Seharusnya tulisan ini dibuat jauh sebelum orang-orang menerima THR (Tunjangan Hari Raya) agar bisa memberikan pencerahan agar tidak melakukan pola konsumerisme jelang hari Raya Idul Fitri.
Sudah menjadi budaya jika pola konsumsi masyarakat Indonesia akan menjadi lebih besar di bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Budaya mudik, membeli pakaian baru, menyantap makanan enak dan membeli kebutuhan sekunder membuat pola konsumsi bisa berkali lipat dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Tanpa pandemi pola konsumerisme seperti ini tentu tidak menimbulkan kekhawtiran. Tapi saat sekarang, sedikit saja tidak bijak menggunakan uang maka ekonomi rumah tangga bisa ambyar.
Demi momen setahun sekali sebagian masyarakat tidak ragu untuk membelanjakan uang secara berlebihan walau ada himbauan lebaran di rumah saja.
Mereka yang masih memiliki pekerjaan tetap dan THR tentu tidak dapat menahan diri. Jadi tidak mengherankan kita mendapati sejumlah pasar atau mall kembali ramai dan mengabaikan himbuan pemerintah untuk menjaga jarak.
Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki uang? Tanpa pandemi, banyak dari kita yang rela berhutang untuk menyambut hari raya. Jadi tidak mengherankan penggadaian selalu ramai jelang Idul Fitri.
Meski pemerintah menghimbau untuk tidak mudik namun nyatanya arus pulang kampung tetap ramai. Sebagian dari kita memang belum bisa mengiklaskan budaya mudik. Berkumpul bersama keluarga di kampung setahun sekali menjadi suatu kewajiban tidak tertulis bagi perantau.
Berhutang Memenuhi Kebutuhan Hidup
Penghasilan yang tidak sebanding dengan keingnan yang tidak terbatas, menggoda beberapa individu untuk berhutang. Salah satu produk keuangan yang bisa menjadi solusi instan adalah kartu kredit. Program cicilan yang ditawarkan bisa menjadi pilihan memenuhi kebutuhan, dari belanja bulanan sampai membeli barang impian.
Apalagi jelang pandemi beberapa kartu kredit memberikan keringanan suku bunga, minimum pembayaran sampai dan denda keterlambatan. Bunga kartu kredit yang tadinya 2,5% menjadi 2% dengan minimum pembayaran 10% menjadi 5% saja. Bagi pengguna kartu kredit ini merupakan angin segar untuk dapat memenhuhi kebutuhan lebaran.
Belum lagi fasilitas tarik tunai kartu kredit kadang membuat lepas kendali. Walau bunganya lebih besar dibandingkan berbelanja di merchant, tarik tunai kerap menjadi pilihan nasabah untuk mendapatkan uang tunal.