Lihat ke Halaman Asli

Damri Hasibuan

Guru dan Penulis

Sepuluh Trik Menumbuhkan Kegilaan Menulis

Diperbarui: 4 Juni 2023   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak sekali orang yang beranggapan bahwa menulis itu susah, sulit, dan ribet. Padahal menulis adalah suatu aktivitas yang sangat gampang dan menyenangkan bahkan menyehatkan bagi otak dan jiwa. Namun, anehnya kenapa masih ramai orang yang enggan atau bahkan tidak suka dengan menulis? Lalu bagaimana cara menumbuhkan kegilaan menulis? 

Ya. Pada kesempatan kali ini izinkan saya menyampaikan; setidaknya ada 10 trik yang bisa saya tuliskan di sini. Agar tidak salah paham, silakan baca sampai selesai ya! Yaitu:

 1.  Minat, semangat, tekun, dan vibe yang supportif.

Berangkat dari pengalaman saya pribadi. Awalnya saya pikir menulis itu susah bangat. Menulis itu hanya bagi orang-orang pintar saja. Menulis itu diidentik dengan seorang dosen, kutu buku, dan lain sebagainya. Pokoknya, pernah tergambar bagi saya kalau menulis itu pekerjaan yang susah. Benarkah demikian? Baca hingga selesai, ya ...!

Dulu, waktu mondok (2005-2009) saya hanya suka baca majalah dan buku-buku pelajaran mondok. Belum ada ketertarikan untuk menulis selain diary. Kebiasaan itu, sempat terputus hingga sampai pada waktu yang amat sangat lama.

 Pada saat kuliah di Mesir (2011), pernah suatu ketika saya sangat ingin menjadi seorang penulis hingga sempat mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Forum Lingkar Pena (FLP). Akan tetapi, karena satu hal dan lain sebagainya, hasrat saya itu tidak kesampaian. Bahkan pasca menikah (2015) -- masih di negara Mesir --, saya pernah menulis buku tentang metode tahfizh Al-Qur'an. Namun, ketika naskahnya diajukan ke salah satu penerbit mayor, karena tidak ada jawaban dari pihak penerbit, saya berkesimpulan bahwa naskah saya tersebut ditolak sehingga sejak itu, saya down dan vakum dari dunia literasi. 

Akhirnya, sejak pertengahan tahun 2022 saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang menggerakkan hati ini untuk mulai menekuni dunia literasi. Berawal dari kesukaan saya membaca tulisan-tulisan teman. Baik di medsos, maupun di berbagai platform literasi online. Dalam hati saya terbersit, "Kenapa mereka bisa menulis, saya tidak?"

Untungnya, teman saya itu mau memberikan pengarahan. Setelah itu dia memberikan tugas kepada saya. Awalnya, terasa susah bangat. Bahkan untuk menuliskan 750 kata saja, bisa sampai setengah hari hingga seharian. Akan tetapi, bermula dari menulis satu cerita, saya bisa. Hasilnya pun lumayan menarik. Dia terus memberikan support kepada saya, sehingga menghasilkan dari satu cerita, meningkat ke cerita kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Sampai pada menulis buku di platform online dan mengirimkan artikel di beberapa media.

 2.  Senantiasa berlatih segala hal yang berhubungan dengan literasi.

Selain mengandalkan teman, saya juga mengikuti berbagai pelatihan literasi di berbagai group WhatsApp; termasuk SCK, CS, HGC, Literalova, dan lain-lain. Lewat pelatihan tersebut, saya sangat banyak belajar hal-hal yang tidak pernah saya pelajari sebelumnya selama di bangku sekolah maupun kulliah. Mulai dari teori kepenulisan, menuangkan ide, menyisipkan nilai-nilai kebaikan dalam cerita, cara membuat diksi yang indah, membangun unsur intrinsik-ekstrinsik dalam sebuah cerita, hingga membuat plot cerita menjadi lebih menarik dan digandrungi pembaca. 

Tidak cukup sampai di situ. Saya juga mengikuti pelatihan yang diadakan oleh penulis-penulis terkenal. Seperti Mbak Asma Nadia,  Helvetiana Rosa, Dee Lestari, Mas Gol A Gong, Tere Liye, dan masih banyak lagi. Sampai sekarang juga, saya masih terus belajar agar apa yang saya tuliskan dapat semakin disukai pembaca, tentunya saya juga sedang membidik penerbit mayor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline