Lihat ke Halaman Asli

"Bounenkai", Tradisi Orang Jepang Melupakan Tahun yang Akan Berakhir

Diperbarui: 21 Desember 2017   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu Izakaya di Tokyo (Dokumentasi Pribadi)

Akhir tahun, terutama bulan Desember adalah bulan tersibuk selama setahun di Jepang.

Seperti nama Jepang untuk bulan Desember, yaitu shiwasu, yang bisa diartikan dari bentuk kanjinya sebagai guru (atau orang panutan) yang berlari. Bisa dibayangkan kesibukannya, karena orang yang menjadi panutan yang biasanya tenang (seperti guru) saja, harus berlari.

Selain sibuk dengan urusan kantor, mereka sibuk juga dengan urusan lain, misalnya persiapan untuk menyambut tahun baru dengan bersih-bersih rumah/kantor/warung (biasa disebut oosouji), membuat dan mengirim kartu ucapan selamat tahun baru kepada teman, relasi bisnis, sanak-saudara, gebetan, dll. Juga mereka sibuk untuk mencari apa yang cocok/pantas dikirim sebagai parsel (biasa disebut oseibo) kepada relasi bisnis atau orang yang dianggap banyak membantu kita sepanjang tahun.

Dan, salah satu "ritual" wajib yang dilakukan orang Jepang di bulan Desember adalah bounenkai. Bounenkai ini kalau diterjemahkan bebas (dari huruf kanjinya), mempunyai arti kumpul-kumpul untuk melupakan tahun.

Seperti namanya, maka di sini kita bisa melupakan rasa capek, rasa kesal (dan lain-lain yang nggak enak dalam setahun) sambil ngobrol dengan semua orang yang hadir, dan juga tidak lupa sambil makan dan minum yang dilakukan secara meriah (baca:heboh).

Acara ini biasanya dilakukan di warung-warung khas Jepang (izakaya) atau di restoran maupun di tempat-tempat yang lain. Dan biasanya (lagi), minuman ber-alkohol menjadi bagian dari "menu" utama, sehingga acaranya sudah bisa dipastikan rame dan heboh.

Umumnya, acara kumpul-kumpul ini berdasarkan asas pertemanan, baik di kantor, di klub (misalnya klub hobi atau klub olahraga), teman waktu sekolah (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi), teman ketemu waktu berkunjung ke suatu tempat, dan lainnya. Pokoknya, dengan orang yang kita "anggap" sebagai teman deh. Jadi, semakin banyak pertemanan (sosial) yang kita punya/lakukan, maka ajakan untuk bounenkai mulai awal Desember, dan frekwensi untuk hadir di berbagai acara bounenkai juga meningkat. 

Saya sendiri, biasanya minimal ikut di 4 acara bounenkai (berbeda) tiap tahunnya. Omong-omong, agak berat juga sebenarnya untuk ikutan bounenkai (yang bukan dari kantor) karena butuh biaya minimal selembar Higuchi Ichiyou (gambar di uang kertas 5000 yen), dan biasanya dilanjutkan dengan acara karaoke-an atau lanjut di tempat yang lain (misalnya dengan anggota yang lebih sedikit), yang berarti saya harus mengeluarkan lembaran yen yang lain dari dompet.

Sejarah Bounenkai
Tradisi bounenkai ini sebenarnya sudah dilakukan sejak jaman Muromachi (sekitar tahun 1336). Bahkan ada yang mengatakan bahwa tradisi bounenkai sudah ada sejak zaman Kamakura (sekitar tahun 1185). Namun pada waktu itu, acaranya bernama toshiwasure (sebenarnya artinya tidak jauh dari bounenkai), dan bukan acara berheboh-ria dengan makan/minum seperti sekarang.

Acara toshiwasure diisi dengan saling membacakan puisi (yang disebut waka/haiku) dan biasanya hanya dihadiri oleh orang yang berstatus bangsawan atau keluarga/kerabat dari kaisar. Lagipula, pada waktu itu, toshiwasure merupakan salah satu acara yang dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang sifatnya sakral.

Lalu, sejak kapan acara bounenkai berubah menjadi acara seperti yang biasa dilakukan saat ini ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline