Saya sering bertanya kepada diri sendiri, seberapa besarkah pengaruh tulisan saya terhadap orang lain? Sebab kalau boleh jujur, saya menulis bukan hanya sekedar melampiaskan ide agar saya tidak gulana, tapi juga untuk orang lain. Maka dari itu, saya yang tidak bisa apa-apa ini, harus berbuat apa ketika Tuan yang saya letakkan di hati sedang bersedih tanpa semangat?
Tuan seyogyanya tak berlu bersedih dan tak bersemangat. Kalau orang barat bilang, it’s not like the world has ended with your problem. Hidup itu terlalu singkat untuk diberi label pitiable, Tuan! Kalaulah kesedihan dan tanpa-semangat itu hadir dari perasaan sentralis Tuan yang begitu tertekan, maka hadapi dan abaikan. Populasi manusia yang bertotal 7 Miliar belum tentu merepresentasikan pandangan Tuan tentang dunia yang menyebalkan. Anda kecewa, Tuan? Ah ya memang! Dunia ini, layaknya orang Cina punya peribahasa, seperti Yin dan Yang. Ada baik ada jahat, ada bau ada harum, ada kecewa ada bahagia, dan ada saya ada Tuan… Dunia selalu berputar konstan dengan gerakan kosmik yang tidak akan pernah kita mengerti sebanyak apapun bacaan filsafat, teologi, dan sains yang mungkin dapat dibaca.
Bicara tentang kesedihan, saya jadi ingat, saya ingin jadi penjaga warna.
Hm, Tuan harus tahu. Sejak dulu, saya selalu terkesima dengan warna-warna. Apapun warnanya, bagi saya semuanya magnifiqué, dan saya sendiri tidak memiliki warna favorit (tapi memiliki preferensi terhadap warna navy blue). Bahkan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa warna dapat mempengaruhi keadaan psikologis seseorang (sebagai tambahan, terdapat kelas psikologi warna di beberapa tempat studi Psikologi). Misalnya merah membangkitkan rasa lapar… ah sudahlah!
Lalu hubungannya dengan menjaga warna apa pula?! marah Tuan pada saya mungkin. Ah hamba yang hina dina tak bisa apa-apa hanya ingin menjadi warna kontradiksi terhadap emosi negatif yang Tuan miliki, dan menjadi warna fluorescence untuk Tuan dengan emosi positif yang beresonansi. Kalaulah anda sedang bersedih dan membiru tua, saya ingin menjadi kuning, kalau anda ingin kelembutan di saat anda mengabu-abu, saya ingin menjadi biru muda seperti warna langit yang mencerahkan. Bukankah itu manis, Tuan?
Sesungguhnya tulisan penuh warna (makna literer: tulisan penuh kata ‘warna’) ini dibuat pun hanya untuk Tuan dari saya yang tak sampai hati berbicara langsung pada Tuan. Sederhananya, saya ingin Tuan tahu, di luar kesadaran penuh Anda, ada beberapa orang kerdil dan selalu menunduk yang peduli dan menyangi Tuan apa adanya. Begitu sayang dan pedulinya hingga hal sepele pun berusaha dibuat menjadi hiburan untuk Tuan.
Sepetik saja dari warna kuning saya untuk Tuan:
>>Hey there, boy. No need to be in sorrow, you know you can’t be mellow, just cheer up as yellow, come to them and show!
Semangka... semangat kakaaakk...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H