Lihat ke Halaman Asli

Pengorbanan Anak Bangsa untuk Lepas dari Jeratan BBM

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411539066769234754

Bahan bakar minyak (BBM) merupakan sumber daya yang tidak terbarukan walaupun demikian ketergantungan kita pada BBM dari tahun ke tahun semakin meningkat. Jumlah kendaraan bermotor baik roda dua ataupun roda empat mengalami penambahan yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sampai dengan bulan Agustus 2014 telah diproduksi 878,546 unit kendaraan roda empat. Semua kendaraan yang diproduksi tersebut menggunakan bahan bakar minyak, bahan yang pasti akan habis pada suatu saat. Parahnya sebagain besar kendaraan bermotor menggunakan premium yang merupakan BBM bersubsidi. Sebenarnya BBM bersubsidi dimaksudkan untuk masyarakat yang kurang mampu tetapi pada praktiknya orang-orang yang mampu juga ikut menikmati jatah untuk masyarakat miskin ini. Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan yang diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menyalurakan BBM bersubsidi memprediksi kuota 46 juta kiloliter untuk tahun 2014 ini diprediksi hanya akan tersedia sampai awal bulan Desember 2014. Pemerintah selalu dalam posisi sulit ketika akan mengambil keputusan terkait harga BBM bersubsidi, jika subsidi BBM di kurangi maka akan terjadi kenaikan harga barang-barang tetapi jika tidak dinaikan maka APBN akan tersedot untuk menalangi subsidi BBM ini.

Berangkat dari keprihatinan ini Menteri BUMN Dahlan Iskan menggagas digunakannya energi alternatif (motor listrik) sebagai pengganti BBM. Tidak hanya dengan gagasan beliau menindaklanjuti dengan aksi nyata dengan mengumpulkan orang-orang yang punya kemampuan di bidang itu. Terkumpulah 5 orang pria dan oleh beliau dijuluki Pandawa Putra Petir. Lahirlah mobil listrik berjenis sport yang pertama di Indonesia, mobil tersebut berwarna merah terang dan diberi nama Tucuxi. Ketika dalam masa percobaan naas mobil tersebut mengalami kecelakaan di Magetan. Banyak pihak yang mengecam aksi beliau karena belum memiliki izin untuk mengendarai mobil listrik tapi tekat beliau tetap bulat untuk mewujudkan cita-cita lepas dari ketergantungan BBM, bahkan dalam sebuah wawancara dengan salah satu stasiun tv swasta beliau menyatakan nyawa beliaupun rela dikorbankan demi ilmu pengetahuan.

[caption id="attachment_344109" align="aligncenter" width="300" caption="Mobil listrik Selo - Sumber : https://www.facebook.com/ricky.elson"][/caption]

Setelah Tucuxi muncullah generasi berikutnya dari mobil sport listrik yaitu Selo, berbeda dengan mobil yang pertama, warna mobil Selo ini kuning. Belajar dari pengalaman Tucuxi yang tidak dilengkapi gearbox, mobil Selo menggunakan teknologi gearbox. Mobil ini sempat dipamerkan pada acara Apec di Bali. Tidak hanya mobil jenis sport yang di produksi jenis lainnya juga sudah dihasilkan oleh para putra petir. Salah satu putra petir Ricky Elson selain sudah berhasil membuat Selo juga membuat mobil sejenis Toyota Alphard yang diberi nama Gendis. Untuk bisa diproduksi secara masal, mobil listrik tersebut memang masih butuh waktu panjang mengingat infrastruktur yang ada juga belum mendukung untuk digunakannya mobil listrik pada saat ini. Selain mobil listrik Ricky Elson juga sudah berhasil membuat becak listrik. Ide awal pembuatan becak listrik berasal dari Habib Syekh yang prihatin melihat betapa rekosonya tukang becak yang sudah tua tetapi tetap mengayuh becak untuk menyambung hidup. Mengetahui salah satu syekher-nya, Dahlan Iskan memelopori mobil listrik, beliau meminta juga dibuatkan becak listrik.

[caption id="attachment_344108" align="aligncenter" width="300" caption="Becal listrik - Sumber : https://www.facebook.com/ricky.elson"]

14115388291273346807

[/caption]

Terjadilah diskusi antara Dahlan Iskan dengan Ricky Elson seperti cuplikan dari akun FB Ricky Elson berikut ini:

"Rick, klo mobil listrik izinnya berat...
Anda bisa bikin Becak Listrik?"
saya mengerti sekali maksud beliau...

jawab saya, "Becak listrik saya ga mau, Abah... ga mau.,
Tapi kalau Assisted , Becak yang dibantu Tenaga listrik saya mau.."

"loh, Kenapa? apa bedanya" sergap Abah...
jawab saya,"Abah, Becak yg di Jogja itu... indah dan terasa becaknya... karna dikayuh...

itulah budaya becak, kalo dilistriki seperti mobil listrik... ga Becak lagi rasanya..
apalagi diganti dengan Betor?, lebih mahal, lebib merusak, berbahaya dan
ga kerasa becak..

saya hanya ingin agar, tukang becak tetap mendayung,
namuN. dibantu dan tidak berat, saat bawa 1 orang mau pun dua orang,
saat jalan mendaki maupun jalan datar... tenaga tukanng becak sama,
namun Bantuan dayung dari putaran motor listriknya lah yg ditambah.
dan itu ga boleh lebih dari 20km/jam...,
ga bisa menikmati Jogja.. ga enak naik becak itu cepat..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline