Lihat ke Halaman Asli

DANA NURIL IBAD

Suka Menulis

3 Jalur Pendidikan, Manakah yang Utama?

Diperbarui: 12 November 2022   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan merupakan aktivitas mulia yang dilakukan manusia demi mengejar dan mendapatkan rasa kemanusiaannya. Puncak dari seluruh pendidikan yang ada dalam sejarah perkembangan manusia adalah budi pekerti luhur, baik kepada sesama manusia, sesama makhluk Tuhan (Tumbuhan, hewan, alam semesta) maupun kepada Tuhan Maha Penguasa.

Cukup disayangkan jika output dari pendidikan adalah orang yang pintar dan cerdas tapi rasa menjadi manusia menurun. Apalagi jika dihadapkan dengan uang, jangankan kolega atau teman sebaya, bahkan Tuhanpun di "suap" agar usahanya lancar. Akan sangat percuma jika telah mengenyam pendidikan namun setelah lulus, belum bisa bersosisal dengan baik misalnya, atau masih menggunakan akalnya untuk meng"akal'i orang-orang disekitarnya.

Pendidikan juga merupakan hal utama dan pertama yang harus dipelajari bagi setiap manusia khususnya manusia yang berusia 0-20 tahun. Karena didalam pendidikan ada pengetahuan dan pengetahuan sangat diperlukan agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Secara umum ada 3 jenis pendidikan, yaitu :

1. Pendidikan Formal

Sesuai dengan Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, jalur pendidikan ini memiliki beberapa jenjang yang dimulai dari pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Seperti yang kita ketahui mulai dari SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi.

Pada faktanya, masyarakat di Indonesia rata-rata mengenyam pendidikan dan menyelesaikannya dijalur pendidikan formal. Karena seiring berjalannya waktu, ijazah atau tanda selesai pendidikan formal lah yg menjadi pertimbangan dalam dunia pekerjaan. 

Mengutip dari program pemerintah dulu yang mewajibkan belajar 9 tahun kemudian ditingkatkan menjadi wajar (wajib belajar) 12 tahun, menegaskan bahwa pemerintah dalam mengatasi pendidikan sangat luar biasa serius. Mesikpun secara hukum belum disahkan, tapi program ini salah satu prioritas presiden.

Beberapa beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi juga telah disebar dengan macam-macam bentuknya. Mulai dari beasiswa dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, beasiswa kampus, hingga instansi-instansi yang memberikan dukungan penuh bagi yang berkeinginan kuat belajar di perguruan tinggi.

Untuk pendidikan formal, pemerintah berusaha dalam meringankan beban untuk belajar mulai dari tingkatan bawah hingga perguruan tinggi. Dalam jenjang karir pun, pendidikan formal ini sangat berpengaruh hampir di segala sektor jenis usaha.

Skill dan kompetensi seseorang seyogyanya bisa berbanding lurus dengan ijazah yang dimiliki. Namun saat ini melihat kebutuhan di lapangan pekerjaan yg semakin kompleks, rasanya keselarasan antara pekerjaan dan ijazah yg dimiliki semakin menurun. Yg terpenting adalah skill dan keahlian yg dimiliki. 

Bahkan kemendikbud pernah berkata bahwa gelar tidak lagi menjamin kompetensi yang dimiliki.

Kurikulum yang ada di pendidikan formal memiliki cakupan yang luas, mulai dari perhitungan (matematika, statistik, dll), agama, hingga seni budaya. Dengan cakupan yang luas itu menurut pemerintah diharapkan dapat mempelajari semua ilmu pengetahuan.

2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan ini dilaksanakan diluar jam dari pendidikan formal. Sebagai contoh seperti KB (Kelompok Belajar), tempat kursus, sanggar, bimbingan belajar, balai pelatihan dan sejenisnya. Seperti halnya pembinaan keagamaan, atau lembaga penguatan spiritual dalam semua agama, pondok pesantren atau asrama sejenisnya.  

Pendidikan non formal bersifat fleksibel dalam hal waktu pelaksanaan, tata tertib, hingga kurikulumnya yang cenderung fokus pada satu atau beberapa pelajaran saja. Menekankan pada satu atau beberapa pelajaran dengan maksud agar bisa mahir dalam waktu yang tidak sepanjang pada pendidikan formal.

Seperti contoh dalam Agama Islam ada TPA/TPQ yaitu tempat pembinaan baca dan tulis Al-Qur'an. Waktu pembelajarannya antara 2-3 jam saja perharinya. Itu pun tidak seminggu full tergantung kebijakan pada setiap tempat. Seperti bimbel (bimbingan belajar) yang mengajarkan pada waktu yang tidak panjang tapi fokus pada pelajaran tertentu. Kecuali untuk pondok pesantren atau asrama yang bisa bertahun-tahun mengenyam pendidikan didalamnya.

Kelebihan dari pendidikan non formal ini adalah materi yang disampaikan tidak terlalu banyak, imbasnya anak yang belajar bisa lebih mendalami materi terkait dengan baik. Bisa juga sebagai skill yang bisa ditonjolkan ketika terjun kedalam dunia kerja.

3. Pendidikan Informal 

Pendidikan jenis informal ini adalah pendidikan yang berbasis pada keluarga dan masyarakat dimana teman kelasnya adalah saudara, orang tua, kakek-nenek dirumah. Sedangkan kakak/adik kelasnya adalah lingkungan sekitar yang sangat berperan penting dalam keberlangsungan pendidikan informal.

Pendidikan ini sesuai dengan pengertiannya memiliki ruang lingkup paling kompleks dari jalur pendidikan sebelumnya (pendidikan formal dan non formal). Sesuai dengan pengertiannya juga, pendidikan informal mempunyai dua lingkungan penting yaitu keluarga dan lingkungan.

Para akademisi memberikan istilah lain dari pendidikan informal dalam lingkup keluarga sebagai pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga ini punya submateri yang tidak sedikit mulai dari pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan intelektual, pendidikan sosial, bahkan pendidikan seks yang semestinya juga diajarkan mulai dari lingkup keluarga.

Dilihat dari sudut pandang ruang lingkup, pendidikan informal memiliki kawasan penting dan kompleks. Penting karena ada peran keluarga dan kompleks ada ruang masyarakat yang ada didalamnya. Lantas, kawasan seluas itu adakah regulasi terstruktur yang mengatur kurikulum atau metode penyampaian kepada peserta didik?

Bayangkan saja berapa lama waktu yang diperlukan untuk pendidikan informal? Ya sepanjang hayat. Mulai masa balita, anak kecil, remaja, hingga dewasa bahkan lanjut usia sekalipun masih berhak mengenyam informal. Waktu sepanjang itu apakah ada pengaruh terhadap peserta didik? Jelas berpengaruh. Waktu bertemu antara pendidik dan peserta didik lebih panjang dan intensitas bertemunya lebih sering dari pada pendidikan formal.

Pendidik dalam konteks ini adalah seseorang siapa saja yang memberikan pelajaran apa saja dan kapan saja terhadap orang yang diinginkannya. Dalam lingkup keluarga seperti bapak kepada anak, ibu kepada anak sedangkan lingkup masyarakat bisa siapa saja orang yang mungkin lebih tua atau berpengalaman memberikan kepada orang lain yang diinginkan.

Setiap masa belajar, setelah menyelesaikannya pasti akan ada ujian akhir kemudian bisa dinyatakan lulus bahkan ada tanda selesai belajar (sejenis rapor atau ijazah). Pada pendidikan formal kita tau semua bahwa tanda selesai belajar akan mendapatkan ijazah. Karena ijazah ini sampai saat ini masih menjadi acuan pertimbangan pada instansi-instasi dalam perekrutan anggota. Pada pendidikan non formal juga rata-rata telah ada tanda selesai belajar karena dinilai pencapaian saat belajar berhak diabadikan lewat ijazah.

Lantas untuk pendidikan informal yang mempunyai jangka waktu sepanjang masa, apakah ada apresisasi atau penghargaan yang diberikan atas pencapaian yang dilakukan? Mungkin itu terlalu administratif, untuk tau kapan bisa lulus dari pendidikan informal saja tidak ada yang tau karena sifatnya sepanjang hayat.

Sedikit disayangkan ketika ada orang tua yang merasa kecewa atas prestasi yang dicapai anaknya pada sekolah formal yang kemudian saling menyalahkan sana-sini. Terlepas sadar atau tidak, dilihat dari durasi waktu sehari-hari saja jika dikalkulasikan masih banyak waktu diluar pendidikan formal.

Para pakar dan akademisi memberikan detail kurikulum didalam pendidikan informal diantaranya adalah : pendidikan keluarga, pendidikan anak, psikologi anak, sosiologi, antropologi, psikologi keluarga, psikologi remaja, manajemen keluarga, komunikasi masyarakat dan lain sebagainya.

Dari tiga jalur pendidikan tersebut, manakah yang utama? 

Semuanya penting. Mau bagaimanapun ketiga jalur pendidikan tersebut merupakan hasil dari kemajemukan pendidikan yg ada di Indonesia. 

Yang terpenting dalam pendidikan yaitu tetap merasa pelajar dan mencari pengetahuan dimanapun dan sampai kapanpun. Tetap menjadi manusia yang haus dengan pendidikan entah dengan siapa mempelajarinya, karena setiap manusia bisa dijadikan guru apapun pekerjaan sehari-harinya. 

Menjadi manusia itu ibarat botol. Maka jadilah botol yang selalu membuka tutupnya. Jika nanti dimasuki air, maka airnya tetap bisa masuk mesikpun telah penuh. Juga memperbaruhi air yang ada di dalam botol menggunakan siraman baru meski telah terisi penuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline