Lihat ke Halaman Asli

Dan Jr

TERVERIFIKASI

None

Awal dari Sebuah Jiwa yang Hancur

Diperbarui: 22 Februari 2022   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kutuliskan kisah ini kepadamu, sebagai bukti aku sudah berdamai dengan masa lalu

dan bila aku mati kelak, kau harus tau bahwa aku sudah memaafkanmu

Adam sudah duduk dibangku kelas tiga sekolah dasar, menikmati masa -- masa kecilnya seperti anak kebanyakan lainnya. Setiap hari, Adam akan menjadi yang pertama sampai dirumah bibinya sepulang dari sekolah. Baru setahun Adam mengetahui bahwa Lina bukanlah ibunya, selama itu pula Adam mencoba beradaptasi dengan status baru bahwa dia hanyalah seorang keponakan yang sedang menumpang hidup dikeluarga bibinya itu.

Kematian nenek Adam, diawal tahun menjadi bencana terbesar buat anak itu. Tidak ada lagi satu orangpun tempatnya menitipkan cerita atau sekedar untuk merasakan kehangatan pelukan. Rudi, ayah Adam hanya datang menjenguk sebulan sekali. Pertemuan itupun selalu singkat, Rudi yang sudah punya keluarga baru tidak bisa benar -- benar hadir sebagai ayah bagi Adam. Sedangkan Lina, sebagai seorang guru. Wanita itu lebih sibuk menghabiskan hampir keseluruhan harinya di sekolah tempat ia mengajar. Bram, paman Adam, suami Lina sama sibuknya. Tinggallah Adam berdua bersama Berlin, abang sepupunya, anak semata wayang Lina.

Ketika sedang asyik menonton televisi, Berlin mengajak Adam untuk memasuki kamar Lina. Meski kamar itu dikunci, kedua anak itu mengetahui persis bahwa lukisan yang berada diruang tamu adalah satu -- satunya tempat penyimpanan kunci yang dilakukan Lina. Saat itu, Berlin berusia empat belas, ketika untuk pertama kali remaja tanggung itu menjadi ahli tata rias bagi sepupunya sendiri.

Berlin mendadani Adam layaknya seorang gadis. Kemudian keduanya bermain. Berlin akan menjadi jagoan yang menyelamatkan seorang gadis dari penculikan penjahat, gadis itu tentu saja diperankan oleh Adam. Adam menerima perlakuan Berin kepadanya. Meski kini sudah sadar bahwa dirinya hanyalah sepupu, bagi Adam, Berlin tetaplah seorang abang kandung, yang tidak akan menjerumuskannya pada kesalahan. Bagaimanapun keduanya dibesarkan dengan aturan agama yang ketat. Bahkan setiap malam, Lina membawa kedua anak itu berdoa kepada Sang Pencipta. Adam jelas tidak salah jika memberi kepercayaannya yang begitu besar kepada Berlin.

Adam lupa akan kisah Kain yang membunuh Habil. Atau Yakub yang mencuri berkat dari Ishak ayahnya yang seharusnya diberikan kepada Esau.

Setelah permainan, Berlin akan membuka celananya dihadapan Adam. Adam yang masih terlalu belia, tidak pernah mengetahui bahwa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Tindakan terkutuk yang bila didengar orang dewasa, akan menjadikan sebuah kemurkaan.

Hanya saja, Adam sudah terlanjur rusak jiwanya. Candu Adam pada perlengkapan kosmetik Lina membuatnya diam -- diam masuk kedalam kamar itu ketika seisi rumah hanya menyediakan dirinya saja. Adam mulai mendandani dirinya, bertingkah layaknya anak gadis didepan cermin.

Perubahan yang begitu signifikan tidak membuat Lina atau Bram menjadi awas. Adam yang lebih memilih permainan boneka, atau mengambil peran -- peran yang biasanya diberikan kepada perempuan, sama sekali tidak mengganggu keluarga itu. Alih -- alih diluruskan jalannya, Adam justru mendapatkan dukungan dari keluarga kecil itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline