Lihat ke Halaman Asli

Danang Agung

Pencerita Sederhana Cerita

Target 1 Juta BOPD dan 12 BSCFD, Mantra dan Doa ala Dwi

Diperbarui: 2 Agustus 2021   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (Dokpri)

Menikmati bahan bakar minyak dan gas bumi (Migas) tak semudah kita bayangkan jika kita lihat dari proses hulunya. Bukan sekedar menuang tuas kedalam tangki kendaraan motor, atau mematik kompor lalu sumber energi panas dihasilkan karena ada aliran gas. 

Ada proses industri yang sangat kompleks, melelahkan menguras tenaga dan besarnya biaya. Ditambah prilaku masyarakat yang belum sepenuhnya memberi dukungan penuh lantaran tak mengerti, jika proses tata kelola migas adalah kegiatan negara. Dimana hasilnya akan menjadi devisa untuk menggerakan pembangunan bangsa.

Data menunjukan sumur-sumur migas yang kian menua, produksi terus menurun. Ditambah wabah Pandemi Covid-19 dan rendahnya harga minyak menjadi tantangan industri ini. Kegiatan hulu migas  seakan-akan  segera berakhir kejayaannya. Ekplorasi terhenti, lantaran investor masih setengah hati untuk berinvestasi.

Namun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) malah mencanangkan target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030, sebagai tanda kebangkitan industri hulu migas Indonesia.

Dalam Konvensi 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas yang diadakan, di Jakarta, semua pemangku kepentingan yang terlibat, antara lain Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian, SKK Migas, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS), dan Indonesian Petroleum Association (IPA), telah menyampaikan aspirasinya dan mendiskusikan hal yang dapat mendukung pencapaian target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030

Visi besar tersebut diungkapkan Dwi Soetjipto selaku Kepala SKK Migas, merupakan mimpi bersama. Target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD mungkin bagi sebagian pihak sulit dan mustahil dicapai, melihat situasi dan kondisi kekinian dengan sumur-sumur migas tua yang ada menjadi andalan.

Namun berbagai langkah strategi telah disusun sebagai road map hulu migas menuju Visi besar bersama tersebut. Tantangan pasti ada, kerja keras itu sudah pasti menjadi kata kuncinya. Namun yang tak kalah penting dukungan dari berbagai elemen masyarakat menjadikan kekuatan tersendiri.

Peningkatan iklim berusaha dan adanya peraturan yang saling mendukung antar instansi merupakan  kunci pembuka untuk memperbaiki tata kelola hulu migas yang dibutuhkan demi meningkatkan investasi hulu migas Indonesia. Persyaratan itu menjadi mutlak untuk mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar gas kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030.

Bagi mantan Direktur Pertamina dan Semen Indonesia tersebut,  1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada 2030 sudah seperti mantra sekaligus doa yang dihembuskan dalam setiap pertemuan dengan berbagai kalangan dan pemberitaan diberbagai media. Ditengah hembusan rasa pesimis dari pihak-pihak lainnya, Dwi terus membakar gelora para pelaku kegiatan hulu migas untuk tetap fokus meningkatan produksi menuju impian tersebut, dengan mematrikan seluruh pekerja hulu migas sebagai pejuang 1 juta barel.

Dengan melihat potensi-potensi sumber migas yang ada dan belum dimaksimalkan, Dwi optimis untuk mengenjot produski migas kelevel yang diharapkan. Dalam rangka meningkatkan produksi migas, sebagai pelaksanaan dari transformasi SKK Migas, telah ditetapkan dan secara konsisten dilaksanakan 4 (empat) strategi meningkatkan produksi migas, yaitu: Mempertahankan tingkat produksi existing yang lebih tinggi; . Transformasi sumberdaya ke produksi. Mempercepat Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) dan Eksplorasi untuk penemuan besar.

Semoga strategi tersebut bukan manis diatas kertas tapi mlempem saat implementasi. Oleh karenanya, Dwi tak henti-hentinya melakukan koordinasi lintas lini. Mengurai benang kusut tata kelola migas yang masih dirasa rumit bagi hadirnya investasi. Memahamkan semua pihak agar bersedia memberi ruang dan peluang bagi industri migas untuk berkarya. Memompa semangat pejuang 1 juta barel ditengah pandemi dan lesunya harga minyak untuk tetap semangat berkerja. Menjaga produksi sebagai upaya menjaga kedaulatan energi bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline