Lihat ke Halaman Asli

Menganjan Menyerayong

Diperbarui: 8 Juli 2015   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="tambak"][/caption]

Bunyi gong, tetawak, dan gendang riuh mewarnai suasana dusun Titi Buluh, tepatnya di kediaman Pak FX. Raji’in, Kecamatan Tumbangtiti, Kabupaten Ketapang. Tetabuhan kanjan yang dilantunkan mengiringi upacara adat Kanjan Serayong yang diadakan selama tiga hari tiga malam ( 25 – 27 Juni 2015). Upacara adat Kanjan Serayong ini ditujukan sebagai penghormatan kepada almarhum Ibu Theresia Indin yang meninggal lebih kurang tiga tahun yang lalu.

Upacara adat Kanjan Serayong merupakan ritual penghormatan terakhir bagi anggota keluarga yang sudah meninggal, yang berlaku di masyarakat Dayak Pesaguan. Bentuk penghormatan tersebut salah satunya berupa nisan yang berbentuk rumah-rumahan, yang diukir sedemikian indahnya, kemudian diletakkan di atas kuburan, setelah melalui berbagai macam ritual. Ini disebut tambak. Ada juga bentuk kanjan lain yaitu sandung. Sandung berupa rumah-rumahan yang juga diukir, tetapi ditempatkan di atas pancang atau tiang yang disediakan di halaman rumah.

“Upacara adat ini sebenarnya adalah ungkapan sukacita setelah pantang ponti’ (suasana duka), dan juga ungkapan syukur atas kematian,” ujar Pak Raji’in, sebagai tuan rumah pada pelaksanaan upacara adat ini. “Makanya, pada upacara adat Kanjan Serayong dibunyikan tetabuhan yang riang, yang mengiringi tari-tarian selama upacara berlangsung,” lanjutnya.

Upacara adat Kanjan Serayong ini melibatkan seluruh warga Dusun Titi Buluh dan kampung-kampung tetangga, sehingga selama tiga hari tiga malam, suasana di rumah yang empunya gawai tidak pernah sepi. Tetabuhan kanjan tidak boleh berhenti selama upacara adat berlangsung. Menjelang sore sampai tengah malam, muda-mudi dan orang tua memenuhi halaman rumah sambil melakukan tarian Dansai (tarian yang dilakukan secara massal sambil mengelilingi tetaruk, tempat Tambak diletakkan).

“Semua warga ikut terlibat. Mereka membantu sesuai dengan kemampuan mereka. Entah itu tenaga maupun material. Mereka juga ikut bersukacita dalam upacara adat ini. Karena itu, kami sebagai tuan rumah sangat berterimakasih atas partisipasi warga,” ujar Pak Robert Gunawan, salah satu putra dari Pak Raji’in.

Pada malam terakhir (27/6/2015), tetabuhan Kanjan pun berhenti setelah tambak diletakkan di atas kuburan. Tidak ada lagi tarian Kanjan maupun tarian Dansai. Atribut tarian Kanjan pun dilepas. Dan pada keesokan harinya, tuan rumah pun membagi-bagikan bekal berupa beras dan makanan lainnya kepada para tamu yang datang dan juga kepada orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam kesuksesan upacara adat Kanjan Serayong tersebut.

“Kami sangat berterimakasih kepada semua orang yang telah membantu,” kata Pak Raji’in. “ Tanpa bantuan dari warga, acara ini tidak akan berjalan dengan sukses. Kami sebagai tuan rumah juga bersyukur dan berbahagia karena telah bisa memberikan penghormatan terakhir kami kepada almarhum,” lanjut suami almarhum Ibu Theresia Indin ini. (danang sujati)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline