Tentu Anda pernah mendengar kata Gebu, bagi warga Tasikmalaya Gebu merupakan kepanjangan dari Gedung Bupati, Gebu adalah sebutan karib bagi lokasi pusat pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya yang terletak di wilayah Kecamatan Singaparna.
Tak jarang area di sekitar Gebu menjadi tempat bersosialisasi bagi warga Kabupaten Tasikmalaya di saat hari libur, terutama di waktu pagi dan sore hari, beragam even pun selalu diadakan di tempat ini seperti gelaran eksibisi, festival dan kegiatan lomba.
Barangkali Anda juga sering mendengar kata Gebu, namun dalam pengertian lain yang merupakan istilah dari sebuah gerakan kesadaran sosial dengan prinsip Sabilulungan atau gotong royong, dengan gotong royong, terbukti!
Banyak sekali persoalan yang bisa diselesaikan tanpa merasa berat dan memberatkan, berat beban jadi enteng!
Gebu, gerakan seribu rupiah adalah satu upaya menuntaskan persoalan yang terjadi dalam masyarakat kita, mengikis sifat individualistis sedikit demi sedikit demi mewujudkan keshalihan sosial, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, seribu demi seribu lama-lama menjadi ratusan ribu dan berjuta-juta.
Lalu bermanfaat bagi yang membutuhkan, misalnya memberikan permodalan, santunan, membantu orang tak mampu yang hampir sekarat agar bisa berobat ke rumah sakit hingga nyawanya tertolong secara bergotong royong, dengan catatan asal mau mengaplikasikan dan kita peka pada kondisi lingkungan sekitar.
Menyadari hal tersebut,awal juli 2019 lalu masyarakat desa hutan yang tergabung dalam LMDH Galunggung Jaya, Kampung Ciakar, Desa/Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya mendeklarasikan penyelenggaraan Gerakan Seribu Rupiah perhari untuk melawan minimnya anggaran lembaga dan memberdayakan para anggotanya.
Sebagai petani penggarap mandiri kebutuhan dalam bertani kopi membutuhkan banyak variable pendukungnya, alhasil pemikiran harus dikerahkan bagaimana caranya memenuhi semua itu.
"Gerakan seribu ini muncul dari sebuah kegalauan bagaimana caranya memberdayakan diri sebelum kita memetik hasil tanaman kopi yang sebagian baru ditanam," ungkap Tatang Haeruman, petani penggarap lahan Perhutani RPH Cisayong yang juga ketua LMDH.
"Kebutuhan kita sekarang adalah tertib administrasi dulu secara kelembagaan, kita harus ke notaris karena ada perubahan LMDH, ternyata di KPH masih tercatat LMDH yang lama tapi tidak aktif, dan kita terlanjur membentuk LMDH yang sekarang.
Selanjutnya dana yang terkumpul bisa dialokasikan untuk apa saja, seperti kebutuhan bibit, pupuk, atau ada anggota yang terkena musibah atau sakit dan lain-lain," sambung Tatang (8/9/19) menjelaskan bahwa prioritas Gebu yang kedua adalah pembenahan Pasirlandak atau Pas Land sebagai daerah tujuan wisata minat khusus.