Lihat ke Halaman Asli

THR: Tuhan Hadirkan Rahmat

Diperbarui: 26 April 2021   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.nu.or.id

Sekapur Sirih 

Saya bukan seorang muslim. Meskipun demikian, respek dan penuh hormat saya berikan kepada saudara-saudara muslim yang gigih memperjuangkan puasanya selama bulan ramadhan ini. Saya meyakini betul bahwa puasa saudara saya ini tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus. Ada hal-hal lain (imani) yang tentunya ingin diperjuangkan dalam proses pembatinan itu. Bahasa saya adalah 'Ngalap berkah' (Indonesia: Mencari Berkah). Maka, yang spesial di bulan Ramadhan ini tentunya bukan THR (Tunjuangan Hari Raya) saja tetapi Tuhan Hadirkan Rahmat. Karena Tuhan Menghadirkan Rahmat inilah, mereka (saudara-saudara muslim) dengan komitmen tinggi selalu mengejarnya.

Pengalaman itu...

Kebetulan beberapa hari ini saya sendang memulai proyek renovasi rumah karena ada masalah kayu usuk dan reng yang dimakan rayap. Dan kebetulan pula, para tukangnya beragama Islam. Dalam suatu kesempatan saya memberanikan diri untuk bertanya, "Mas, puasa ga?" Satu pertanyaan ini lantas membuka sharing dia yang panjang lebar tentang pengalaman berpuasanya saat nukang. Sambil mengikat besi untuk bahan otot cor dag, dia bercerita tentang sukses dan gagalnya saat memperjuangkan puasa dimana dia juga harus bekerja dibawah terik matahari.

Ada kepuasan batin manakala dia berhasil menjalankan puasa di tengah pekerjaannya yang berat. Juga tersirat rasa kecewa saat dia gagal berpuasa. Saya pun menyadari, untuk pekerjaan nukang seperti ini, tantangan dan godaan pastinya sangatlah berat. 

Baginya, komitmen untuk berpuasa adalah tanda apakah dia layak mendapat berkah atau tidak. Keyakinan batin inilah yang akhirnya menjadi 'tenaga dalam' dia untuk menjalankan misi ini. Bahasa saya adalah, si mas ini memiliki motivasi yang kuat untuk mendapatkan berkah Tuhan. Kembali, ini bukan sekedar tidak makan dan tidak minum, tetapi adalah kumpulan komitmen untuk menjada diri supaya tetap dalam track Rahmat Tuhan itu.

Saya menggaris bawahi pernyataan dia bahwa layak tidaknya manusia mendapatkan Rahmat Tuham tergantung bagaimana komitmen dan usaha manusia untuk mencapainya. Dia menambahkan, sejatinya Tuhan Allah itu sudah memberikan kelimpahan ramhat-Nya. Hanya saja, dalam kehidupan sehari-hari, kita (manusia) yang sering kali melupakan rahmat Allah itu. Dari hal-hal yang kecil sampai besar sekalipun, Tuhan Allah tentunya selalu mendampingi dan menyertai umat-Nya.

Inspirasi Hidup

Mas tukang inilah yang menjadi jalan berkah bagi saya untuk merenungkan perjalanan hidup saya. Saya yang kebetulan Guru Agama di SMA Katolik itu akhirnya dapat pelajaran banyak soal kehidupan. Lewat kesederhanaannya saat merefleksikan perjalanan puasanya, saya akhirnya menemukan Guru kehidupan yang riil. 

Apa yang dia perjuangkan sangatlah sederhana, tetapi bagaimana cara dia untuk mencapainya sangatlah luar biasa. Pekerjaannya tidak lagi menjadi halangannya untuk mencapai Berkah Tuhan itu lewat cara berpuasa. Dan saya yakin benar bahwa, dia bekerja mati-matian saat berpuasa bukan hanya untuk sekedar mencari Tunjangan Hari Raya. Saya yakin, dia sedang memupuk diri untuk menadi layak dan pantas karena Tuhan Hadirkan Rahmat. Terimkasih saudaraku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline