Lihat ke Halaman Asli

Pacu Jalur sebagai Kearifan Lokal di Riau

Diperbarui: 26 Februari 2024   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PACU JALUR SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DI RIAU Dan t Levy yalansyah 12 IPS 2, SMA NEGERI 3 KABUPATEN TANGERANG

          Kearifan lokal di Riau mencakup beragam budaya, tradisi. Salah satu contoh kearifan lokal yang khas di Riau adalah pacu jalur. Pacu jalur merupakan perlombaan dayung sampan terbuat dari kayu gelondongan utuh yang dibentuk menjadi sampan khas Riau.

          Kearifan lokal merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang tidak dapat Dipisahkan dari bahasa masyarakat yang diturunkan secara turun temurun. Salah satunya di Riau, khususnya bakar tongkang, balimau Kasai, pacu jalur, tepuk tepung tawar. Upaya memahami, melestarikan dan mengembangkan Kearifan lokal dapat menjadi langkah penting dalam menjaga keanekaragaman budaya dan Memperkuat jati diri masyarakat Riau. Pentingnya melestarikan kearifan lokal di Riau tidak hanya sebagai wujud identitas budaya, namun juga merupakan warisan berharga.

              Pacu Jalur merupakan tradisi budaya turun-temurun yang diwariskan lebih dari 100 tahun oleh nenek moyang masyarakat Kuansing. Pada abad ke-17, jalur hanya digunakan sebagai alat transportasi bagi masyarakat yang tinggal sepanjang aliran Sungai Kuantan.Seiring berjalannya waktu, jalur-jalur yang digunakan sebagai alat transportasi tersebut semakin berkembang. Baik itu muncul jalur yang dihias dengan ukiran indah dan khas, dilengkapi payu, selendang, tiang tengah, serta lambai-lambai.

                 Perkembangan tersebutlah yang akhirnya "melahirkan" lomba adu cepat antar jalur, atau saat ini dikenal sebagai nama Festival Pacu Jalur. Awalnya, Pacu Jalur diselenggarakan untuk merayakan hari raya agama Islam, seperti Hari Raya Idulfitri di Riau. Namun, di masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur digunakan untuk merayakan hari jadi Ratu Wilhelmina setiap tanggal 31 Agustus.

       

                   Tradisi Pacu Jalur, yang merupakan perlombaan perahu tradisional di Provinsi Riau, Indonesia, telah mengalami pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam beberapa hal. Salah satunya adalah dalam hal penyelenggaraan acara dan promosi. Penggunaan teknologi seperti media sosial, aplikasi seluler, dan peralatan penyiaran modern telah membantu meningkatkan visibilitas acara ini, menjangkau lebih banyak penonton dan peserta potensial.

                     Selain itu, IPTEK juga dapat berkontribusi pada peningkatan keamanan dan efisiensi acara Pacu Jalur. Misalnya, penggunaan peralatan navigasi modern atau teknologi komunikasi dapat membantu memastikan keselamatan peserta dan penonton selama acara.

  

                    Kesimpulan dari kearifan lokal pacu jalur di Riau adalah bahwa tradisi ini merupakan bagian yang sangat penting dari identitas dan budaya masyarakat Riau. Pacu jalur bukan hanya sekadar sebuah perlombaan perahu tradisional, tetapi juga merupakan simbol kebersamaan, kekompakan, dan semangat gotong royong dalam masyarakat Riau. Dengan mempertahankan dan mempromosikan kearifan lokal pacu jalur, kita dapat memperkuat rasa kebanggaan dan identitas budaya masyarakat Riau serta menjaga warisan budaya yang berharga ini agar tetap hidup dan berkembang.

                       

                    




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline