Lihat ke Halaman Asli

Nikmatnya Nasi Pecel Mbok Sani

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sarapan, bagi sebagian besar orang di dunia, adalah suatu keharusan. Tak terkecuali bagi saya. Tidak sarapan bisa berarti tidak kuat bekerja. Salah satu menu sarapan favorit saya adalah nasi pecel. Anda sekalian tentu sudah tahu makanan khas Jawa ini. Berbicara soal nasi pecel, saya selalu bergairah jika mendengar "Nasi Pecel Mbok Sani". Hasrat untuk segera melahap sepiring nasi pecel pun segera meledak ketika mendengar nama itu. Agak berlebihan mungkin, tapi entah mengapa demikian. Padahal jika dipikir-pikir nasi pecel buatan mbok Sani juga tidak jauh beda dengan nasi pecel-nasi pecel yang lain, bahkan kalah mewah kadang. Mungkin ini hanya masalah selera saja. Warung nasi pecel mbok Sani bisa dibilang cukup terkenal di Kota Blitar. Hampir setiap orang di kota kecil ini pasti tahu (atau setidaknya pernah mendengar) tentang warung ini. Meski cukup terkenal jangan dibayangkan warung ini menempati gedung yang megah dengan areal parkir yang luas atau terletak di pinggir jalan besar yang ramai. Warung mbok Sani berdiri dengan sederhana di sudut kampung berjalan tanah. Namun jangan heran! Meski demikian banyak mobil dan motor yang parkir di depan warung mbok Sani. Warung yang hanya menempati serambi dapur mbok Sani itu seakan terejek oleh mewahnya mobil-mobil yang terparkir. Tapi soal lidah adalah soal rasa. Biarpun sederhana dan kurang menarik, yang penting rasanya! Pelanggan warung mbok Sani pun dari berbagai macam kalangan dan etnis. Pelajar, petani, pejabat, PNS, pengusaha, orang Jawa, orang Cina, orang hitam, orang putih, semua ada di situ hanya sekedar untuk menikmati sepiring nasi pecel hangat. Seolah warung yang buka sejak pukul 06.00 sampai sekitar pukul 10.00 itu menjadi media pelebur sekat-sekat status sosial karena setiap pelanggan yang makan di tempat harus mau duduk berdesak-desakan dengan pelanggan lain di lincak yang di sediakan. Jadi, para pekerja kantoran yang wangi harus rela duduk semeja dengan pak tani yang bau keringat... Sungguh nikmat pemandangan seperti ini... Nasi pecel olahan mbok Sani pada dasarnya tidak beda dengan nasi pecel lainnya. Terdiri dari nasi hangat dengan sayur daun pepaya dan daun singkong serta irisan mentimun dan kecambah, diguyur dengan sambel pecel yang tidak terlalu pedas, ditemani tempe dan tahu goreng hangat serta rempeyek kacang tanah. Mungkin komposisi seperti ini yang menjadikan pecel mbok Sani beda dengan pecel lainnya. Mbok Sani tidak menyediakan lauk lain selain tempe dan tahu goreng hangat serta rempeyek. Minuman yang disediakan pun hanya teh hangat, air mineral dan air kendi. Sangat minimalis memang. Sambel pecel buatan mbok Sani pun buatan sendiri. Kacang, bahan dasar sambel pecel, ditumbuk dengan alu dan lesung bukan digiling dengan mesin. Dengan begitu kacang tidak terlalu halus sehingga cita rasa sambel pecel yang dihasilkan sangat nikmat. Menyantap nasi pecel mbok Sani di pagi hari menjadi kenikmatan tersendiri bagi saya. Mungkin seperti itulah suasana warung pada jaman pra-kemerdekaan dulu. Senyum hangat mbok Sani yang sudah tak muda lagi namun masih menyisakan gurat-gurat kecantikan masa mudanya, menambah nikmatnya sarapan yang sederhana itu. Apalagi setelah sarapan minum air kendi yang segar... Wah, pokoke mak nyus...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline