Ma ma, itulah kata awal yg dapat ku ucapkan saat ku menapaki dunia, pada saat ku rapuh ku ucapakan ma ma, datanglah Mama menemani kegalauan ku, entahlah berapa kata ma ma yg ku ucap tuk menenangkan jiwa ini, Mamapun datang dengan tulus seolah dr bahasa tubuhnya dia berkata biarlah Mama yg menderita, asal jangan engkau anakku...Mama tak rela belahan jiwa ini berlinangan air mata menjerit memanggil ibunya, Mama akan datang sepenuh jiwa untuk memahami apa yg terjadi pd diriku, Mama akan selalu menginginkan anaknya selalu tersenyum menghadapi dunia ini.
Berapa senyuman yg tak terbilang yg Mama berikan untuk ku , ku ingat pada saat aku tidur tak terasa ada air hangat 2 kukuh mengalir pada saat ku terlelap, mamapun datang menggantikan popok untuk ku, dan akupun menjerit -jerit memarahi mama yg tak sigap menggantikan popok yg baru..,dengan lancangnya kutendangi Mama dengan kaki mungilku...oh Mama maafkan aku ....
Senyumanpun berlanjut , pada saat ku terlelap ada sesuatu yg mengganggu kenyamananku, akupun menjerit dengan sekuatnya, mamapun datang dengan bergegas ow maafkan Mama sayang,... mama tadi terlelap sejenak..rupanya ada sesuatu yang berwarna kuning rupanya yang mengganggumu...akupun marah sejadi-jadinya kutendangi mama dengan kaki mungilku ....
Haripun berlalu ,tahunpun berganti.....tibalah masa sekolahku...tanpa rasa khawatir sedikitpun kulihat kesibukan mama menyiapkan pakaian seragam sekolah, sepatu , tas yg baru, mama tak rela putrinya jd bahan tertawaan temannya, mamapun dengan segenap jiwa mempercantik diriku, membedaki aku sampai nafasku kewalahan menerima usapan bedak drnya aku pun menjerit lantang Mamaaaaaaaaaa, pelan pelan dong akukan masih kecil...? Apakah mamaku marah? tidaklah mamapun tersenyum melihat ggi ompongku menyeringai ..
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H