Lihat ke Halaman Asli

Dan Jr

TERVERIFIKASI

None

Bicara pada Monyet...

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Memperbaiki Hutan Indonesia, bukanlah hal mudah, data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia sejak tahun 1985-1997 telah kehilangan hutan sekitar1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkirakan sekitar 20 juta hektar hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional, besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan tebangan. Dengan kata lain, Hutan Indonesia saat ini berada dalam kondisi darurat satu.

Sebagai salah satu "paru - paru dunia" untuk meningkatkan posisi tawar Indonesia terhadap dunia, sudah seharusnya kita berpikir untuk melestarikan hutan. Melestarikan hutan yang tujuan utamanya adalah untuk menjaga keseimbangan alam, juga bisa digunakan untuk reposisi negara ini dikancah politik internasional, yang semakin lama, semakin mendekati zona degradasi.

Hutan Indonesia, semakin hari, semakin menjadi momok tersendiri bagi pemerintah. Pembalakan "liar" dimana - mana, miskinnya reboisasi menjadi masalah utama negri ini. Seandainya saja, saya yang jadi presiden...

Kalau saya yang menjadi presiden negri ini, hal pertama yang akan saya lakukan adalah berbicara kepada monyet. Sebagai penguasa hutan, pastinya monyet dan sebangsanya lebih galau daripada manusia sendiri. Terbayangkan jika hutan habis, monyet mau tinggal dimana? masa mau dikasih apartement atau rusun juga?

Penggusuran - penggusuran yang dialami hewan - hewan ini sedianya akan menyulitkan manusia sendiri. Tutup mata anda sejenak, lalu bayangkan, saat anda menyetir mobil dan berhenti dilampu merah, yang menyebrang bukannya manusia, justru, harimau yang sedang bergandengan tangan dengan singa. Mengerikan bukan?

Maka, sebagai presiden, saya akan bernegosiasi dengan penghuni hutan, bertanya apa mau mereka, dan meminta setidaknya tidak berkeliaran di tempat umum, agar tidak mengganggu manusia.

Hal kemudian yang akan saya lakukan adalah, membatasi atau bahkan mengurangi lahan yang kini menjadi perkebunan. Perkebunan Sawit dan Karet yang merajalela di pulau sumatera sudah seharusnya direkondisi. Tentu saja hal ini akan menjadi pro dan kontra, karena akan banyak kepentingan yang menolak. Tapi coba perhatikan apa yang terjadi di Riau? Kebakaran hutan! apa penyebabnya?

Jika anda melewati jalinsum (jalan lintas sumatera) maka akan terasa kawasan tersebut sangat panas. Hal ini terjadi karena kawasan tersebut sudah miskin hutan, perkebunan bertebaran sepanjang jalan, dan yang menikmati hasilnya hanyalah segelintir orang saja. Disamping itu, pengurangan pabrik juga harus dilakukan, lahan - lahan yang sudah diserobot pabrik terlalu luas, seharusnya lahan tersebut bisa dijadikan sebagai kawasan hutan yang menyejukkan hati dan pikiran.

Untuk dipulau jawa, saya akan terapkan kebijakan pemusnahan sebagian pemukiman warga. Tentu saja, warga yang digusur akan dipindah ke pulau lain, dengan program transmigrasi. Hal ini, untuk membantu jawa, agar terbebas dari kepadatan penduduk yang menyesakkan. Sedianya, lahan - lahan yang sudah kosong nantinya akan dijadikan kawasan hutan lindung, dan hutan wisata. Supaya anak - anak muda tahunya tidak hanya pusat perbelanjaan saja, sekali - kali mereka harus mengunjungi "saudara - saudara" di hutan.

Untuk pulau besar lainnya seperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua, sebagai presiden saya akan memerintahkan mentri kehutanan, untuk mengadakan pengawasan ekstra ketat di setiap hutan disana. Menghindari pembalakan liar dan illegal logging. Kalimantan, Sulawesi dan Papua tidak akan terjadi pengurangan pemukiman, karena warga Jawa akan ditransmigrasi ke tiga pulau tersebut.

Sebenarnya tidak sulit untuk menghijaukan kembali Indonesia, hanya butuh sedikit ketegasan dan keberanian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline