Tak ada yang lebih menyeramkan ketika kehilangan sahabat selama dua windu tapi tiba-tiba jiwanya kembali.
"Apa itu?", mata Ryan menatap ponsel android kami berjajar di meja.
"Henpon. Kau tahu kan ini untuk telpon", reflek Adil menjawab.
Ryan kebingungan, wajahnya seperti bangun tidur. Seksama menatap kami berdua dan berkata, "muka kalian tua banget."
"Eh ini beneran kamu kan Yan?" Adil bertanya.
"Iyalah. Ini gue, siapa lagi". Ryan memegang rambutnya yang memanjang, lalu menarik satu berwarna putih keperakan.
"Eh aku ubanan", tanya Ryan. Selanjutnya ia meraba kulit wajahalalu berdiri memagut diri di kaca.
"Sekarang hari apa. Kok di rumah. Harusnya kita KKN kan?"
"Sabtu. Sudah lama banget kamu pulang", Adil spontan menjawab.
Ryan terduduk bingung, aku menatap Adil dalam-dalam agar ia menahan diri.