Lihat ke Halaman Asli

Danang Agung

Pencerita Sederhana Cerita

Komitmen, 1 Juta Barel Perhari atau Sekedar Mimpi

Diperbarui: 5 Agustus 2021   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ruangenergi.com

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan memproduksi Minyak 1 juta barel perhari pada tahun 2030 mendatang. Saat itu, konsumsi energi di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 2,3 juta barel minyak per hari (bopd). Peningkatan konsumsi energi nasional antara lain didorong oleh pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Lewat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), strategi mencapai target produksi minyak 1 bopd pada 2030 tersebut mulai sejak saat ini dilakukan. Menggenjot ekplorasi, menahan laju penurunan produksi, menarik invstasi dan tak kalah penting koordinasi antar lini dan institusi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, visi 1 juta bopd bukan merupakan hal mustahil untuk diwujudkan. Meski begitu, ia menyadari banyak tantangan untuk merealisasikan target ambisius tersebut. Mulai dari investasi besar, regulasi tumpang tindih, stagnasi lifting migas sepanjang satu dekade terakhir, hingga pandemi Covid-19 yang mempengaruhi aktivitas dan produksi migas.

Ia pun mengajak jajaran SKK Migas yang kini disematkan sebagai "Pejuang 1 Juta Barel" untuk bertransformasi agar mampu mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Dwi lantas membangun istilah "musuh bersama", yaitu visi jangka panjang SKK Migas mencapai target 1 juta bopd, agar lembaga yang dipimpinnya semakin terpacu untuk mewujudkannya.

Selain mendorong perubahan di internal, SKK Migas juga mengharapkan dukungan dan sinergi dari pemangku kepentingan atau stakeholder, terutama terkait konsistensi kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. Dwi berharap visi SKK Migas ini menjadi visi nasional yang dapat didukung oleh seluruh pihak, sehingga mimpi produksi 1 juta barel minyak di tahun 2030 dapat tercapai capai.

Menurut Dwi, SKK Migas punya keyakinan mampu mencapai target tersebut. Pasalnya, dalam perhitungan SKK Migas, Indonesia memiliki potensi cadangan minyak sebesar 783 billions of barrels of oil equivalent (Bboe). Selain itu, Indonesia juga mempunyai 128 cekungan yang menyimpan kandungan minyak. Dari total cekungan tersebut, sekitar 50 cekungan telah digarap, 20 di antaranya mampu menghasilkan produksi migas.

Berdasarkan peluang-peluang yang ada, SKK Migas pun telah menyiapkan sederet strategi demi memuluskan jalan ke pencapaian target 1 juta bpod pada 2030.  Regulasi dan skema bagi hasil kian fleksibel. Mendorong paket stimulus usai pandemi. Mempertahankan tingkat produksi yang ada. Percepatan sumber daya menjadi produksi. Mempercepat penerapan teknologi chemical enhanced oil recovery (EOR) dan Menawarkan 12 area potensial kepada investor.

Namun harapan Visi yang digadang-gadang SKK Migas masih memberi rasa was-was bagi sebagian pihak. Dalam forum webinar hulu migas beberapa waktu lalu, tergambarkan produksi minyak Indonesia cenderung menurun. SKK Migas mencatat, per Juni 2021 rata-rata produksi minyak sudah di bawah 700.000 barel per hari.

Sejumlah pihak mengkhawatirkan target produksi 1 juta barel minyak di tahun 2030 sulit bisa tercapai. Salah satunya Rudi Rubiandini, praktisi migas yang juga mantan Kepala SKK Migas. Ia menilai, target produksi 1 juta barel bisa saja tercapai, dengan catatan tidak menggunakan timeline waktu seperti saat ini dan SKK Migas harus komitmen tinggi untuk menjalankan visi tersebut.

Rudi beralasan, tahun 2030 hanya tersisa delapan tahun saja, target ini sulit tercapai karena proyek yang on stream tidak ada yang bisa mendongkrak produksi dalam sekala sangat besar. Berbekal pengalaman mengelola hulu Migas, Rudi menilai lembaga SKK Migas harus lebih agresif, massif dan atraktif dalam merangsang hadirnya investor untuk masuk berinvestasi. Kegiatan Hulu harus dielus-elus, perusahaan hulu migas yang masuk jangan diberi kerumitan dalam menjalankan kegiatanya.

Jika visi 1 juta barel tidak ingin menjadi mimpi semata, menurut Rudi, salah satunya cara yaitu meningkatkan minat investor ke Indonesia dengan membuat investasi yang atraktif dalam split bagi perusahaan migas yang mau melakukan eksplorasi. Investor jangan diperumit dengan mekanisme pola bagi hasil dan perizinan. Jika perlu diberikan insentif, agar mereka segera melakukan eksplorasi jika semua persyaratan dipenuhi. Karena dipahami bersama, karakteristik industri fosil ini sangat padat modal dan mengandung resiko tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline