Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman "Disemprot" Andi Arief (Staff Khusus SBY)

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_137354" align="alignnone" width="112" caption="Sumber : Google"][/caption] Pengalaman ini sudah setahun yang lalu. Ketika itu saya menghadiri seminar yang diadakan KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) di Graha Sabha Pramana UGM, dalam rangkaian Dies Natalis UGM. Saat sesi seminar bidang hukum, dengan lantang saya menyarankan agar segenap civitas akademica UGM menarik salah satu putra terbaiknya, Denny Indrayana, dari lingkaran dalam istana. Karena, menurut saya (saat itu), keberadaan Denny Indrayana sebagai salah satu pembantu SBY di bidang hukum sudah tidak relevan lagi dan hanya dijadikan ikon pemberantasan korupsi oleh SBY, demi politik pencitraannya dalam hal pemberantasan korupsi. Harap diingat, sebelum diakuisisi SBY, sosok Denny Indrayana dikenal sebagai anak muda UGM yang getol dan bergulat dalam ranah antikorupsi. Ingat, PUKAT (Pusat Kajian Anti Korupsi) UGM dan Indonesian Court Monitoring adalah tempat berkiprah Denny Indrayana sebelum masuk istana. Kembali ke cerita saya tadi, setelah saya lantang menyuarakan wacana penarikan Denny Indrayana dari Istana tersebut, maka ruangan Graha Sabha Pramana UGM pun riuh dengan aplaus dari peserta seminar (baca: mendukung usulan saya). Setelah mendapat tanggapan dari para panelis (termasuk Moh. Fadjroel Falakh dari fakultas Hukum), keadaan menjadi tenang kembali. Hanya saja setelah itu punggung saya dicolek dari belakang, seorang pria berkacamata dibelakang sayalah yang melakukannya. Andi Arief! (gumam saya dalam hati), pria itu setengah mengajak debat dan menampakkan ketidaksetujuannya atas apa yang barusan saya lakukan. Dikarenakan saya duduk dideretan paling depan (tak enak dengan moderator dan para panelis), dan saat itu sudah memasuki sesi kedaulatan pangan, maka hanya sedikit yang bisa saya tangkap dari omelan Andi Arief tersebut. Namun, yang jelas saya masih ingat sekali bagaimana mimik wajahnya saat itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline