ASEAN Economy Community 2015 ~~ istilah itu mulai tidak asing di telinga saya ketika melewati kawasan patung senayan menuju kampus tercinta, Moestopo. Di sudut pinggir jalan raya terpampang jelas sebuah reklame iklan yang tidak mempromosikan produk melainkan menampilkan sebuah tulisan AEC yang di kelilingi oleh lingkaran berwarna merah dengan tampilan logo berwarna kuning yang berbentuk seperti padi.
Hampir setiap hari saya melewati papan tersebut dan tidak menggubris kata-kata AEC yang terpampang besar menggoda mata, entah karena saya yang tidak terlalu update mengenai pemberitaan di Indonesia ataukah pengenalan AEC oleh pemerintah kepada rakyatnya masih di bilang minim? Yaaa kita ambil opsi yang pertama, saya kudet (kurang update) untuk pemberitaan di Indonesia, kita harus mulai belajar untuk tidak terus mengkritik system pemerintahan di Indonesia tapi mulai ikut berpartisipasi untuk memperbaiki system itu bukan? Talk less do more J
AEC 2015 mulai dibahas di perkuliahan saya mulai tahun lalu dan bahkan menjadi salah satu soal untuk uts (ujian tengah semester) kali ini. AEC yang merupakan salah satu dari tiga pilar utama dalam ASEAN Community 2015 yang ingin membentuk integrasi ekonomi di kawasan ASEAN mulai menggelitik otak saya yang sudah lama beku untuk mulai mencair. Pertama kali saya tau mengenai program AEC di Indonesia, jujur saya sedikit kaget dan menggeleng-gelengkan kepala. Rasa kaget ini bukan menunjukkan rasa kagum akibat kepawaian Indonesia bekerjasama dengan Negara-negara lain, namun rasa kaget ini lebih kepada rasa heran “kok bisa ya?” Seperti yang kita ketahui belum lama Indonesia sebagai salah satu Negara anggota ASEAN telah mengadakan kerjasama free trade dengan China yang membuat gusar rakyat Indonesia dan ternyata hal itu terbukti karena China tercatat sebagai Negara pengimpor tertinggi di Indonesia dan dapat dibilang mengurangi produksi industry dalam negeri dengan perkembangan sebagai berikut:
Permasalahan dominasi ACFTA di pasar Indonesia yang belum mampu nampaknya akan bertambah dengan adanya AEC pada tahun 2015 sebagai bentuk free tradeantar Negara di ASEAN, bentuk free tradeAEC fokus pada lima pilar utama, yaitu arus barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus modal yang lebih bebas, dan arus bebas tenaga kerja yang terampil. AEC juga memiliki 12 sektor proritas, seperti produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik.Hal tersebut tentunya dapat menimbulkan kurangnya ekspor dan peningkatan impor, peningkatan laju inflasi, terganggunya stabilitas ekonomi, daya saing sdm dan produk unggulan yang terbatas, bahkan dapat menggangu kedaulatan Negara.
Jika melihat dari dampak ACFTA di Indonesia dan flow process AEC pada tahun 2015 nanti saya merasa ragu dan khawatir tentang posisi Indonesia ke depannya, belum lagi ditambah dengan pemilu presiden tahun ini dimana profil dan kinerja presiden kita mendatang masih di awang-awang. Namun kita juga harus percaya bahwa Indonesia sebagai Negara yang kaya dan makmur akan sumber daya alamnya ini mampu bersaing di kancah global, bukankah rakyat Indonesia selalu kreatif dalam mencari uang ? :p tentunya kekreatifan tersebut juga pasti dimiliki oleh pelaku pembuat kebijaksanaan di negeri tercinta dalam menghadapi AEC. Para pelaku politik harus bisa memanfaatkan tantangan AEC menjadi sebuah peluang yang akan membuat Indonesia dan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dunia; Negara pengekspor, terutama Indonesia dengan 10 komoditi unggulannya (minyak kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik, produk hasil hutan, karet dan produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang, dan kopi); Negara tujuan investor; sector jasa yang terbuka, hal ini dapat dimanfaatkan sangat baik oleh Indonesia dengan keindahan alamnya untuk tujuan pariwisata mancanegara; serta meningkatkan aliran modal ke Indonesia maupun ASEAN.
Dengan keputusan kebijakan yang tepat oleh para pelaku politik, Indonesia dengan SDA yang melimpah dan SDM yang kreatif dengan di dukung oleh Negara tentu bisa bersaing di kancah global dan dapat kembali menjadi macan asia. Semoga hal ini juga di dukung oleh bapak presiden di masa mendatang.
Hei AEC 2015 I know u so well now ;)
reference: http://www.kemendag.go.id/
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H