Oleh : Dandi Amar
Ada berita menarik yang nyaris terlepas dari perhatian mahasiswa Universitas Gambar Matahari nih, berita terbaik dan perlu dikaji. Sebuah kisah singkat renungan mahasiswa yang tak ada uang pulsa untuk pengganti kuota yang membengkak selama kuliah daring, tak ada pula fasilitas yang lebih untuk mahasiswa yang terdampak COVID-19. Dewasa ini banyak tuntutan penundaan dan keringanan UKT di kalangan mahasiswa, dan beberapa kali melintas menjadi trending di media sosial. Perbincangan pada semester lalu terulang kembali, akan kah potongan UKT sama seperti semester lalu? Atau mungkin lebih? Atau jangan-jangan tidak ada potongan? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering saya lihat dalam secuil surat kecil di Twitter. Jawaban terbaik "Ya... Semoga saja lebih hehe", pastinya semua mahasiswa akan berharap mendapat potongan yang lebih. Disisi lain meringankan beban ekonomi keluarga juga.
Okelah. Eh tapi ada juga lho kampus yang pasti memberikan potongan, tapi ada canda tawanya juga layaknya seperti nonton acara TV OVJ hehe. Potongan UKT akan di berikan setelah sesi role atau undian!!! Wow, itu potongan UKT atau dorprize ya? Kok pake diundi hehe. Apakah iya, ukuran bantuan bisa diberikan dengan sistem undian semata? Apakah benar "Bantuan" menunggu keberuntungan? Mungkin sesuai pesan Romo Mangunwijaya, yang sudah terlanjur, sikap kita tak bisa lain kecuali "apa boleh buat". Namun dipancangkan tekad membaja untuk tak mengulang kesalahan yang sama. Sudah banyak bahkan terlalu banyak kecaman atas "absurd"-nya rencana potongan UKT di segenap Universitas.
Lalu mahasiswa bisa apa?
Diam saja? Atau merasa terpanggil dengan kepedulian pada mahasiswa yang kesusahan? jangan sampai ternyata kita ini iblis, pemimpin kita itu iblis, sistem yang mengendalikan hidup kita ini iblis. Perlu diperjelas secara ilmiah siapa iblis. Mustahil menjalankan sebuah aturan tanpa mengenal iblis. Tidak mungkin mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa tanpa mempelajari iblis. "siapa mengerti dirinya maka mengerti tuhannya". Jadi, jelas sudah : siapa tak mengenali iblisnya, tak mengenali tuhannya. Supaya tidak terlalu sukar, lupakan iblis hehe, sebagai eksistensi wujud suatu "diri". Cukup sementara kita rumuskan iblis itu potensi, energi atau korban api didalam diri kita. Demikian juga Tuhan dan Malaikat. Iblis "yuwaswisu fi shudurinnas, minal jinnati wannas" membakar dan memprovokasi hati manusia yang berasal dari area jin dan dari dalam diri kita sendiri.
Ayo buat seminar nasional tentang iblis demi kebaikan hehe, mari para mahasiswa jadilah iblis yang baik untuk melangkah dan memberikan tindakan untuk memperjuangkan potongan UKT. Jangan sampai pemimpin kita jadi iblis yang jahat dengan tidak mendengarkan aspirasi kita!! Ayoo pak dengarkan suara kita, suara mahasiswa!!!. Kami tahu dosen, petugas, staff kampus harus digaji. Tapi setidaknya harus ada kebijakan, kami tidak pakai fasilitas kampus dan materi sulit dipahami, serta orang tua kami juga kena dampak dari Covid-19. Jadi mana kebijakannya? Saya tunggu kabar terbaiknya!!!.
Pertanyaan terakhir, boleh kan? Oke, silahkan. Bagaimana Universitas mengemas aspirasi dan keresahan mahasiswa? Seberapa efektif aksi tuntutan mahasiswa lewat secuil aspirasi yang di kemas dalam tulisan receh ini? Lantas, saya juga akan mempertanyakan bagaimana komitmen mahasiswa dalam mengambil peran? Jangan bilang mahasiswa kalau tidak bisa memberikan perubahan !! Jangan bilang mahasiswa kalau tidak bisa control keadaan yang penuh kegelisahan ini!!
Gresik, 28 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H