Lihat ke Halaman Asli

From Killer to Lover

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tengah terdiam di sudut kamar mandi dan mulai menghela napas tanda untuk merasa sangat lelah, tanganku pun tak berhenti untuk menyeka butiran-butiran air mata yang terus mengalir. Aku mulai mengatur nafasku dan menunggu hingga air mata ini kering. Setengah jam telah berlalu dan aku fikir mukaku telah kembali normal, hanya menebak-nebak karena aku lupa membawa kaca. Aku mulai membuka pintu dan melihat sekeliling ruangan, terlihat sepi, yaa tentu saja ini sedang jam pelajaran dan aku rasa hanya aku yang berada di kamar mandi ini. Aku mulai melangkah kecil, bermalas-malasan kembali ke koridor di depan kelasku, menghampiri dua temanku dan duduk di samping mereka.

“Tar lo abis nangis ya?” ujar Putri terus menatap wajahku.

Aku mulai mengheluh dalam hati, sedikit kesal, mmm sangat kesal karena sangat tidak menyukai kalau aku terlihat lemah apalagi tertangkap basah setelah menangis.

“Hah? Enggalah put masa cuma karena dihukum keluar kelas gara-gara ga ngerjain pr matematika aja bikin gue nangis sih? Diputusin pacar baru bisa bikin gue nangis hehe.” Ujarku sedikit berbohong tapi cukup berhasil membuat mulut Putri berbentuk bulat dengan mengeluarkan suara “Oooo” dan mengangkat bahunya dengan tak perduli lalu kembali bergosip dengan Tia, teman sehukumanku.

Yaaa harus aku akui kalau kejadian di kamar mandi tadi memang penyebabnya adalah karena aku merasa sangat bodoh bisa dihukum keluar kelas karena lupa untuk mengerjakan pr matematika. Aku benar-benar melupakan tugas tersebut karena terlalu asik menekuni kegiatan pra Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) sebagai anggota ekskul dance yang membuatku enthusiastic. YUCK! Dan ternyata alasan klasik tersebut tentunya tidak akan diterima oleh sang guru walaupun sudah sering kali aku menyumbangkan nilai bagus. Oh pasti kalian mengira aku seorang siswi SMA cerdas dengan tampilan “kamseupay”, mengenakan kacamata yang besar dan menggunakan kawat gigi, mengenakan seragam dengan ukuran dua size lebih besar dari ukuran asli badanku dan hanya bisa berpacaran dengan buku-buku pelajaran. Siswi teladan yang sering memenangkan lomba cerdas cermat? Itu sangat salah.

Aku, Mutiara Pradipta adalah gadis sma keturunan palembang sunda yang berbadan tidak tinggi dan berkulit sawo matang dihadiahi mata besar dan rambut panjang hitam tergurai. Tidak cantik tapi manis menurut teman-temanku, sebenernya kata diriku sendri hehe. Aku adalah tipikal gadis yang apatis, sulit bergaul, pendiam, senang berkompetisi, pasif tidak menyukai kegiatan ekskul, dan tidak diajarkan untuk memiliki mimpi. Aku hanya seorang gadis yang berharap mendapatkan masa-masa sma terindah seperti orang-orang katakan “masa sma adalah masa yang paling indah”, tapi mengawali masa tersebut dengan sering menangis di kamar mandi. Guess it feel so hard to get a friend.

Awal masa SMA-ku, masa-masa terindah sudah dimulai dengan mimpi di siang bolong. Keyakinan yang terlalu berlebih dari kedua orangtuaku karena aku dulu, dulu sekali ketika masih SD sangat berprestasi membuat mereka yakin aku mampu lulus SMP dengan NEM yang mampu menembus beberapa pilihan sekolah ternama di Bekasi. Namun sayang kesulitan bergaul, kurangnya kepercayaan diriku mempengaruhi nilai-nilai ketika ku SMP.

Ketegangan pun terjadi ketika kabar yang menyatakan aku tidak berhasil lolos ke salah satu sekolah terbaik di Bekasi hanya karena selisih beberapa angka membuat orang tuaku menjalankan plan B, sama seperti ketika aku masuk SMP.

“Yaudah ga usah bingung, daftarkan saja dulu ke SMA swasta deket rumah nanti semester dua atau kenaikan kelas dua kita baru pindahin ke sekolah negeri yang bagus.” Kata-kata ayahku terulang kembali seperti tiga tahun yang lalu.

Dan disinilah aku, SMA Harapan Bekasi. Sekolah yang membuatku tak bisa berkedip ketika melihatnya pertama kali. Mataku terus memperhatikan bentuk bangunannya yang terlihat seperti penjara dibandingkan sekolah. Bangunan tua berlantai tiga diselimuti dengan cat coklat muda yang mulai pudar. Mobilku melaju melewati pagar pertama sebagai pintu masuk yang dijaga oleh satpam dan dikelilingi oleh parkiran motor di kanan-kirinya, terlihat pula wall climbing menjulang tinggi di sebelah kanan parkiran. Mobilku kini telah melewati pagar kedua yang merupakan pintu masuk utama untuk memasuki koridor sekolah yang di samping kirinya terdapat mading yang penuh dengan foto-foto kegiatan sekolah.

Kakiku mulai menuruni mobil yang terparkir di lapangan utama sekolah tersebut. Awalnya aku mengira lapangan kecil yang dikelilingi dengan kelas-kelas, kantin kecil dengan terdapat musholla di atasnya, taman kecil di dekat podium dan tiang benderalayaknya sebagai panggung utama di sekolah tersebut bukanlah satu-satunya lapangan di sekolah ini. Ternyata aku sangat salah, besar sekolah yang berbentuk bujur sangkar tersebut hanyalah setengah dari besarnya sekolah smpku. SMA Harapan Bekasi benar-benar merupakan SMA terpencil di perbatasan Bekasi dan Jakarta ini, dan aku sangat tidak sabar untuk menunggu semester dua datang!

“TARA!”

Aku yang tengah melamun disadarkan oleh panggilan setengah berteriak tersebut. Kulihat Putri dan Tia tengah terdiam tak melanjuti gossip yang sedang asyik mereka bincangkan dan tak berkedip memandangku. Kupalingkan wajahku dan kulihat sesosok pria dewasa, bapak-bapak berumuran 40 tahun berkulit gelap, berbadan besar, berambut botak, dan memiliki muka yang keras berdarahkan ambon tengah berdiri memperhatikanku. Ia mulai menggerakkan tangannya yang menandakan panggilan untuk menghampirinya dan aku dengan sigap dan hati yang berderu kencang tak menentu tanpa sadar mengikuti langkah sang guru killer tersebut ke ruangan guru.

Mr. Abbas Najamuddin terus melangkah di depanku dan memerintahkanku duduk di depannya. Tatapan para guru mengikutiku bagaikan sang ikan langka yang telah berhasil di pancing sang pemancing handal.

“Kenapa kamu ada di luar kelas? Ini kan lagi jam pelajaran.” ujarnya.

“Aku dihukum ga boleh ikut pelajaran, aku lupa ga ngerjain pr matematika mr.” ujarku dengan malu.

Mr hanya terdiam menatapku. Entah mengapa perasaan takut yang tadi aku rasakan kepada guru kesiswaan, guru bahasa inggris, dan pembimbing OSIS killer ini, yang terkenal sering mengerjai anak muridnya, senang sekali berteriak dengan suara besarnya yang menggelegar, bahkan kami berharap untuk menjadi invisible dimatanya, menguap begitu saja. Aku bagaikan tengah berbicara dengan ayahku sendiri.

“Kamu tau ga Tara. Kamu tuh bagusnya jadi jurnalis. Kamu punya suara dan wajah yang bagus kalo masuk kamera, tv. Kamu punya talent. Kamu udah punya tujuan setelah sma mau kemana?” Ujarnya seketika.

Aku dengan muka yang tampak bingung tak mengerti apa yang beliau katakan, aku tak pernah berbicara tentang mimpi, tentang hasrat dan tujuan hidup. Pikiranku kosong, aku tak pernah tahu dan tak pernah mengerti kemana kaki ini akan melangkah kedepannya.

Mr tampak menghela napas dan kembali menatapku yang tampak bodoh tak mengerti.

“Kamu lihat tari papua yang kemaren di tampilkan sama anak-anak cowo di lapangan? Saya mau buat versi pasangannya, ada cowo-cewe. Kamu cari ya 15 cewe buat ikut tari papua. Lusa kasih datanya ke saya!”

Hmm adat aslinya keluar, galak, tukang nyuruh ga jelas. Ujarku menggerutu diam-diam dalam hati.

“Iya Mr nanti saya cari.” Kataku dengan setengah terpaksa.

Aku melangkah meninggalkan ruangan guru dan kembali menuju kelas dengan perasaan yang sangat kesal. Ini bukan pertama kalinya mr menyuruhku tanpa tujuan yang jelas dan entah mengapa tidak hanya aku tapi juga seluruh murid-muridnya tidak bisa menolak.

“Tara kamu bukan cuma cari anggota penari papua, kamu juga ikut nari!”

“Tapi saya ga mau mr!”

“Udah sana cepat ganti baju ikut latihan!”

“Mutiara Pradipta kamu dipanggil mr untuk menghadapnya ke kelas 1.5. setelah selesai harap segera kembali ke kelas ini masih jam pelajaran.” Ujar guruku di kelas.

Gue lagi, gue lagi. Pasti disuruh presentasi bahasa inggris ga jelas deh nih! Sebenernya yang guru siapa sih kenapa jadi gue yang kasih nasehat ke anak-anak. Grr. Aku terus mengeluh dalam hati tanpa berani menolak.

“Ya mr. ada apa?”

“Tolong kamu beri masukanke teman-teman kamu bagaimana pentingnya bahasa inggris untuk masa depan mereka. Bodoh sekali! Sudah tidak bisa matematika, pelajaran IPA juga otaknya tak mampu, bahasa inggris juga tidak bisa. Ayo kamu bicara pake bahasa inggris ya Tara!”

“TARA! Sini kamu! Seragam model apa ini!” Gunting pun mulai beraksi di tangannya.

“Mr jangan yang ini. Saya udah ga punya seragam lagi.” Ujarku merayu sedikit memelas tapi sayangnya tidak berhasil dan akhirnya seragamku satu-satunya telah memiliki model baru.

“Mutiara Pradipta kamu jadi yang pidato bahasa inggris ya besok mewakili kelas kita di upacara senin pagi!” ujar ketua kelasku.

“Mmmm yang laen boleh ga? Gue lagi males banget nih. Mau di padus aja yaa. Nyanyi hehe.”

“Lo kan tau setiap upacara bendera senin ada speech bahasa inggris perwakilan dari kelas yang bertugas dan lo belum pernah wakilin Tar. Lagian disuruh Mr Tar, sebagai anak kesayangannya ga boleh nolak yaa cantik hehe.”

“Yaudahlah mau gimana lagi. Daripada nanti gue terus di hororin kan sama dia.”

“TARA!”

“Ya mr”

“What kind of topic you want to speech today?”

“Mmmm. About how important to have a dream and arrange your life start from now.”

“I want to hear that.”

“Oke. So. Dream. What is it dream? Why it will be important to your life? Why everyone in the world must have a dream? Can you still remember so many people and teacher when we were a child asked us “What you want to be when you grow up?”, and we answered “I wanna be a doctor, a singer, an artist, etc.” A simple word but have a powerful means.”

“Ok stop Tara. You have to control your voice. Don’t speak to fast! This is speech not chat. Let me get this right for you.”

“Dream … What is it dream? … Why it will be important to your life? You need to have a space in one sentence to another sentence and you need to give pressing in a specific word that you think that’s important. Ok? Back to line Tara the ceremony haveto start.”

”Ok mr.”

Yaaaah keliatan deh. Tuhkan dipanggil mana suaranya gede banget padahal udah pura-pura ga liat. Mending tadi gue ga usah turun istirahat deh.

“Yaa mr.”

“Tara you have to join OSIS oke!”

“Mr I don’t want to be a member of OSIS. Be a member of ekskul dance is really enough for me.”

“Tara be a member of OSIS is important for your life, for your future. From this point you can learn how to work in organization, how to work in one team, how to be a leader, and how to solve a problem. Be a good student not always mean you have to stay in class, study. You must know about a social life, because one day you will force a real life, a real problem. Your life today is still a dream Tar. Hey are you understand what im talking about? I want you to join OSIS oke!”

“Huuufh, yam r.”

“Aduuh hari ini pelajaran mr ya? Horor deh.” Ujar Rio teman sekelasku.

Ana yang duduk di sampingku sekaligus sahabat tercintaku menjawab dengan iseng, “Hey tenang aja kan ada Ms. Mutiara Pradipta. Selama ada dia murid tercintanya ini kita tenang.”

Aku hanya bisa melipat wajahku menjadi tujuh lipatan yang tak sedap dipandang. Baru kali ini mata pelajaran favoritku, yang membuatku selalu menjadi bintang di kelasnya, bahasa inggris, serasa bagaikan pelajaran biologi yang sedang membelah kodok jika diajar mr. Menyeramkan.

Mr pun mulai berjalan memasuki kelas dan suasana di ruang kelasku tiba-tiba bisa mengalahkan senyapnya kuburan pada malam hari. Setelah hampir setengah jam mr memberikan pelajaran bahasa inggris yang lebih memfokuskan pada pengertian para siswa-siswinya tentang betapa pentingnya menguasai bahasa internasional di kehidupan baik sekarang maupun masa depannya yang tak pernah kenal lelah ia ajarkan dari kelas satu. Mr juga menceritakan berbagai fakta berita yang membuat kami tak bisa berkedip. Membagikan cerita tentang mimpi, tentang hasrat hidup kita, tentang tujuan hidup, dan tiba-tiba.

“Mutiara Pradipta come here and give an advice to your friend. Tell them to stop cheat because that culture just make them more stupid.”

Huufh, aku tak bisa tak menghela napas dan mulai melangkah maju kedepan.

“I will make you stop to hold ur breath like that Tara. Come here hurry up!”

Kelas tiga merupakan masa-masa berat yang dilalui para pelajar SMA. Ujian nasional, ujian akhir sekolah, ujian stmpn untuk berhasil menembus mimpi duduk di universitas-universitas Indonesia bahkan mancanegara telah membuat dunia hanya milik ujian dan siswa saja, pasangan yang fantastis.

Mimpi Tara untuk mendapatkan sma terbaik mungkin telah pupus karena ia telah jatuh cinta pada sekolah ini, SMA Harapan Bekasi, terutama pada sang mr killer, Mr Abbas Najamudin yang telah membuatnya mengalami masa-masa sma yang sangat indah. Anggota OSIS sebagai salah satu kordinator enjoy learning, salah satu kordinator English day, ketua ekskul dance, ketua MOS, sekretaris LDKS, mentor agama untuk pemberantasan buta huruf, English speech dalam acara akreditasi sekolah, pembicara utama dalam acara promosi sekolah, anggota tari papua yang telah memenangkan banyak lomba, dan lain sebagainya dalam acara di sekolah yang penuh dengan keajaiban dan mimpi. Mr abbas najamuddin dengan caranya sendiri telah merubah aku, Mutiara Pradipta dari seorang gadis apatis, sulit beradaptasi, tidak memiliki kepercayaan diri kini telah menjadi wanita yang sangat peduli, berani untuk menunjukkan apa yang ia miliki, dan memiliki mimpi untuk dapat bekerja di PBB bahkan memiliki sekolahnya sendiri hingga dapat berbakti mengikuti jejak sang guru, ayah, kakak, adek, dan teman. Aku ingin turut ambil peran dalam pembentukan para remaja saat ini, aku ingin sepertinya yang mampu membimbing ade-adeku memilih jalan yang benar dan merasakan indahnya dunia.

Suatu hari di hands (tempat perkumpulan untuk para anggota OSIS) mr berkata kepada kami semua pada masa-masa akhir sekolah telah selesai.

“Kamu tau apa manfaat dari semua tindakan saya ke kalian selama ini? Buat apa saya menghabiskan waktu saya hanya untuk mengerjai kalian? Membuat kalian pusing dengan konflik dan tugas-tugas yang saya buat di sekolah, membuat kalian bolak-balik dari rumah-sekolah-hands-rumah sampe tengah malam?” ujarnya sambil menatap kami satu persatu yang terdiam.

“Saya hanya ingin membuat kalian, siswa di sekolah sma pinggiran, sma terpencil tidak kalah bersaing di luar sana, kalian juga sama memiliki kualitas yang hebat! Kalian mampu bersaing, tahan terhadap tekanan dan mampu menjadi pemimpin. Saya ingin kalian memiliki prinsip selama masih pekerjaan manusia kalian pasti bisa melakukannya, bahkan pekerjaan setan pun kalian bisa kan? Hanya pekerjaan malaikat yang kalian tidak bisa. Jadi semua hal tentu kalian bisa lakukan! Jadilah orang yang sukses, raihlah mimpi kalian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline