Teknologi M-bio merubah kompos di Puncak Kompos
Salah satu produk teknologi tepat guna yang kini mulai dilirik oleh para petani di beberapa daerah di Indonesia adalah teknologi M-bio. M-bio merupakan cairan organik kultur campuran mikroba yang menguntungkan, antara lain berupa bakteri pelarut fosfat dan lainnya yang bisa mengurai zat padat seperti kotoran kambing, dedaunan, dedak, batang pisang, kompos dan sejenisnya sehingga menjadi jenis pupuk organik yang bisa memberikan nilai tambah bagi para petani yang membutuhkan pupuk altetnatif dan ramah lingkungan.
Dengan teknologi sederhana petani pun bisa memproduksi sendiri.Berbekal ilmu pengetahuan para putra daerahnya, para petani di Desa Bolang, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mulai menerapkan teknologi M-bio tersebut.
Pada Minggu (29/9), bertempat di Puncak Kompos Desa Bolang terlihat puluhan petani dengan seksama menyimak dan mempraktekan apa yang disampaikan para mahasiswa asal daerah yang kuliah di Universitas Siliwangi, mereka tergabung dalam Himada akronim dari Himpunan Mahasiswa Asal Dayeuhluhur, kembali ke desa mereka untuk mengabdi dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah didapat.
"Pupuk organik berbahan baku limbah seperti yang hijau-hijau, limbah kandang kotoran kambing kemudian difermentasi oleh M-Bio dalam sebuah wadah selama duapuluh delapan hari. Dan ini bisa membantu para petani meningkatkan hasil pertanian," jelas Eko Yulianto, dosen muda kandidat doktor yang meneliti konsep zikir dalam tasawuf menurut perspektif filsafat matematika. Baginya, kopi bukan sekedar komoditi bisnis melainkan mengandung penuh makna semiotik yang juga menarik diteliti.
"Sebelum diaplikasikan ke tanaman kopi nanti, kita akan coba ke beberapa komoditas palawija dulu," imbuh dia, Rabu (2/10).
Ihwal pembuatan pupuk organik melalui pemanfaatan m-bio, Menurut Eko, adalah tahapan selanjutnya dari rencana penanaman kopi di Puncak Kompos yang sebelumnya merupakan lahan tidur dan tidak pernah disentuh oleh pupuk kimia, sehingga bisa diidentifikasi bahkan melalui test lab menunjukan tanah Puncak Kompos tidak tersentuh kimia.
Dengan keuntungan tanpa melakukan proses sterilasasi tanah yang membutuhkan waktu hingga tiga tahun menuju tanah layak untuk pengembangan tanaman organik, maka Desa Bolang berkeinginan mengembangkan kopi organik.
"Di Puncak Kompos belum pernah ada yang menanam sayuran atau apapun menggunakan pupuk kimia, jadi tanah ini tak perlu rekondisi. Masih pure, masih perawan lah!" Ucap Eko.
Selain mengbangkan kopi organik, Bukit Kompos juga dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata berbasis kopi.
(Baca juga: Ngabolang)
Untuk menunjang hal tersebut beberapa mahasiswa Fakultas Pertanian Unsil diberi tanggung jawab mengolah Puncak Kompos di bidang pertanian diantaranya Trismoyo dan Devi yang merupakan mentor dalam workshop pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan teknologi m-bio.
Tak tanggung-tanggung beberapa proyeksi pengembangan pun dicanangkan, yaitu pengembangan komoditas kopi, stroberi dan kesesuaian lahan.