Menyusuri hutan dataran rendah di Taman Nasional Tesso Nilo adalah melihat langsung hutan yang porak poranda, rusaknya ekosistem melukiskan betapa ganasnya perambahan memiliki andil besar dalam degradasi lingkungan dan deforestasi, rasa ngeri tak terbendung saat menyaksikan ratusan hektar lahan yang gundul, pohon-pohon tumbang tak berdaya dan bara yang masih menyala dari sisa-sisa pembakaran di pangkal pohon-pohon besar.
Dalam perjalan ekspedisi yang terdiri dari 2 perwakilan Green Radio Pekanbaru, 4 Perwakilan dari Balai TNTN, 3 Personil TNI, 2 Volunteer WWF dan 2 perwakilan masyarakat menembus hutan dari utara ke selatan sepanjang 39 Kilo meter dengan waktu efektif selama 10 hari, kami seringkali melewati rute dengan jalan rintisan yang sukar ditembus, namun sangat bersyukur berkesempatan melihat keaslian kondisi hutan yang masih ada, hutan sisa ini barangkali masih bisa diupayakan untuk tetap lestari dan selamat dari lajunya perambahan hutan yang gila-gilaan, sangat masif...!
(Penampakan Burung elang )
Jejak-jejak satwa sesekali kami temui, berjumpa dengan labi-labi, melewati jejak-jejak gajah, jejak kijang, jejak beruang dan jejak harimau yang tertinggal di hamparan pasir putih sungai Sawan, menatap langit dengan pemandangan burung elang yang sedang terbang bebas dan tinggi di atas hutan Taman nasional Tesso Nilo. Beruntung tim ekspedisi masih sempat mendokumentasikan itu dalam beberapa bidikan kamera, momen ini sangat berharga.
Ketika tiba di pinggiran sungai dengan hamparan pasir yang memukau, disini tenda kembali didirikan dan kami menamainya camp pantai, selain lokasi yang strategis untuk mendapatkan air minum, memasak, mandi dan kegiatan lainnya, pemandangannya cukup berkesan hamparan pasir putih yang nyaris belum terinjak manusia lain, gelombang pasir seperti dilukis air dan angin, lokasi ini adalah hadiah setelah melalui rute yang sukar akhirnya kelelahan terbayar.
Saking senangnya mendapatkan tempat bermalam yang mempesona, seluruh tim menghampiri tepian sungai, sekedar cuci muka dan merendam kaki, sebelum tenda berdiri sebagian anggota tim melepas lelah diatas pasir, di sekelilingnya masih rimbun tertutup dengan pepohonan, airnya jernih, udaranya segar dan saya merebahkan diri setelah menanggalkan baju yang basah oleh keringat, pasir yang masih hangat meresap ke punggung seperti dipijit-pijit oleh tangan kecil rasanya, anggaplah terapi! apapun insiden yang terjadi menimpa kami, selalu anggap sebagai sebuah terapi termasuk ketika tersengat tawon dan tertusuk duri salak hutan atau rotan, tak pelak keluar candaan "anggap saja terapi".
Yang mengejutkan adalah tanda-tanda kehadiran harimau di tempat ini, meski sebagian jejaknya sempat terhapus oleh langkah-langkah kaki dipasir.