Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Perilaku Politik Generasi Muda

Diperbarui: 20 Desember 2024   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penulis: Danda Dwi Wahyudi

Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Media sosial kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda. Keberadaan platform-platform digital ini tidak hanya memengaruhi aspek sosial dan budaya, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap pola pikir, sikap, dan perilaku mereka dalam konteks politik. Dalam perspektif sosiologi politik, media sosial tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai alat mobilisasi yang memiliki potensi besar dalam membentuk persepsi politik, preferensi politik, dan partisipasi politik generasi muda dalam proses demokrasi. Dengan memanfaatkan platform digital ini, generasi muda kini dapat dengan mudah mengakses informasi, berbagi pandangan, serta mengorganisasi berbagai bentuk aktivitas politik secara lebih cepat dan luas.

1. Media Sosial sebagai Sumber Informasi Politik

Perubahan cara generasi muda memperoleh informasi politik telah menjadi fenomena yang cukup mencolok dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, media tradisional seperti televisi, radio, dan surat kabar merupakan sumber utama bagi masyarakat, terutama bagi generasi yang lebih tua, untuk mengikuti perkembangan isu politik. Namun, bagi generasi muda, media sosial telah menggantikan peran media tradisional tersebut sebagai saluran utama informasi politik. Platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube kini menjadi tempat bagi mereka untuk mendapatkan informasi terkait peristiwa politik dan kebijakan pemerintah.

Dengan adanya akses cepat dan mudah ke berbagai sumber informasi, media sosial memungkinkan generasi muda untuk mengikuti perkembangan politik secara real-time, tanpa harus bergantung pada program siaran yang terbatas waktu dan jangkauannya. Namun, meskipun media sosial menawarkan kemudahan tersebut, tantangan besar yang dihadapi adalah kualitas informasi yang diterima. Sering kali, informasi yang tersebar melalui media sosial tidak terjamin keakuratannya, dan lebih sering dipengaruhi oleh opini pribadi atau bahkan berita palsu (hoaks). Berita yang tidak terverifikasi, bias politik, dan opini subjektif dapat dengan mudah tersebar di platform-platform ini, yang pada gilirannya dapat membentuk pandangan politik yang tidak berdasarkan pada fakta objektif. Selain itu, adanya filter algoritma yang dirancang untuk menyesuaikan dengan preferensi pengguna juga berisiko membuat generasi muda hanya terpapar pada informasi yang sejalan dengan pandangan mereka, sehingga memperburuk keterbatasan perspektif politik yang lebih luas.

2. Pola Partisipasi Politik Digital

Salah satu dampak positif yang paling nyata dari adanya media sosial adalah peningkatan partisipasi politik digital di kalangan generasi muda. Media sosial telah membuka jalan bagi mereka untuk terlibat dalam berbagai aktivitas politik, mulai dari kampanye daring, petisi online, hingga diskusi politik yang dapat diikuti kapan saja dan di mana saja. Dengan akses langsung ke platform-platform ini, generasi muda kini memiliki ruang yang lebih besar untuk menyuarakan pendapat mereka mengenai isu-isu politik yang sedang berkembang, serta untuk mengorganisasi gerakan yang berpotensi mempengaruhi kebijakan publik.

Fenomena ini terlihat jelas pada berbagai kampanye daring yang didorong oleh generasi muda. Kampanye seperti #ReformasiDikorupsi pada 2019 di Indonesia, yang bertujuan untuk menuntut perubahan dalam sistem pemerintahan dan memberantas korupsi, merupakan salah satu contoh bagaimana media sosial dapat digunakan untuk menggerakkan massa dalam waktu yang singkat dan masif. Media sosial memberikan akses yang lebih inklusif bagi setiap individu untuk ikut serta dalam kegiatan politik, baik dalam bentuk diskusi, penyebaran informasi, maupun penggalangan massa untuk aksi-aksi tertentu. Namun, partisipasi politik digital ini juga mengandung tantangan tersendiri, yaitu adanya kecenderungan bagi sebagian individu untuk terpengaruh oleh tekanan sosial atau opini mayoritas yang berkembang di dunia maya, sehingga keputusan politik yang mereka ambil tidak selalu berdasarkan pertimbangan yang matang dan analitis. Hal ini dapat menyebabkan perilaku politik yang lebih emosional dan impulsif, yang berisiko mengurangi kualitas partisipasi politik yang lebih substansial dan terinformasi.

Selain itu, media sosial juga mendorong generasi muda untuk lebih aktif dalam menciptakan konten politik yang berfungsi untuk mempengaruhi opini publik. Beberapa individu atau kelompok mungkin memanfaatkan platform ini untuk menyebarluaskan ideologi atau pendapat mereka, sementara yang lainnya berfokus pada penggalangan dukungan untuk tujuan tertentu, seperti pemilihan umum atau referendum. Meskipun ini memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk menjadi lebih terlibat, penting untuk diingat bahwa dengan meningkatnya partisipasi, juga munculnya kebutuhan untuk memperhatikan etika dalam menyebarkan informasi. Penyebaran berita palsu atau kampanye hitam dapat dengan mudah dilakukan, yang pada akhirnya berpotensi merusak proses demokrasi yang sehat.

3. Politisasi Identitas dan Dampaknya terhadap Polarisasi Sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline