Mungkin waktu kecil kita (atau paling tidak, saya) suka sekali lihat dan main dengan yang namanya kembang api.
Jaman saya kecil dahulu, kembang api yang paling populer adalah kembang api yang mesiunya menempel pada kawat besi. Lalu kita bisa memegang ujung besi yang tidak ada mesiunya, dan ujung lainnya dibakar dengan menggunakan korek api. Rasanya gembira luar biasa ketika bisa melihat percikan kembang api yang berwarna putih dan ke-emas-an.
Kadang bila kembang api sudah agak melempem alias tidak bisa dibakar lagi, biasanya harus dijemur seharian di atas selembar kertas koran sebelum disulut kembali pada malam harinya. Jika sudah disulut, kita juga harus berhati-hati untuk memegangnya, karena pegangan besinya bisa menjadi panas dan tentu harus menjauhkan kembang api dari baju. Karena kalau ceroboh, percikan kembang apinya bisa bikin baju bolong-bolong.
Dalam artikel ini, saya hanya akan membahas kembang api khususnya di Jepang, yang disebut hanabi.
Hanabi merupakan hiburan yang boleh dibilang paling populer di musim panas dalam bulan Agustus. Dalam bulan2 ini yang bersamaan dengan liburan musim panas anak sekolah, kita bisa menemukan festival/pertunjukan hanabi di seantero Jepang.
Pertunjukan hanabi tidak memandang besar kecilnya suatu kota, karena festival biasa diadakan mulai dari daerah kota yang besar dan padat penduduk (setingkat provinsi), bahkan bisa juga diadakan di daerah2 yang jauh dari kota dengan populasi yang sedikit (setingkat kelurahan bahkan setingkat RT/RW).
Tentunya kualitas (keindahan warna serta besarnya "bunga" hanabi) dan kuantitas (banyaknya jumlah kembang api yang dipakai) dari festival hanabi, berhubungan erat dengan lokasi dimana pertunjukan diadakan dan juga tergantung dari banyaknya sponsor (jumlah uang yang terkumpul). Lokasi yang populer di mana festival hanabi sudah puluhan kali diadakan, atau lokasi yang dekat dengan objek wisata tentunya mempunyai kualitas dan kuantitas festival yang bagus.
Sponsor mutlak diperlukan karena untuk melaksanakan satu pertunjukan kembang api di suatu daerah, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Makin banyak sponsor yang rela merogoh koceknya dalam-dalam dan murah hati sehingga bujet nya memadai (atau kalau bisa lebih), tentunya mempunyai efek yang bagus bagi festival hanabi itu sendiri.
Lalu, kira-kira berapa sih biaya atau bujet yang harus disediakan untuk sekali festival hanabi ini ?
Harga sebuah hanabi ditentukan oleh besar/ukuran tama (tentang tama, lihat paragraf tentang "ciri khas hanabi") atau bulatan kembang apinya yang belum disulut/dilontarkan ke atas (tentang besar/kecil-nya hanabi, lihat paragraf tentang "ukuran hanabi"). Makin besar ukurannya maka harganyapun makin mahal.
Hanabi dengan ukuran nomor 3 harganya sekitar 5 ribu yen, lalu untuk nomor 7 harganya sekitar 30 ribu yen. Ukuran nomor 20 sekitar 800 ribu yen. Ini belum termasuk biaya pemasangan/instalasi, biaya operator, dll. Bahkan saat ini banyak festival hanabi yang di-sinkron-kan dengan soundsytem dan sinar laser, yang tentunya membutuhkan lagi biaya tambahan.