgub DKI Jakarta nama Anies selalu identik dengan politik identitas yang dekat dengan kalangan umat islam. Maka komposisi kali ini dapat dikatakan posisi yang terkonsentrasi untuk mengambil suara umat islam.