Lihat ke Halaman Asli

Usai

Diperbarui: 28 September 2020   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah ku kata dua musim tiada rasa, bukan telahku bagi contoh dua belas musim yang berlalu dengan begitu saja.

Lalu apa?

Kini kau ternganga tiada jelas, bagai kembang yang tercabut akarnya.

Tiada guna mengejar pula menangis, yang hanya menampakkan lemahmu itu.

Beda cerita ketika kau dapat oasis di depan sana, kemudian kau bersimbah penuh ungu dan merah. Baru, 180 kokoh kau dapat sementara.

Karena terkecuali kau hanya nama dan sejarah, tak akan kau dapat simpati yang lebih pantas.

Sumbawa, Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline