Lihat ke Halaman Asli

Damri Hasibuan

Yang haus akan ilmu itu adalah para penuntut ilmu itu sendiri

Tahfizh Online vs Offline, Efektifan Mana?

Diperbarui: 4 Juli 2022   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak ada yang mengira bahwasanya dengan munculnya covid, kegiatan tahfizh jadi beralih keonline. Pada saat itu, muncul banyak sekali pertanyaan. Banyaknya pertanyaan itu, berpusat pada kegiatan tahfizh online, apakah bisa efektif? Sehingga rasa skeptisisme yang muncul, banyak orangtua yang menarik anaknya dari program tahfizh yang dionlinekan. Sehingga anaknya terhenti dari menghafal Al-Qur'an. Padahal, kalau saja orangtua membaca tulisan ini, anaknya tidak sampai terhenti dari kegiatan tahfizhnya.

Untuk menjawab permasalahan pertama, sangat kompleks. Karena berhubungan dengan banyak hal. Mulai dari komitmen, jaringan, lingkungan, konsentrasi, dayatangkap dan lain sebagainya. Ketika kesemuanya itu tidak ada masalah, maka baik tahfizhnya offline maupun online tidak terlalu bermasalah. Akan sama-sama efektif. Palingan hanya beda-beda tipis. Justru, ada sebagian anak semasa online, hafalannya berubah drastis. Artinya lebih cepat dibandingkan semasa offline.

Kenapa bisa terjadi seperti itu? Logikanya, kalau online, anak mau ngobrol, cerita, main, mau sama siapa. Siapa yang ingin ngajakin cerita terus menerus?  Bedahalnya dengan offline. Pasti ada saja faktor yang ingin mengganggu konsentrasi anak. Baik ia faktor dari anak itu sendiri atau lingkungannya. Biasanya, ada saja anak yang suka ngajakin ngobrol. Apalagi bebas main hape, akan terkuras habis waktunya main hape terus.

Kalaupun anak yang online nonton film, pastinya orangtua akan melarang jika si anak melakukan itu terus-menerus. Jika si anak main game, pasti juga orangtua tidak suka melihat anaknya terganggu hafalannya karena sebab main game yang berlebihan. Begitupun dengan masalah jaringan, orangtua pasti cekatan memberikan solusi. Sejauh ini tidak ada permasalahan selama anak dan orangtua bisa saling kerjasama. Anak mendengar nasihat orangtua, orangtua mendengar arahan sekolah. Selagi terjalin kerjasama yang bagus, koperatif yang indah dan terbuka, maka tahfizh online juga bisa efektif seefektif offline.

Yang menjadi problem adalah ketika berhubungan dengan anak yang susah di atur. Ditambah lagi orangtuanya  tidak menerima arahan sekolah. Kalau ketemu dengan kasus ini, mau tahfizhnya offline ataupun online sama saja tidak efektif. Karena bertemu dua masalah akut. Yaitu anak dan orangtua yang susah diajak kerjasama. Kadang permasalahannya hanya ada di anak atau di orangtua. Atau ada pada keduanya seperti kejadian di atas.

Jika permasalahannya ada pada satu pihak yang tadi, insyaallah akan lebih mudah mengatasinya.Tergantung komunikasinya. Kalau masalahnya dari anak, berarti diperlukan komunikasi yang inheren dari kedua orangtuanya.  Jika masalah itu dari pihak orangtua, solusinya dengan cara sosialisasi yang terbuka antara sekolah dengan orangtua yang dimaksud. Sekolah menyampaikan segala aturan yang terkait dengan tahfizh. Lalu orangtua harus memahami itu. Jika ada hal-hal yang tidak disetujui, orangtua sampaikan dan ajukan berbagai alasannya. Kalau mendiamkan sesuatu yang tidak disetujui, tidak dibantu dengan pendapat yang lebih bagus, maka akan terjadi kesalahpahaman.

Apabila timbul kesalahpahaman, akan menyebabkan komunikasi yang tidak baik. Komunikasi yang tidak baik, akan berimplikasi kepada eksistensi anak. Sampai disini cukup jelas bahwasanya tahfizh offline dengan online masih sejajar. Kemudian ada satu hal lagi yang membuat tahfizh online itu efektif. Yaitu, kejujuran. Apabila anak jujur, maka akan melahirkan hasil positif. Jika sebaliknya, akan melahirkan implikasi negatif.

Misalnya, kasus yang sering terjadi adalah ketika lagi kegiatan setor berlangsung dengan pembimbingnya. Ada saja anak yang melakukan setor sambil melihat Al-Quran. Atau bahkan ada yang sepenuhnya melihat Al Quran. Yang namanya aturan, setiap manusia tanpa memandang siapa dia, biasanya dia akan mencari cara yang lebih mudah baginya. Apalagi dia tidak memikirkan dampak negatif dari pelanggaran yang dia lakukan itu. Kalau setiap anak memikirkan dampak dari ketidak jujuran ketika setor  hafalan tadi, tidak satupun anak yang mau setor sambil melihat.

Ketidak efektifan tahfizh online itu kembali kepada semua hal yang di atas. Terutama pendampingan orangtua. Kalau sampai itu, lepas maka itulah salah satu paktor yang menyebabkan tahfizh online itu tidak efektif. Bukannya di sekolah juga, kalau tanpa pendamping, waktu anak akan saling dialihkan oleh sesama teman-temannya? Sehingga tahfizhnya di sekolah tidak efektif.

Jadi, efektif atau tidaknya tahfizh itu kembali kepada kedua pihak yang sangat fundamental tadi. Anak dan orangtua. Kalaupun tahfizhnya online ataupun offline, jika semua masalah yang dihadapi bisa disosialisasikan dengan baik, akan melahirkan hasil yang sama-sama efektif. Mengingat waktu covid, tidak terbaca kapan benar-benar sembuh. Selain itu, akan memangkas waktu perjalanan Anda selama online berlangsung.

Jika ada pertanyaan silahkan di kolom komentar, jangan lupa follow kami agar senantiasa update tulisan-tulisan terbaru kami. Dan silahkan dishare, agar terwujud nilai saling berbagi yang akan menjadi amal jariyah. Tentunya penshare pertama yang dig

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline