Lihat ke Halaman Asli

Aku Bukan "hamba dari hamba"

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Sumber kegembiraan sejati adalah saat dimana kamu masih tersenyum dengan tulus ketika engkau ditolak"''

Setiap orang pasti memiliki kerinduan untuk dihormati, dihargai, diakui, dan dicintai. setiap orang tentunya juga ingin hidup enak, memiliki harta benda, uang, kedudukan, pendamping hidup yang baik. Semuanya itu adalah impian ideal setiap orang. Tetapi apakah semuanya itu mampu memberikan kebahagiaan.

Ada suatu keprihatinan bahwa setiap orang ingin memiliki hamba. hamba yang melayani kebutuhannya. hamba itu bisa berupa macam-macam, uang, barang, dll. Tetapi hamba itu bisa menjadikan orang yang menggunakannya sebagai hamba dari hamba. Kadang karena cara hidup hedonis, konsumeris, konsumtif, kita diperhamba oleh hamba. Hamba yang kita ikuti memberikan kesenangan sesaat.

Manusia secara realistis memerlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar dalam hidupnya. Rasa dihargai, dicintai, diperhatikan, dihormati, diakui, dan lain sebagainya. Akan tetapi, cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar adalah menggunakan hal-hal yang bersifat materi, atau hal-hal yang tidak wajar untuk menarik perhatian orang. Secara tidak sadar merekapun diperhamba oleh hamba. kebahagiaan yang diperoleh pun hanya kebahagiaan semu, cepat hilang. Dan, secara perlahan kehidupan mereka sendiripun hancur oleh cara yang mereka gunakan.

Kesederhanaan, merupakan cara hidup yang mampu untuk berbicara cukup atas hamba-hamba itu. Nafsu manusia pada dasarnya lebih besar dari yang kita pikirkan, sehingga butuh suatu kontrol dari dalam pribadi. Apabila jalan hidup hanya dikontrol oleh nafsu maka nafsu itu akan terus menuntut untuk terus dipenuhi. Kesederhanaan mengajarkan kepada kita agar berkata cukup atas apa yang kita dapatkan. Cukup bukan berarti minimalis, tetapi mensyukuri apa yang didapatkan dengan terus berusaha dan menikmati.

Kita harus ingat bahwa hidup kita tidak hanya untuk mengikuti hamba-hamba, tetapi untuk menemukan kebahagiaan sejati, dengan cara menghidupi apa yang kita hidupi dengan penuh syukur. Syukur atas keberhasilan usaha keras kita meskipun sedikit, syukur atas nafas kehidupan, bersyukur karena masih diperbolehkan menghirup nafas kehidupan di pagi hari. Dan, banyak orang mencintai kita, cinta tidak dapat diukur dengan materi, tetapi pemberian diri seutuhnya, karena kita bukan hamba dari hamba. :)

PACE E BENE




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline